Sabtu, 24 Mei 2008

Denny Zulkaidi Ironi Kota Bandung


DI mata ahli perencanaan wilayah dan kota, Ir. Denny Zulkaidi (47), perkembangan Kota Bandung layaknya sebuah ironi. Banyak hal di Kota Bandung meresahkan pria yang mengambil program Master of Urban Planning McGill University, Montreal Kanada (1992-1995) ini. Salah satunya, pengubahan sebagian kawasan Punclut di Bandung Utara, yang sebenarnya merupakan daerah konservasi, kini menjadi kawasan budidaya.

"Pembangunan yang dilakukan seperti tidak terkendali dan semrawut. Padahal pendidikan perencanaan wilayah dan kota (planologi) tertua ada di Bandung. Keputusan mengenai pembangunan kota memang tidak berada di tangan kami (ahli planologi) dan implementasi sebuah rencana pembangunan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang direncanakan," ujar Denny saat ditemui di Laboratorium Perancangan Kota ITB belum lama ini.

Hal lain yang menjadi masalah serius di kota ini, menurut Denny, adalah lemahnya pengendalian pertumbuhan mal, factory outlet, pompa bensin, dan apartemen. Belum lagi pembongkaran bangunan-bangunan tua yang bersejarah dan bernilai arsitektur tinggi. Ruang publik yang tidak dilindungi atau drainase yang sering mampet di musim hujan adalah permasalahan rutin yang harus dihadapi warga kota.

"Persoalan kota ini banyak sekali. Oleh karena itu, pemerintah harus benar-benar mengutamakan kepentingan publik. Para ahli perlu dirangkul, supaya persoalan-persoalan kota dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu, masyarakat juga harus berani mengawasi dan mengingatkan pelaksanaan peraturan, selain menaati peraturan itu sendiri," ujar pria yang dari tahun 2003 hingga 2004 menjadi anggota Komite Perencana Provinsi Jawa Barat.

Meski lahir dan besar di Jakarta, Denny pituin urang Sunda dan sangat mencintai Bandung. Itu sebabnya, ia memilih Kota Bandung sebagai tempat untuk menimba ilmu. Tahun 1980 Denny diterima di Jurusan Teknik Planologi ITB. Sejak saat itulah ia menetap di Bandung. Ia bahkan menjadi salah seorang pengajar pada program studi Perencanaan Wilayah dan Kota di Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. "Kedua orang tua saya, orang Sunda. Jadi Bandung seperti menjadi tempat kembali," kata Denny. (Sampaguita Syafrezani)***

1 komentar: