Rabu, 28 Mei 2008

Pengajian di Masjid Westal Melbourne


Pengurus baru dan lama di depan mimbar Masjid Westal Melbourne Australia.* RATNA DJ/"PR"


SALAH satu kegiatan masyarakat Sunda yang tergabung dalam Paguyuban Pasundan Melbourne adalah aktivitas kerohanian di Masjid Westal. Masjid Westal yang terletak di Rosbank Ave 130 Westal Melbourne Australia ini, semula adalah sebuah rumah tinggal biasa yang dibeli pada 1998 warga Sunda di Melbourne. Gedungnya tidak menyerupai seperti masjid kebanyakan. Ukurannya hanya 10 x 10 meter. Akan tetapi, begitu masuk ke dalam masjid, tampak mimbar dan hamparan karpet yang berciri masjid.

Menurut Ketua DKM Masjid Westal, Ade Faisal, kegiatan di masjid ini berangkat dari gagasan kelompok pengajian Attaqwa yang tergabung dalam IMCV (Indonesian Muslim Community Victoria) di tahun 1997.

Belakangan, karena pengurus masjid adalah juga pengurus Paguyuban Pasundan Melbourne, lama kelamaan secara tidak tertulis, bisa juga diakui sebagai masjidnya orang Sunda di Melbourne. Masjid Westal, sejak dibeli hingga saat ini, tidak berubah bentuknya karena disesuaikan dengan izin bangunan di Melbourne.

Aktivitas yang besar di masjid ini sama seperti masjid lain di Indonesia, yakni untuk salat Jumat, mengadakan pengajian setiap Jumat malam, membahas hadis dan Alquran. "Untuk yang terakhir, khusus hanya untuk pengurus masjid, tapi setiap aktivitas kita laporkan juga pada pengurus Paguyuban Pasundan, dan peserta pengajian pun adalah bagian dari pengurus paguyuban," kata Ade Faisal, ketika ditemui di Masjid Westal, awal Mei .

Masjid ini, kata Ade Faisal, mendapat dukungan dana dari sumbangan anggota pengurus atau yang bersimpati di luar pengurus. Mereka bisa saja bukan asli Jawa Barat. "Karena belakangan masjid ini terbuka untuk umum. Bisa saja dipakai oleh aktivitas keagamaan warga dari negara lain seperti Bangladesh, atau Timur Tengah yang tempat tinggalnya tidak jauh dari Masjid Westal. "Bagi kami yang tergabung dalam Paguyuban Pasundan Melbourne, kita tetap memberi kesempatan untuk beribadah, asal kegitan itu tetap mengacu pada Islam," ucap laki-laki yang akrab disapa Kang Ade ini.

Selain Ade Faisal yang sibuk mengurus masjid, ada Edi Tasman yang bertindak sebagai sekretaris masjid. Sementara bendahara dipegang Bapak Siam. "Kita sih tetap berharap dari Masjid Westal ini dapat memberikan informasi tentang Islam bagi orang-orang Sunda dan umum lainnya. Bahkan terus berkembang, tidak hanya para orang tua, tapi juga remaja dan anak-anaknya ikut aktif di madrasahnya," ucap Kang Ade. Di madrasah itu, mereka mengaji bersama setiap Minggu pagi, dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00 waktu Australia.

"Yang mengharukan, kalau melihat orang-orang bule Australia yang beragama Islam, banyak juga remajanya yang ikut aktif di masjid ini sehingga tempat ibadah ini bisa melahirkan silaturahmi yang erat karena satu keimanan meski mereka orang Australia," kata Kang Ade tersenyum.

Biasanya, kata Kang Ade, masjid ini ramai bila melaksanakan hari-hari Islam yang dilakukan secara rutin. "Pada hari itulah kita bisa saling bertemu, di tengah kesibukan sehari-hari. Bisa saling melepas kangen sesama orang Sunda, dan kalau melakukan salat Idulfitri atau Iduladha serta Maulid Nabi Muhammad saw., masjid ini benar-benar sangat ramai sehingga yang salat bisa sampai ke pekarangan masjid," ucap Kang Ade.

Edi Tasman menambahkan, setiap orang Sunda yang meninggal disemayamkan di masjid ini. "Bahkan, pengajian hingga tujuh harinya, sampai hari ke-40 dilakukan di masjid ini. meskipun dilakukan juga di rumah yang berduka," kata Edi Tasman.

Dalam kepengurusan Ade Faisal, Masjid Westal memang dibuka untuk umum yang beragama Islam, siapa pun mereka. "Orang Sunda itu kan bisa berbaur dengan suku mana pun termasuk bangsa lain," ucap Kang Ade meyakinkan. (Ratna DJ/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar