Rabu, 17 September 2008

Komunitas Ibu Jumat Bersih (Jumsih)

Nikmatnya "Beberesih" Bersama



KOMUNITAS Ibu Jumat Bersih (Jumsih) di Kelurahan Pasirlayung Kec. Cibeunying, "bersenjata" sapu lidi dan kantong plastik untuk wadah sampah. Mereka mendapatkan kenikmatan dari kegiatan yang diselenggarakan setiap Jumat pagi hingga menjelang siang.* RETNO HY/"PR"


JUMAT adalah hari penuh ceria dan kegembiraan bagi ibu-ibu di lingkungan RW 06 dan 07 Kelurahan Pasirlayung Kec. Cibeunying Kidul, Kota Bandung. Terutama di pagi hari, saat matahari baru muncul dari ufuk timur dan memberi kehangatan kepada seluruh makhluk di muka bumi. Keceriaan dan kegembiraan ibu-ibu pun berubah menjadi sebuah keakraban.

"Mungkin inilah yang membedakan kami di antara masyarakat lain di Kota Bandung. Beban hidup sudah teramat berat kita rasakan, kenapa harus berbuat yang susah-susah," ujar Ny. Ayi, dengan lengan kanan tidak lepas memegang sapu lidi dan kantong plastik untuk wadah sampah.

Pagi itu tidak hanya Ny. Ayi yang membawa sapu lidi atau perlengkapan kebersihan lainnya. Sedikitnya ada 22 ibu yang membawa perlengkapan sejenis. Mereka menamakan diri sebagai Ibu Jumsih, kependekan dari Jumat Bersih. Bisa disebut, komunitas tersebut adalah "komunitas tersisa" di lingkungan Kelurahan Pasirlayung.

Jumat Bersih adalah program yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat alm. Yogie S. Memet. Di masa kepemimpinan R. Nuriana dan Danny Setiawan, Program Jumsih mulai pudar seiring dengan kegiatan olah raga setiap Jumat di lingkungan pemda maupun perusahaan swasta yang hingga kini masih dijalankan.

"Di lingkungan kantoran boleh saja Jumsih tidak dilaksanakan. Tapi, di lingkungan kami tidak mungkin dihentikan karena ini sudah merupakan bagian dari kegiatan warga yang secara sadar sangat nikmat dilaksanakan," ujar Ny. Ayi, diiringi derai tawa rekan-rekannya. Saat bersama-sama mengucapkan kata "nikmat", mereka pun serentak mengacungkan jempol.

Ya, komunitas Ibu Jumsih mengaku mendapatkan kenikmatan dari kegiatan yang diselenggarakan setiap hari Jumat pagi hingga menjelang siang. Selain lingkungan yang menjadi bersih akibat aksi mereka, tali silaturahmi juga semakin kukuh terjalin, dan tanpa terasa mereka menggabungkan dua kegiatan beberesih sabari olah raga.

Menariknya, kegiatan yang dilaksanakan Ibu Jumsih setiap hari Jumat, belakangan mulai melibatkan anak-anak dan kaum remaja wanita. "Ini bagian dari regenerasi, karena dulu saat pertama kali Jumsih dicanangkan masyarakat yang terlibat semuanya kaum wanita tidak mengenal batas usia, hanya kini jumlahnya terus berkurang hingga akhirnya kaum ibu saja," ujar Rachmat, Ketua RW 06.

Karena yang terlibat hanya kaum ibu dan kegiatan yang dilakukan tidak di lingkungan RW 06 dan 07 saja maka disepakati perkumpulan atau komunitas dinamai Ibu Jumsih. "Ada hari tertentu mereka (kaum ibu) melakukan kegiatan ke daerah perbukitan dan di sana juga melakukan kegiatan serupa. Jadi, tidak hanya di sini atau di lingkungan Saung Udjo saja," kata Rachmat.

Ada banyak keinginan yang sudah disampaikan ke pihak pemerintah daerah mengenai kelangsungan komunitas Ibu Jumsih di lingkungan RW yang dipimpinnya. Selain sarana dan prasarana untuk kegiatan, masyarakat juga menginginkan adanya pelatihan yang bertalian dengan masalah lingkungan, semisal pengolahan sampah, menata lingkungan agar asri, dan lainnya. "Hampir 15 tahun komunitas ibu-ibu di sini seakan monoton hanya beberesih. Padahal, mereka menginginkan adanya kegiatan lain seperti yang pernah dijanjikan pemerintah," ujar Rachmat.

Salah satu program yang ingin diwujudkan oleh komunitas Ibu Jumsih adalah menjadikan Kelurahan Pasirlayung, terutama lingkungan RW 06 dan 07, sebagai kawasan lingkungan wisata budaya. "Di sini bukan hanya ada Saung Angklung Udjo (SAU), tetapi juga banyak sanggar-sanggar seni maupun perajin," ujar Ny. Ati menambahkan.

Bahkan, berdasarkan ajakan pihak pengelola SAU yang sudah membuat site plan kawasan wisata, rencananya sebelum masuk ke SAU turis akan berjalan menyusuri gang-gang menyaksikan aktivitas masyarakat. Mereka bisa melihat proses pembuatan kerajinan, melihat anak-anak sanggar berlatih, dan akhirnya ke SAU menyaksikan pertunjukan sekaligus menikmati hidangan makanan khas Sunda.

Padahal, bila program tersebut terwujud, ada banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar Kelurahan Pasirlayung. Selain warga sekitar mendapatkan tambahan ekonomi, seni budaya khas Bandung juga dapat dilestarikan. "Mungkin karena baru rencana, jadi sampai saat ini pemerintah belum melakukannya. Padahal, kalau program tersebut terlaksana, berapa keluarga yang mendapat penghasilan dan tidak menganggur," ujar Ny. Ati.

Namun demikian, ibu-ibu di komunitas Ibu Jumsih tidak lantas berkecil hati karena mereka masih memiliki kegiatan yang dapat dinikmati dan dirasakan oleh orang lain. Bahkan hasil mereka bersama-sama membangun kantor kecamatan, kini benar-benar terasa manfaatnya. Selain itu, mereka memiliki impian untuk mewujudkan Kota Bandung kembali berbunga, sebagaimana yang pernah diungkapkan wali kota terpilih H. Dada Rosada.

"Waktu berkunjung ke saung (SAU) Kang Dada pernah berjanji, setelah KAA tahun 2005 lalu, program menyemarakkan Bandung dengan bunga akan tetap dilaksanakan agar julukan Bandung sebagai kota kembang bisa kembali lagi. Ada baiknya keinginan tersebut juga melibatkan kami," ujar Ny. Ati. (Retno HY/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar