Rabu, 28 Mei 2008

Paguyuban Pasundan Melbourne Australia

Wadah Kangen "Urang" Sunda


SEBAGIAN anggota dan pengurus Paguyuban Pasundan Melbourne, Ny. Nani H. Polard (kelima dari kiri), seusai menghadiri jamuan makan siang bersama rombongan angklung Unisba di Konjen Indonesia di Melbourne Australia, Minggu (11/5).* RATNA DJ/"PR"


UNGKAPAN pepatah yang mengatakan, hidup bergelimang harta di negeri orang, lebih baik hidup pas-pasan di negeri sendiri, tidak selamanya benar. Buktinya, ungkapan ini tidak berlaku bagi perantau yang sudah hidup bertahun-tahun di luar negeri. Masyarakat Indonesia di Melbourne misalnya, justru merasa betah tinggal di luar negeri. Apalagi mereka memiliki perkumpulan yang pada umumnya untuk orang Indonesia, dan lebih khusus lagi bagi orang Sunda di Melbourne Australia.

HAL itu diungkapkan Ketua Paguyuban Pasundan Melbourne Ny. Nani H. Pollard ketika ditemui di Kantor Konsulat Jenderal Indonesia untuk Victoria & Tasmania yang berkedudukan di Melbourne, awal Mei lalu. Menurut Ny. Nani, orang Indonesia khususnya berasal dari Jawa Barat, memiliki komunitas sendiri sejak lama. Perkumpulan yang bernama Paguyuban Pasundan, beranggotakan orang Sunda yang tinggal sudah cukup lama di Australia. Apakah karena mengikuti suaminya yang orang Australia, atau mereka yang tinggal sementara karena alasan kuliah, atau sekolah.

"Perkumpulan ini salah satunya untuk ajang silaturahmi. Lebih jauh dari itu, dapat menghalau sementara kerinduan akan kampung halaman, karena kalau sudah bertemu, bahasa Sunda jadi kepake," ujar Ny. Nani tersenyum. Paguyuban Pasundan Melbourne, kata Nani, sudah terbentuk sejak lama. Awalnya orang-orang Sunda di Melbourne memberi nama Paguyuban Sunda. Akan tetapi, di tahun 1960-an, nama itu berganti menjadi Paguyuban Pasundan. Nama Paguyuban Pasundan Melbourne, mungkin terinspirasi dari nama Paguyuban Pasundan yang ada di Bandung.

Dalam perjalanannya, organisasi ini tidak semulus seperti diduga sebelumnya. Hal ini menurut Ny. Nani disebabkan karena anggota dan pengurusnya hampir semua bekerja. "Sibuk semua, sehingga untuk memajukan organisasi kesukuan tidak tertangani, tetapi itu dulu. Sekarang, sejak adanya program ’Festival Indonesia’ yang diadakan Konjen di Melbourne tahun 2005. kita bahu-membahu menghidupkan lagi Paguyuban Pasundan," ucap perempuan yang bersuamikan Pollard, warga asli Australia.

Menurut Nani, orang-orang Sunda di sini ikut dilibatkan menjadi panitia Festival Indonesia. Dampaknya, banyak sekali manfaatnya. "Kita bisa memperkenalkan budaya Sunda di mata negara lain," kata Ny. Nani.

Organisasi yang bersifat sukarela ini, bahkan sudah terdaftar dan diketahui keberadaannya di beberapa tempat kesenian di Melbourne. Kalau di Konjen Indonesia di Melbourne, secara otomatis diketahui keberadaannya. "Bahkan jika ada acara-acara intern, mereka selalu melibatkan Paguyuban Pasundan untuk mengambil bagian, khususnya di bidang keseniannya," ungkapnya.

Ny. Nani H. Pollard tidak bergerak sendirian, ia dibantu wakil ketua yang dijabat oleh Tedi Suyudi dan Euis Hanafi. Bendahara dipegang Mila Sudarsono, sekretaris Ibu Mera, dan seksi humas Ade Faisal. Masih ada beberapa seksi sebagaimana organisasi lainnya. "Teman-teman inilah yang ikut memajukan Paguyuban Pasundan, biasanya kita melakukan koordinasi melalui rapat-rapat rutin. Kalaupun enggak rapat, kita selalu saling telefon, saling memberi kabar," ujar Nani.

Kekompakan yang terbangun melalui Paguyuban Pasundan, melahirkan sejumlah gagasan yang kadang bersifat sosial. Contohnya, ketika Pantai Pangandaran, Ciamis Jawa Barat terkena tsunami, paguyuban ini tidak diam, tapi melakukan sesuatu. Misalnya, mereka bekerja sama dengan Darma Wanita Konjen Indonesia di Melbourne menggelar "Malam Jawa Barat". "Saat itu, kita ikut merasakan betapa nestapanya para penduduk setempat. Kita juga ikut melibatkan Victoria School of Language. Kebetulan seksi Indonesianya dipegang Ibu Lili Jayamihardja, kita lalu mengadakan berbagai aktivitas, hasilnya dikirim ke Pangandaran," ucap Nani sumringah.

Tugas Ny. Nani tidak hanya memimpin paguyuban, tetapi melakukan pendekatan pada sekolah-sekolah yang memiliki program bahasa Indonesia di Melbourne. "Tujuannya agar para pelajar Melbourne tetap menjadikan bahasa Indonesia sebagai pilihan kedua setelah bahasa Inggris. Image ini penting ditanamkan pada generasi muda Melbourne. Tidak jarang setelah itu, mereka memilih untuk kuliah di Indonesia mengambil jurusan bahasa Indonesia. Ini bagus, agar mereka juga mencintai Indonesia," kata Ny. Nani.

Melalui pendekatan budaya sering kali lebih mudah dilakukan. "Karena itu, jika ada lawatan Indonesia ke Melbourne, kita selalu menyarankan untuk tampil di sekolah-sekolah, agar para pelajar yang memilih bidang bahasa Indonesia, semakin mengetahui keragaman budaya Indonesia," ujar Ny. Nani.

Tugas lain yang diemban Ny. Nani adalah melakukan promosi Jawa Barat, baik dari segi musik dan tarian tradisional. "Selama ini yang rajin ke sini dari Bali, dampaknya kelihatan, banyak yang melancong ke Bali," kata Nani tertawa.

Selain itu, sejak tahun 2007, Konjen Indonesia di Melbourne sudah melibatkan Paguyuban Pasundan dalam kegiatan promosi Indonesia. "Pengalaman tahun lalu, meski topiknya adalah mengedepankan budaya Sulawesi Selatan, tapi momen ’Festival Indonesia’ itu kita juga menggelar ’Malam Jawa Barat’. Sambutannya positif, sekarang ini Paguyuban Pasundan punya tugas yang lebih berat, karena Festival Indonesia yang digelar Agustus mendatang, mengedepankan Jawa Barat," ucap Ny. Nani yang berencana akan datang ke Bandung berkaitan dengan Festival Indonesia 2008. Di Bandung, pihak EO (event organizer) bernama Mayra, ikut bekerja sama untuk membantu Paguyuban Pasundan di Melbourne.

Sementara itu, aktivitas anggota paguyuban, tidak hanya berhubungan dengan kebudayaan Sunda, tetapi juga mereka melakukan kegiatan untuk hiburan di luar Kota Melbourne. Misalnya menggelar kegiatan memancing ikan. Kesempatan berkumpul itu digunakan untuk rapat membahas hal-hal yang bisa dikembangkan demi kemajuan paguyuban.

Ny. Nani juga mengatakan, setiap orang Jawa Barat yang mengadakan kegiatan budaya di Melbourne, paguyuban selalu memonitor dan sedapat mungkin bisa terlibat. "Semua itu melalui Konjen Indonesia di Melbourne. Seperti kehadiran grup musik angklung Unisba, kami benar-benar mendapat hiburan. Ketika mendengar lagu Sunda, seperti ’Es Lilin’, hampir semua pada nangis, mungkin pada kangen, waas atuh," kata Ny. Nani tertawa.

Dengan hadirnya Paguyuban Pasundan di Melbourne, Ny. Nani mengharapkan agar pihak pemerintah Melbourne dapat bekerja sama, sehingga Paguyuban Pasundan bisa eksis di Melbourne. "Selama ini memang sudah dirintis ke arah itu, mudah-mudahan seringnya mengadakan kegiatan, keberadaan kita bisa menjadi rekanan bagi pemerintah Melbourne," ucap Ny. Nani tersenyum.

Ketika ditanya bagaimana proses menjadi anggota Paguyuban Pasundan Melbourne, Ny. Nani terdiam. Ia lalu mengatakan, untuk menjadi anggota paguyuban sangat mudah persyaratannya. Dan yang penting mau aktif dan kalau bisa kreatif demi kemajuan paguyuban.

"Jika sudah benar-benar positif akan tinggal di Melbourne sedikitnya sampai dua tahun. Cukup menghubungi Konjen Indonesia di 72 Queens Road Melbourne Victoria 3004. Kantornya secara khusus memang bisa di mana saja. Paling sering pertemuan anggota di Konjen Indonesia di Melbourne," ujar Ny, Nani.

Ny. Nani juga memberikan e-mail ke nhp@unimelb.edu.au.

"Mudah-mudahan jika berminat bergabung, kita akan proses dengan sangat mudah," ujar Ny. Nani Pollard yang mengaku asli orang bandung ini. (Ratna Djuwita/"PR")***

2 komentar:

  1. Abdi asli sundana . Persib bandung. Kameumeutna. Cing tulungan simkuring hoyong ngarantau ka australia. Kumaha cara na. Wartosan. Haturnuhun.

    BalasHapus
  2. Sampurasun..kasadayana
    Wargi sunda nu aya di australia..nepangkeun abdi iwan saja.asal ti sukabumi .jawa barat.hoyon kenalan k sadayana urang sunda nu aya di australia.
    Hatur Nuhun..
    No.HP/WA....Abdi ieu.
    +62 85782136569.

    BalasHapus