PENGENDARA harus bergantian menggunakan sebagian badan jalan yang tersisa, setelah jembatan Sungai Citepus ambles di Jln. Pajajaran Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Jumat (26/11). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi pukul 12.50 WIB tersebut, tetapi hal itu sempat membuat kemacetan panjang.* ANDRI GURNITA/"PR"
BANDUNG, (PR).-
Jalan aspal di Jembatan Citepus Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung ambles hingga membentuk lubang berdiameter tiga meter. Lubang itu membuat dasar sungai sedalam tujuh meter bisa terlihat dari atas. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Jalan aspal di Jembatan Citepus Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung ambles hingga membentuk lubang berdiameter tiga meter. Lubang itu membuat dasar sungai sedalam tujuh meter bisa terlihat dari atas. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Menurut Eded (56), warga RT 5 RW 8 Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, peristiwa ini terjadi pukul 12.50 WIB. "Sebelum kejadian ini, sudah ada retakan sejak dua minggu lalu," katanya.
Akibat retakan itu, jalan membentuk cekungan yang digenangi air hujan. Diduga genangan air mengurangi kekuatan jalan hingga akhirnya ambles.
Sejak retak-retak, warga menghalangi area retakan dengan tanaman-tanaman dan kursi agar tidak dilewati kendaraan. Dengan demikian, saat ambles, tidak ada kendaraan atau orang yang melintas di atasnya.
Eded mengatakan, sebelum kejadian itu, bibir Sungai Citepus yang berada di dekat jembatan mengalami longsor hingga tiga kali. Di atas bibir sungai itu terdapat menara besi milik Telkom.
"Sejak longsor itu, kami sudah meminta menara itu diambil. Sudah dua kali longsor tidak diambil, ketiga kalinya baru diambil," ujarnya.
Pengambilan menara itu menggunakan alat berat berupa crane, yang dilakukan pada 13 November malam. "Waktu mengambil menara itu cranenya diparkir di jalan ini. Setelah itu jalannya jadi retak-retak," tutur Eded.
Hal itu diamini oleh Nenden (50), warga Jln. Bima RT 5 RW 2 Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung. Menurut dia, keretakan itu terjadi setelah alat berat diparkir di lokasi tersebut. "Ditambah hujan sehingga retakannya tergenang air terus," ucapnya.
Akibat kejadian ini, arus lalu lintas di Jln. Pajajaran mengalami kemacetan panjang.
Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung Ajun Komisaris Besar Sambodo mengatakan, untuk mengendalikan lalu lintas di salah satu jalan protokol yang menuju Bandara Husein Sastranegara Kota Bandung tersebut, diberlakukan pola buka-tutup. "Agar tidak terjadi longsor yang lebih besar," katanya.
Ia mengimbau masyarakat yang akan menuju ke Bandara Husein Sastranegara agar melalui jalur belakang, misalnya dari arah Jln. Pasteur dan Jln. Gunung Batu atau dari persimpangan Pasteur.
Gorong-gorong
Kepala Balai Pengelolaan Jalan Wilayah Pelayanan III Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat, Bambang Nugroho mengakui bahwa jalan aspal di Jembatan Citepus Kel. Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung yang ambles hingga membentuk lubang berdiameter 3 meter merupakan jalan provinsi. Namun, pada awal tahun 2011 jalan tersebut akan berubah status menjadi jalan nasional.
"Status jalan tersebut memang jalan provinsi. Dan setelah kami selidiki ternyata gorong-gorong tersebut sudah ada sejak zaman Belanda yang konstruksinya hanya pasangan bata. Pasangan bata tersebut sudah hancur yang berakibat amblesnya jalan karena tidak kuat menahan beban kendaraan yang melewati jalan tersebut," kata Bambang kepada "PR", di Kota Bandung, Jumat (26/11).
Dinas Bina Marga akan secepatnya melakukan perbaikan darurat karena perbaikan secara permanen akan dilakukan pada awal tahun 2011. "Sementara kami akan pasang armco yakni semacam pelindung jembatan yang terbuat dari semi baja. Insya Allah, pemasangan hanya membutuhkan waktu sehari," tuturnya.
Longsor
Akses jalan yang menghubungkan Bandung-Pangalengan sempat terputus selama lebih dari lima jam, menyusul longsor yang terjadi di Jln. Raya Pangalengan KM 34 Kp. Cileuweung, Desa Tribakti Mulya RW 2, Kec. Pangalengan, Kab. Bandung, Jumat (26/11) pukul 17.30 WIB. Dua orang dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami luka ringan, setelah mobil yang mereka kendarai terkena material longsor.
Kepala Desa Tribakti Mulya, Edi Kurnaedi (47) mengatakan, longsor terjadi setelah kawasan sekitar diguyur hujan selama beberapa hari. Sekitar pukul 17.30 WIB, warga mendengar gemuruh dan menemukan tebing setinggi 4 meter dan lebar 10 meter sudah longsor dan menutupi seluruh bagian jalan.
"Waktu kejadian ada mobil Hijet 1000 berpenumpang lima orang yang kebetulan lewat. Bagian depan mobil kena longsoran tanah sehingga rusak berat dan kaca-kacanya pecah," tuturnya.
Kejadian itu menyebabkan dua penumpang mobil mengalami luka ringan, yaitu Hendra (18) dan seorang penumpang lain yang diperkirakan berusia 13 tahun. (A-170/A-194/A-180/A-198)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar