Perang Besar yang Terlupakan
PERTEMPURAN heroik Bojongkokosan seperti ada dan tiada. Padahal pertempuran di sepanjang lintasan Bogor-Sukabumi itu, tidak kalah hebat dengan pertempuran di Surabaya, 10 November 1945 yang selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Oleh karena itu, tidak heran bila sesepuh Tentara Siliwangi sempat menumpahkan rasa sesal. Peristiwa Bojongkokosan yang berlangsung 9 Desember 1945 belum dicatatkan dalam sejarah nasional. Padahal, perang itu sejajar dengan peristiwa 10 November di Surabaya.
Saat memperingati pertempuran Bojongkokosan tiga tahun lalu, almarhum Brigadir Jendral (Purn.) H. Herman Sarens Soediro sempat kecewa. Peristiwa itu kurang direspons Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten dan Kota Sukabumi.
Ketika itu, Herman selaku Ketua Dewan Pembina Forum Komunikasi Keluarga Besar Siliwangi hanya terpaku saat memperingati detik-detik peritiwa Bojongkokosan di halaman Tugu Juang Siliwangi, Desa Bojongkokosan, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi. Hanya sekitar puluhan veteran berusia sepuh yang hadir. Padahal jauh-jauh hari, mereka melayangkan undangan ke sejumlah instansi pemerintahan untuk peringatan pertempuran heroik itu.
"Kualat bila generasi muda melupakan pertempuran Bojongkokosan. Dalam peritiwa itu, puluhan pejuang dan ratusan rakyat mengorbankan jiwa raga untuk mempertahankan negara. Di tanah ini ada sejarah yang tidak bisa dilupakan," kata almarhum Herman Sarens kepada "PR" dua tahun lalu.
Rasa sesal pejuang dan eksponen 45 tidaklah berlebihan. Peristiwa itu dilupakan banyak orang. Padahal sudah ditetapkan sebagai Hari Juang Siliwangi. Peristiwa itu ada rangkaian dengan Bandung Lautan Api, 24 Maret 1946.
Hingga sekarang, dalam sejarah nasional maupun mata pelajaran muatan lokal, peristiwa Bojongkokosan sama sekali tidak tertulis. Padahal itu merupakan insiden peperangan kedua setelah pertempuran 10 November di Surabaya .
Pada persitiwa itu, 73 pejuang gugur. Selama dua jam, para pehlawan gagah berani itu menyergap konvoi militer Inggris yang dikawal beberapa tank jenis Stuart. Konvoi dihadang pasukan Tentara Keamanan Rakyat dan rakyat Sukabumi. Tercatat, 50 orang pasukan sekutu (Inggris) meregang nyawa, 100 lainnya terluka, dan 30 tentara hilang.
Tidak hanya merengut nyawa pejuang, perang Bojongkokosan juga menewaskan dan melukai ratusan rakyat sipil. Ratusan rumah hancur setelah Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force) melakukan serangan balasan. Sekutu mengebom beberapa desa di Kompa, Parungkuda, dan Cibadak hingga luluhlantak dan rata dengan tanah.
**
Peristiwa heroik itu berawal dari berita yang diterima para pejuang Sukabumi di Pos Cigombong. Ada serombongan truk konvoi sekutu menuju Sukabumi. Mendengar berita itu, Kompi III pimpinan Kapten Murad dan laskar rakyat Sukabumi segera menduduki tempat pertahanan di pinggir (tebing) utara dan selatan jalan di Bojongkokosan.
Barisan pejuang yang terlibat dalam peristiwa Bojongkokosan diperkuat senjata rampasan dari tentara Jepang. Selain penghadangan laju kendaraan pasukan Sekutu dilakukan pasukan TKR, laskar rakyat seperti Barisan Banteng pimpinan Haji Toha, Hisbullah pimpinan Haji Akbar dan Pesindo spontan ikut bergabung.
Selepas salat Ashar, konvoi tentara sekutu datang dari arah Bogor. Mereka diperkuat dengan puluhan tank, panser wagon, dan truk berisi ribuan pasukan Gurkha. Konvoi itu masuk garis pertahanan TKR. Saat mendekati tebing Bojongkokosan, pejuang dan rakyat melepaskan tembakan. Pasukan TKR dan laskar rakyat melakukan penyerangan secara sporadis.
Menyadari ada serangan, pasukan sekutu bersenjatakan peralatan perang modern melakukan pembalasan. Mereka membombadir pertahanan pejuang dengan tank baja dan senapan mesin. Balasan serangan sekutu membuat pertahanan pejuang menjadi sasaran lesatan peluru dan mortir.
Para pejuang berhasil lolos setelah beberapa jam melakukan penyergapan. Mereka meloloskan diri dari serangan balasan setelah hujan deras disertai kabut mengguyur kawasan itu.
Melihat pejuang berhasil lolos, pasukan sekutu marah dan menyerang dengan membabi buta. Karena tidak terima, pejuang dan laskar rakyat kembali melakukan penyerangan terhadap konvoi tentara sekutu yang diboncengi tentara Belanda.
Pertempuran kembali terjadi di sepanjang jalan Bojongkokosan hingga perbatasan Cianjur seperti Ungkrak, Selakopi, Cikukulu, Situawi, Ciseureuh hingga Degung. Perang juga meluas hingga lintasan Ngaweng, Cimahpardi, Pasekon, Sukaraja, hingga Gekbrong di perbatasan Sukabumi-Cianjur.
Tentara sekutu yang dalam perjalanan ke Bandung itu dibuat gentar. Akhirnya komandan sekutu mengajak berunding dengan pemimpin TKR dan pemerintah setempat. Diwakili Komadan Resimen III, Letnan Kolonel (Letkol) Edi Sukardi, akhirnya disetujuilah usulan gencatan senjata.
Hanya saja, gencatan senjata hanya berlangsung sehari. Tentara sekutu melakukan tindakan tidak terpuji. Tepat 10 Desember 1945, tentara sekutu kembali membombardir Kecamatan Cibadak. Pengeboman itu tercatat dalam majalah Belanda Fighting Cocks karangan Kolonel Doulton. Serangan pesawat-pesawat tempur itu bahkan tercatat sebagai yang terbesar sepanjang Perang Dunia II. Sekutu melakukan pengeboman udara setelah mengetahui puluhan tetaranya tewas di tangan pejuang dan rakyat. (Ahmad Rayadie/"PR")***
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=163611
Setuju sejumlah peristiwa sejarah di Indonesia dikenang atau dipublikasikan! Apa yang disebut dengan Indonesia berasal dari mimpi besar dan kerja besar! Wilayah hampir seluas Eropa ingin dipersatukan dari perpecahan sekaligus dibebaskan dari penjajahan. Terentang waktu yang panjang sekaligus peristiwa yang brutal untuk mewujudkan sesuatu yang bernama "Indonesia", sejak penaklukan Malaka oleh Portugis pada 1511 hingga Belanda hengkang dari Irian/Papua pada 1962. Jutaan orang tewas untuk meraih mimpi tersebut, termasuk 2 orang keluarga saya gugur di Front Karawang-Bekasi dan Front Jawa Tengah. Ini lebih baik dari pada merayakan hari/peristiwa/sejarah orang luar yang tidak terkait dengan riwayat Indonesia, semisal Valentine Day, Thanksgiving atau Halloween.
BalasHapusWassalam,
Indra Ganie
Bintaro Jaya, Kab. Tangerang Selatan - Banten.
Sekarang, terkait bojongkokosan suda mulai dimuat dalam pendidikan. Walau blum dalam kurikulum
BalasHapus