Laporan wartawan KOMPAS Ester Lince Napitupulu
Jumat, 12 November 2010 | 10:39 WIB
shutterstock
ILUSTRASI: Dalam pembelajaran bahasa inggris, anak-anak justru didorong untuk mampu menguasai banyak kosa kata, bukan hanya dijejali dengan struktur bahasa.JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah dan masyarakat saat ini telah menanamkan paradigma yang keliru bagi generasi muda dengan menempatkan hal-hal yang berasal dari luar negeri, khususnya dunia barat, sebagai tanda kemajuan dan internasional. Sementara itu, nilai-nilai ke-Indonesia-an, yang salah satunya bangga berbahasa Indonesia, semakin luntur.
"Anak-anak sekarang merasa lebih keren kalau jago ngomong bahasa Inggris. Sementara kemampuan berbahasa indonesia justru dipelajari alakadarnya. Bahkan, banyak siswa yang merasa tidak senang dengan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Ini kan aneh. Tetapi lingkungan sekeliling mereka juga memang lebih menghargai yang berbau asing daripada yang khas Indonesia," jelas E Baskoro Poedjinoegroho, Pembina Kolese Kanisius di Jakarta, Kamis (11/11/2010) kemarin.
Ia mengatakan, meskipun siswa Kanisius banyak yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sekolah tidak serta-merta mengubah bahasa pengantar di sekolah dengan bahasa Inggris atau dua bahasa.
"Kami tidak ingin bahasa asing itu sebagai tempelan atau label saja. Sebab, kalau belajar bahasa bukan sekadar bisa menggunakan bahasa itu, tetapi juga kita memahami pola pikir masyarakat pengguna bahasa itu. Kami justru memperkuat karakter, supaya mereka tetap bangga menjadi anak Indonesia," papar Baskoro.
Pekerjaan besar sekarang ini, kata dia, adalah membuat anak-anak muda memiliki disiplin berbahasa. Para guru harus bisa membuat pelajaran bahasa indonesia itu menarik.
Jajang, Ketua Asosiasi Guru Bahasa Indonesia, mengatakan bahasa asing yang semakin menguat di sekolah merupakan tanda-tanda kurang baik untuk nasionalisme. Karena itu, guru-guru bahasa Indonesia mesti diperkuat profesionalisme mengajar bahasa Indonesia dengan metode-metode yang inovatif dan kreatif.
"Guru bahasa Indonesia belum berkembang kemampuannya untuk memakai model-model pembelajaran yang menyenangkan. Anak-anak di sekolah itu seharusnya belajar berbahasa, bukan belajar tentang bahasa," kata Jajang.
Keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik, kata Jajang, mesti diperkuat. Apalagi bangsa ini menghadapi persoalan dengan rendahnya minat baca dan kemampuan menulis. Belajar bahasa indonesia mesti bisa mendorong anak gemar membaca dan bisa menulis. Ini bisa dengan memperkuat bahasan soal sastra. Dengan anak banyak membaca, mereka bisa termotivasi untuk belajar banyak hal, termasuk bahasa asing," ujar Jajang.
Asep Tapip, guru Bahasa Inggris SMKN 15 Bandung, mengatakan pembelajaran bahasa inggris di sekolah semestinya disesuaikan dengan kebutuhan apakah untuk mampu bercakap-cakap, bekerja, atau ilmiah. Dalam pembelajaran bahasa inggris, anak-anak justru didorong untuk mampu menguasai banyak kosa kata, bukan hanya dijejali dengan struktur bahasa.
Editor: Latief
Ia mengatakan, meskipun siswa Kanisius banyak yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri, sekolah tidak serta-merta mengubah bahasa pengantar di sekolah dengan bahasa Inggris atau dua bahasa.
"Kami tidak ingin bahasa asing itu sebagai tempelan atau label saja. Sebab, kalau belajar bahasa bukan sekadar bisa menggunakan bahasa itu, tetapi juga kita memahami pola pikir masyarakat pengguna bahasa itu. Kami justru memperkuat karakter, supaya mereka tetap bangga menjadi anak Indonesia," papar Baskoro.
Pekerjaan besar sekarang ini, kata dia, adalah membuat anak-anak muda memiliki disiplin berbahasa. Para guru harus bisa membuat pelajaran bahasa indonesia itu menarik.
Jajang, Ketua Asosiasi Guru Bahasa Indonesia, mengatakan bahasa asing yang semakin menguat di sekolah merupakan tanda-tanda kurang baik untuk nasionalisme. Karena itu, guru-guru bahasa Indonesia mesti diperkuat profesionalisme mengajar bahasa Indonesia dengan metode-metode yang inovatif dan kreatif.
"Guru bahasa Indonesia belum berkembang kemampuannya untuk memakai model-model pembelajaran yang menyenangkan. Anak-anak di sekolah itu seharusnya belajar berbahasa, bukan belajar tentang bahasa," kata Jajang.
Keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik, kata Jajang, mesti diperkuat. Apalagi bangsa ini menghadapi persoalan dengan rendahnya minat baca dan kemampuan menulis. Belajar bahasa indonesia mesti bisa mendorong anak gemar membaca dan bisa menulis. Ini bisa dengan memperkuat bahasan soal sastra. Dengan anak banyak membaca, mereka bisa termotivasi untuk belajar banyak hal, termasuk bahasa asing," ujar Jajang.
Asep Tapip, guru Bahasa Inggris SMKN 15 Bandung, mengatakan pembelajaran bahasa inggris di sekolah semestinya disesuaikan dengan kebutuhan apakah untuk mampu bercakap-cakap, bekerja, atau ilmiah. Dalam pembelajaran bahasa inggris, anak-anak justru didorong untuk mampu menguasai banyak kosa kata, bukan hanya dijejali dengan struktur bahasa.
Editor: Latief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar