Kamis, 25 September 2008

Virus Industri Clothing Menyebar ke 94 Kota


Ema Nur Arifah - detikBandung



Bandung - Independen, sebuah kata sakti yang akhirnya bisa membangun budaya kreativitas di kalangan anak muda Bandung. Secara mandiri, mereka bahu membahu, merangkai jejaring tanpa menggantungkan diri pada uluran tangan pemerintah.

Itulah yang akhirnya membuat industri kreatif seperti clothing dalam tempo 10 tahun bisa menyebarkan virusnya di sekitar 94 kota di Indonesia. Dengan mengandalkan kekuatan community independent industri ini pun tersebar dari ujung Sumatera sampai Timika.

Seperti dituturkan Ketua Kreative Independent Clothing Kommunity (Kick) Tubagus Fiki Satari. "Community independent bisa turut menyebarkan industri clothing tanpa bantuan dari pemerintah," ujar Fiki.

Menurut Fiki di kota lain juga memiliki komunitas-komunitas independen. Melalui pergaulan antar komunitas itulah yang mendorong supaya orang-orang mau memakai produk clothing. Fiki mencontohkan di Sulawesi yang kini hampir semua kabupatennya terdapat industri clothing.

"Industri clothing membangun budaya secara komunal melalui program-programnya," jelas Fiki. 

Industri ini berawal dari tahun 94-an yang hanya menjual produk-produk dari luar negeri. Kemudian antara tahun 1996-1998 mulai tumbuh industri clothing yang menjual produk-produk buatan sendiri.

Pada masa itu, di Bandung ada 6-7 clothing. "Saat ini terdapat sekitar 1000-an industri clothing dan distro yang ada di Indonsia. Jumlah di Bandung sekitar 40 persennya atau sekitar 400-an," ungkap Fiki.

Maraknya industri clothing saat ini dinilai Fiki tak hanya sebatas persaingan anak muda dan komunitas tapi para pengusaha besar pun turut melirik industri ini.

Industri clothing tak hanya berbicara bisnis tapi juga menjual gaya hidup, distribusi, band independen, tempat nongkrong, komunitas dan menjual attitude. "Sayang kalau hanya menjual bisnis saja. Hal itu akan membunuh pelaku clothing lainnya," tutur Fiki.

Fiki menilai meski pelaku clothing dari kalangan anak muda dinilai memiliki keterbatasan modal untuk berpromosi tapi mereka memiliki kreativitas yang terus membuat mereka survive.

Fiki memprediksi industri clothing yang kini sedang booming akan memiliki daya hidup yang lebih panjang. "Kami tidak bisa disamakan dengan FO. Clothing punya merek sendiri," jelas Fiki.

Industri clothing berada di antara komersialisme dan idealisme. Dari sisi idealisme bisnis clothing pun mengikuti keinginan pasar. Di sisi lain clothing memiliki misi melakukan transfer knowledge pada konsumen. 
(ema/lom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar