Jumat, 12/04/2013 - 15:46
PANGANDARAN, (PRLM).- Nelayan Pantai Bojongsalawe Kecamatan Parigi daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaran berharap arus alur perahu nelayan tradisional di sekitar tempat tersebut segera dikembalikan seperti masa lalu. Saat ini alur perahu sudah bergeser dari tempat semula akibat terjadinya abrasi tepi pantai berikut tiga sungai besar yang bermuara di tempat tersebut.
Untuk mengembalikan jalur perahu nelayan, khsusnya yang tidak jauh dari TPI Bojongsalawe setidaknya harus kembali membuat bangunan pemecah ombak atau breakwater. Bangunan tersebut tidak langsung menuju ke laut akan tetapi lebih diarahkan menuju jalur utama pelayaran. Dengan demikian diharapkan abrasi bisa diminimalisir. Selain itu alur pelayaran juga bakal semakin dalam.
"Kami ingin agar alur pelayaran perahu nelayan dikembalikan seperti sebelum dibangun breakwater. Bangunan tersebut memang berfungsi dengan baik untuk meminimalisir abrasi, akan tetapi lebih baik apabila kembali dibangun meneruskan bagian bangunan yang tidak langsung menuju laut. Dengan adanya pengalihan tersebut, maka abrasi bisa lebih dkendalikan, setidaknya bakal semakin memperkuat breakwater," tutur ketua Rukun Nelayan (RTN) Bojongsalawe, Kecamatan Parigi, Kusin, Jumat (12/4).
Didampingi anggotanya Sugito dan Asep Tata, kesepakatan untuk mengembalikan alur pelayaran seperti sebelum dibangun pemecah ombak, merupakan hasil kajian terhadap perkembangan kondisi saat ini. Sebelum terjadi abrasi parah pada tahun 2004, kondisi alur pelayaran perahu nelayan tidak langsung lurus menuju ke laut, akan tetapi sedikit berkelok. Dengan kondisi tersbeut perahu dapat melaju dengan aman menuju laut lepas.
"Hanya saja abrasi parah tahun 2004 telah mengubah segalanya. Alur muara tiga sungai menjadi langsung lurus ke laur. Sedangkan sebelumnya berbelok, sehingga terjangan ombak tidak begitu besar. Perahu nelayan bisa tenang menuju laut lepas. Sekarang harus menerjang ombak besar dengan segala risikonya," tuturnya.
Sementara itu Sugito yang juga Kepala Dusun Bojongsalawe menambahkan abrasi yang terjadi saat ini relatif sedikit. Yang penjadi persoalan adalahperlu upaya untuk mengembalikan alur pelayaran seperti semula. "Kami spekat untuk mengambalikan alur pelayaran seperti semula. Kami juga berharap pihak terkait dapat menindaklanjuti apa yang menjadi keinginan warga," tuturnya.
Dia mengatakan salah satu upaya untuk mengurai abrasi di bantaran sungai, adalah dengan melakukan penanaman pohon bakau. Pohon tersebut selain untuk mengantisipasi abrasi, sekaligus untuk perkembangbiakkn biota laut seperti ikan, udang dan lainnya. Selain itu juga mampu menjadi sarang bagi satwa lainnya.
Secara terpisah Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Ciamis Jeje Wriadinata mengatakan pada prinsipnya sepakat dengan keinginan nelayan untuk mengembalikan alur pelayaran seperti kondisi sebelumnya. ntuk kepetingan tersebut, ia menambahkan harus ada kajian ilmiah menyeluruh tentang kondisi lingkungan sekitar.
"Bagaimanapun juga perlu dilakukan kajian ilmiah, sehingga daat dipertanggungjawabkan. Jangan ketika sudah ada bangunan ternyata haslnya justr merusak lingkungan. Saya sepakat dengan apa yang menjadi kehendak nelayan, hanya saja kuncinya adalah perlu ada kajian," katanya.(A-101/A-147)***
ABRASI atau pengikisan pasir di sungai di sekitar Pantai Bojongsalawe,
Parigi daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaan tinggi. Akibatnya
jalur perahu nerlayan di sekitar TPI Bojongsalawe mengjadi dangkal,
khususnya ketika datang musim angin timur.*
PANGANDARAN, (PRLM).- Nelayan Pantai Bojongsalawe Kecamatan Parigi daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaran berharap arus alur perahu nelayan tradisional di sekitar tempat tersebut segera dikembalikan seperti masa lalu. Saat ini alur perahu sudah bergeser dari tempat semula akibat terjadinya abrasi tepi pantai berikut tiga sungai besar yang bermuara di tempat tersebut.
Untuk mengembalikan jalur perahu nelayan, khsusnya yang tidak jauh dari TPI Bojongsalawe setidaknya harus kembali membuat bangunan pemecah ombak atau breakwater. Bangunan tersebut tidak langsung menuju ke laut akan tetapi lebih diarahkan menuju jalur utama pelayaran. Dengan demikian diharapkan abrasi bisa diminimalisir. Selain itu alur pelayaran juga bakal semakin dalam.
"Kami ingin agar alur pelayaran perahu nelayan dikembalikan seperti sebelum dibangun breakwater. Bangunan tersebut memang berfungsi dengan baik untuk meminimalisir abrasi, akan tetapi lebih baik apabila kembali dibangun meneruskan bagian bangunan yang tidak langsung menuju laut. Dengan adanya pengalihan tersebut, maka abrasi bisa lebih dkendalikan, setidaknya bakal semakin memperkuat breakwater," tutur ketua Rukun Nelayan (RTN) Bojongsalawe, Kecamatan Parigi, Kusin, Jumat (12/4).
Didampingi anggotanya Sugito dan Asep Tata, kesepakatan untuk mengembalikan alur pelayaran seperti sebelum dibangun pemecah ombak, merupakan hasil kajian terhadap perkembangan kondisi saat ini. Sebelum terjadi abrasi parah pada tahun 2004, kondisi alur pelayaran perahu nelayan tidak langsung lurus menuju ke laut, akan tetapi sedikit berkelok. Dengan kondisi tersbeut perahu dapat melaju dengan aman menuju laut lepas.
"Hanya saja abrasi parah tahun 2004 telah mengubah segalanya. Alur muara tiga sungai menjadi langsung lurus ke laur. Sedangkan sebelumnya berbelok, sehingga terjangan ombak tidak begitu besar. Perahu nelayan bisa tenang menuju laut lepas. Sekarang harus menerjang ombak besar dengan segala risikonya," tuturnya.
Sementara itu Sugito yang juga Kepala Dusun Bojongsalawe menambahkan abrasi yang terjadi saat ini relatif sedikit. Yang penjadi persoalan adalahperlu upaya untuk mengembalikan alur pelayaran seperti semula. "Kami spekat untuk mengambalikan alur pelayaran seperti semula. Kami juga berharap pihak terkait dapat menindaklanjuti apa yang menjadi keinginan warga," tuturnya.
Dia mengatakan salah satu upaya untuk mengurai abrasi di bantaran sungai, adalah dengan melakukan penanaman pohon bakau. Pohon tersebut selain untuk mengantisipasi abrasi, sekaligus untuk perkembangbiakkn biota laut seperti ikan, udang dan lainnya. Selain itu juga mampu menjadi sarang bagi satwa lainnya.
Secara terpisah Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Ciamis Jeje Wriadinata mengatakan pada prinsipnya sepakat dengan keinginan nelayan untuk mengembalikan alur pelayaran seperti kondisi sebelumnya. ntuk kepetingan tersebut, ia menambahkan harus ada kajian ilmiah menyeluruh tentang kondisi lingkungan sekitar.
"Bagaimanapun juga perlu dilakukan kajian ilmiah, sehingga daat dipertanggungjawabkan. Jangan ketika sudah ada bangunan ternyata haslnya justr merusak lingkungan. Saya sepakat dengan apa yang menjadi kehendak nelayan, hanya saja kuncinya adalah perlu ada kajian," katanya.(A-101/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar