Kamis, 25 November 2010

Kenangan Jumpa Pers dengan Ali Sadikin

Sukses Menghijaukan Kota Jakarta

 
KETEGASAN dan keberanian Ali Sadikin ("Bang Ali") yang diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, saya melihat dan mendengar sendiri. Ketika Ali Sadikin menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta (1966-1977) mengundang para pemimpin redaksi dari berbagai penerbitan surat kabar dan majalah di Indonesia (jumpa pers). Pertemuan (jumpa pers) itu berlangsung di gedung "Bina Graha" (Kantor Presiden Republik Indonesia) di Jakarta. Oleh karena itu yang hadir, selain para pemimpin redaksi, beberapa menteri pun, khususnya Menteri Penerangan Budiardjo, hadir dalam acara tersebut.

Topik pembicaraan dalam acara jumpa pers tersebut, yang dikemukakan oleh Ali Sadikin yaitu tentang berbagai pembangunan di Jakarta. Baik pembangunan yang sudah dilaksanakan, sedang dilakukan, maupun yang direncanakan, seperti perbaikan, pelebaran jalan raya, terminal angkutan umum, mendatangkan bus-bus angkutan umum serta kelengkapannya; Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Projek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monumen Nasional (Monas), Taman Ria Remaja, penghijauan di DKI Jaya, undian berhadiah ratusan juta rupiah (nalo, loto); tempat khusus perjudian (rolet) dan pertunjukan hiburan dewasa dan lain-lain.

Di antara ucapan Ali Sadikin yang saya dengar dan masih ingat yaitu sebagai berikut, "Mumpung dalam pertemuan ini hadir Menteri Penerangan, saya berharap agar bapak-bapak menteri, sebaiknya jangan membicarakan soal DKI Jaya, tetapi bapak-bapak menteri masalah pembangunan nasional. Masalah pembangunan DKI Jaya, biarlah saya yang berbicara. Sebab saya sebagai Gubernur DKI Jaya." 

Dikemukakan juga oleh Ali Sadikin, tentang diadakannya tempat khusus perjudian (rolet), tarian bugil, undian berhadiah nalo dan loto di Kota Jakarta, khusus untuk turis dari luar negeri yang datang ke Jakarta sebagai Ibu Kota RI dan masyarakat yang bukan beragama Islam. "Masyarakat yang beragama Islam main judi, dosa hukumnya," ujar Ali Sadikin.

"Tapi orang Jakarta dan warga negara Indonesia umumnya, yang bukan beragama Islam, sebaiknya jangan "menghamburkan" uang pergi ke luar negeri, hanya untuk main judi atau nonton tarian bugil," kata Ali Sadikin. 

Ali Sadikin juga menegaskan, undian berhadiah, tempat khusus perjudian dan tarian bugil, di kota-kota besar di seluruh Indonesia selain di Kota Jakarta, jangan diadakan.

"Orang Indonesia yang bukan beragama Islam, ingin main judi dan nonton tarian bugil ... datanglah ke Jakarta, jangan ke luar negeri ..." ucap Ali Sadikin saat itu.

Berbicara masalah dosa, Ali Sadikin menyatakan dengan tegas pula. "Saya sebagai Gubernur DKI Jaya yang merupakan Ibu Kota Republik Indonesia, merasakan sangat berdosa sekali, karena sekitar ribuan anak-anak di daerah DKI Jaya, setiap tahun tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah, karena terbentur masalah biaya pendidikan atau anggaran pembangunan sarana pendidikan," ucap Ali Sadikin.

Berbicara masalah pembangunan, menurut Ali Sadikin, tentu berkaitan erat dengan pembiayaan (anggaran pembangunan daerah-APBD. Oleh karena itu Pemda DKI Jaya, berusaha keras mencari pemasukan keuangan ke kas pemda, dengan memberikan perizinan berbagai kegiatan yang bisa menyerap pemasukan uang. Akan tetapi tidak melanggar peraturan (hukum).

"Hati saya pun terenyuh, bila melihat banyak warga DKI Jaya yang kepanasan, karena kurangnya pepohonan di Jakarta, sehingga udara di Jakarta cukup panas. Oleh karena itu, daerah DKI Jaya pun akan dihijaukan, dengan ditanami berbagai jenis pepohonan. Baik di halaman rumah penduduk, maupun di pinggir-pinggir jalan raya. Saya akan perintahkan, seluruh warga DKI Jaya untuk bertanam pohon," ucap Ali Sadikin menegaskan.

Selesai acara jumpa pers, penulis (salah seorang utusan yang mewakili pemimpin umum/pemimpin redaksi dari Bandung), berbisik kepada Ali Sadikin, "Bang Ali ... kata bapak, tiap tahun ribuan anak sekolah tidak bisa sekolah atau melanjutkan sekolah karena terbentur masalah biaya. Sekarang bapak akan memerintahkan seluruh warga DKI Jaya untuk bertanam pohon. Mungkin banyak warga DKI Jaya yang tidak akan mematuhi perintah bapak. Sebab jangankan mengeluarkan biaya untuk menanam pepohonan, untuk biaya menyekolahkan anak pun kekurangan biaya. Menurut saran saya, lebih baik karyawan Pemda DKI Jaya, yang harus lebih dulu bertanam pepohonan di halaman rumahnya. Bibit pepohonan untuk para karyawan, kan bisa gratis, diperoleh dari Dinas Pertamanan DKI Jaya. Karyawan DKI Jaya, pasti akan menurut perintah bapak, sebab bagi PNS (pegawai) kan ada peraturan ’DP-3’ (pengawasan, penilaian, pegawai). Bila rumah-rumah karyawan DKI Jaya, sudah ’hijau’, rumah-rumah tetangganya (rakyat biasa) bisa ikut bertanam pepohonan, karena bibit pepohonan bisa diperoleh dengan gratis dari para karyawan DKI Jaya."

Tampaknya saran tersebut diterima oleh Bang Ali. Buktinya dalam waktu relatif singkat DKI Jaya "hijau". Tidak saja di halaman rumah-rumah penduduk yang ditanami berbagai jenis pepohonan. Di jalan-jalan raya pun di Kota Jakarta rimbun oleh pohon. 

Malahan di jalan raya Kota Jakarta ada pohon nangka yang berbuah. Saya sebagai warga Kota Bandung, tidak melihat ada pohon buah-buahan di jalan raya Kota Bandung yang berbuah.

Mengenai pembangunan "Taman Impian Jaya Ancol", menurut Ali Sadikin, waktu pembangunan tersebut direncanakan, ada yang bilang Ali Sadikin "jangan mimpi". Masa rawa bisa dijadikan taman. Oleh karena itu, setelah selesai dan bisa dinikmati berbagai turis, tanah yang sebagian berlumpur seperti "rawa" tersebut diberi nama "Taman Impian" Jaya Ancol. (Didin D. Basoeni, wartawan senior)***

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=165439

 

1 komentar:

  1. salam kenal..
    saya suka sekali dengan karakter "Bang Ali"
    Visioner, lugas dan berani.

    Sebagai anak bangsa yg sedang berusaha membuat pondasi di bidang penataan ruang indonesia, saya mengidolakan beliau setelah Bung Karno..

    Pemimpin tanpa visi dan keberanian hanya bisa membawa ilusi..

    BalasHapus