Selasa, 23 November 2010

Tahun Kelabu Petani Mangga

Dampak Anomali Cuaca

 
Sori Purnama (35), tampak lesu. Salah seorang pimpinan Paguyuban Patra Mitra, kelompok petani mangga, warga Desa Lobener, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu belakangan ini sedang tak bergairah. Harapan yang ditunggu selama setahun, ketika tiba masanya, justru sangat mengecewakan.

Jauh dari impiannya. Panen mangga kali ini ternyata merosot drastis. Puluhan pohon mangga yang berada di kebunnya, tak bisa memenuhi harapannya.

Sori Purnama semula optimistis. Panen mangga pada 2010 ini akan naik. Setidaknya pada kisaran dua puluh sampai tiga puluh persen.

Hal ini terlihat pada saat pertama keluar bunga. Sekitar bulan September, tampak bunga yang cukup lebat. Bahkan, terhitung lebih rimbun dibanding saat keluar bunga pada panen 2009.

Sori sangat percaya, panen mangga 2010 ini bakal menuai sukses sama ketika panen 2008 lalu. Ketika itu, produksi mangga sangat bagus. Panen pada 2008 di Indramayu maupun Majalengka dan Cirebon merupakan panen mangga terbaik. Secara kuantitas maupun kualitas, mangga lebih baik dibanding panen-panen selama ini.

Saking boomingnya mangga pada 2008, kegiatan panen hingga berlangsung sampai lima bulan lebih. Atau satu bulan lebih lama dari rata-rata usia panen mangga, termasuk pendistribusiannya selama empat bulan.

Akan tetapi, apa yang terjadi ? Harapan Sori musnah seketika. Curah hujan yang tinggi menjadi penyebabnya. Keanehan cuaca, membuat seluruh impian Sori lenyap seketika. 

Ketika bunga tengah tumbuh lebat-lebatnya, hujan pun tak mau kalah. Apalagi, ditambah tiupan angin yang juga relatif lebih kencang. Air hujan yang tertiup angin itu, menghantam rimbunan pohon mangga jenis gedong gincu dan merontokkan bunganya.

Tentu saja, bakal mangga ikut pula rontok. Hanya yang benar-benar kuat sajalah bisa bertahan. Sampai kemudian menjadi besar, tua, dan memasuki usia untuk dipanen.

"Saya tadinya sudah sangat gembira melihat bunga yang terlihat lebat. Namun, saat hujan mulai sering turun, apalagi disertai angin, saya menjadi kecut. Ternyata benar, hingga panen sekarang jumlahnya merosot jauh," kata Sori.
**

Apa yang dirasakan Sori, juga terjadi pada rata-rata petani mangga di daerah sentra mangga terbesar di Jawa Barat ini. Bahkan, tak cuma petani atau orang yang sengaja membuka lahan untuk ditanami pohon mangga, warga biasa juga ikut merasakan.

Di Indramayu, rata-rata warganya memiliki pohon mangga. Minimal di halaman depan rumahnya. Para pemilik pohon mangga juga mengalami hal sama yaitu harus gigit jari. Sebab, buah mangga tidak selebat tahun lalu.
Pohon mangga milik Rasja (38), misalnya. Tahun ini buah mangga warga Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, merosot jauh. Mangga jenis cengkir miliknya yang rata-rata tahun lalu bisa sampai lima karung, tahun ini hanya tiga karung.

Penurunan juga terjadi pada Carmad (45), warga Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg. Seluruh pohon mangganya menurun jauh dibanding tahun lalu. Tak hanya pada jenis cengkir, penurunan juga pada mangga gedong gincu dan harum manis.

"Malah untuk harum manis, selain turun yang bisa dipetik terkena virus. Kulitnya hitam dan berjamur. Hal ini, karena hujan yang masih terus turun. Padahal, seharusnya sudah masuk musim kemarau," katanya.

Penurunan produksi mangga ini menjadi pukulan telak para petani mangga. Nurpan, S.E., M.Si, Ketua Paguyuban Patra Mitra, mengatakan, panen tahun ini bukan cuma menurun, tetapi merosot atau anjlok.

"Kalau menurun itu kisarannya di bawah sepuluh persen. Yang terjadi sekarang anjlok. Sebab, penurunannya mencapai empat puluh persen lebih. Saya kira, ini tidak saja terjadi pada Indramayu, tetapi juga Majalengka dan Cirebon," ujarnya. 

Nurpan yang biasanya bisa menampung dan menjual mangga hasil panen dalam rentang waktu empat bulan, kini belum sampai dua bulan sudah berhenti.

"Tahun lalu, saya bisa melayani penampungan mangga sampai empat bulan. Sekarang, belum genap dua bulan sudah mulai sepi," kata warga Lobener, Jatibarang itu.

Nurpan, adalah salah seorang pengepul mangga. Dia menerima penjualan mangga dari para petani. Tak hanya dari Lobener, tetapi juga dari desa-desa sekitar seperti Teluk Agung, Plumbon, Krasak, Kalimati, dan sekitarnya.

Sebagian besar yang ditampung adalah mangga jenis gedong gincu. Selama ini, gedong gincu dari Nurpan lalu dijual ke sejumlah pusat pertokoan yang memiliki jaringan secara nasional. Distribusinya terutama untuk Jakarta, Bandung dan kota-kota besar di Jawa Barat. Sebagian, bahkan oleh ritel besar itu, didistribusikan ke cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh tanah air.

Selain gedong gincu atau mangga yang dijuluki "penakluk lidah orang gedongan", Nurpan juga menerima penjualan untuk harum manis dan cengkir. Biasanya untuk dijual di wilayah terbatas yakni di sekitar Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Atau daerah tetangga seperti Subang, Bandung, dan Sumedang.

Hal sama pada H. Asmawi (57), juga bandar mangga di Lobener. Hanya saja, sampai sekarang masih bisa menampung karena mangga tak hanya dari hasil panen petani Indramayu, tetapi menampung dari Majalengka dan Cirebon. Biasanya mangga ini dikirim ke seluruh Jawa dan luar Jawa, termasuk Malaysia dan Singapura, melalui Batam.

Asmawi juga mengakui kemerosotan produksi mangga pada musim panen tahun ini. Dia sebelumnya sudah memperkirakan begitu melihat gelagat musim hujan. Meskipun sudah memasuki musim kemarau sejak Juni, nyatanya hujan masih terus turun hingga akhir November ini.

"Ini tanda-tanda tidak baik bagi petani mangga. Firasat saya benar. Hanya yang meleset, penurunan tahun ini di luar dugaan, bisa hampir separuhnya dibanding tahun lalu. Saya hanya memperkirakan antara sepuluh persen atau sesial-sialnya dua puluh persen. Nyatanya bisa sampai empat puluh persen lebih," katanya.
**

PADA 2010 ini, rupanya menjadi tahun kelabu bagi petani mangga di Indramayu. Penyebab utamanya ialah kaenahan cuaca (anomali cuaca). Musim hujan ternyata berlangsung sepanjang tahun tanpa berhenti. Bahkan, sampai memasuki akhir November 2010 ini.

Curah hujan tinggi, merupakan "musuh" bagi petani mangga. Terutama kalau bertepatan dengan musim mangga berbuah yang dimulai pada Juni hingga Agustus. Kemudian mulai memasuki masa panen pada September hingga Desember.

Puncak panen biasanya pada Oktober dan November. Pada tahun-tahun sebelumnya, Oktober dan November merupakan puncak musim kemarau. Saat itu, buah mangga rata-rata sudah mulai tua dan memasuki usia petik.

Akan tetapi, karena skenario musim pada 2010 ini berubah, maka pertumbuhan mangga tak sesuai dengan alur biasanya.

Pada 2010 ini, hujan turun hampir sepanjang tahun. Pengamat musim menyebutnya, sebagai musim kemarau basah. Musimnya sudah masuk kemarau, tetapi hujan masih sering turun.
Celakanya, pada bulan-bulan ketika pohon mangga mulai berbunga, hujan masih turun lebat. Bahkan, sering disertai badai petir dan angin kencang. Pada beberapa tempat, malah memunculkan fenomena bencana angin puting beliung.

Akibatnya, hujan dan angin itu merontokkan bunga. Bakal buah mangga pun terlepas dari batangnya. Hasilnya seperti sekarang, panen merosot. Tak tanggung-tanggung hingga mencapai empat puluh persen lebih.

"Ini kategorinya sudah bencana. Sementara bencana itu tidak hanya seperti tsunami, gempa atau gunung meletus seperti Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Merosotnya produksi mangga juga merupakan bencana. Istilahnya mungkin bencana pertanian," kata Nurpan.

Menurut dia, ini penurunan terbesar dalam sejarah panen mangga di Indramayu. Tak hanya kuantitas, secara kualitas juga ikut turun.

Kadar air mangga lebih tinggi. Selain itu, banyak jamur yang menempel pada kulit sehingga mangga tampak diselimuti warna kehitaman. Pada setiap pohon, hanya mangga yang letaknya di bawah saja bisa bertahan. Kalau yang di atas sudah pada rontok. Sebab, yang di atas lebih kencang terkena guyuran air hujan serta terpaan angin.

"Mangga akan tumbuh lebat dan bagus kalau saat mulai keluar kembang, sudah masuk musim kemarau. Tidak ada hujan, atau angin yang merontokan bunga. Tentu bakal mangga bisa selamat hingga menjadi mangga dan bisa dipanen," kata Nurpan. (Agung Nugroho/"PR")***

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=165015

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar