Jumat, 12 November 2010

Jangan Ada Pelajaran Baru

Terkait Pencanangan Pendidikan Karakter

BANDUNG, (PR).-
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Sunaryo Kartadinata menuturkan, pencanangan pendidikan karakter oleh pemerintah jangan diartikan hadirnya mata kuliah atau mata pelajaran baru mengenai aspek ini. Pendidikan karakter seharusnya menyatu dengan seluruh mata pelajaran yang ada di semua jenjang pendidikan.

"Silakan saja kalau ada pelajaran budi pekerti dan lain-lain. Tetapi bukan berarti guru fisika, guru kima, atau guru matematika lepas tanggung jawab dari kewajiban memberikan pendidikan karakter," kata Sunaryo dalam acara Konferensi Internasional Pendidikan Guru antara UPI dan Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) yang berakhir Rabu (10/11) di Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi Bandung.

Menurut Sunaryo, semua guru mata pelajaran apa pun memiliki tanggung jawab yang sama untuk pendidikan karakter ini. Dengan begitu digalakkannya pendidikan karakter ini tidak sampai salah arah dengan memunculkan mata kuliah atau mata pelajaran baru. "Dalam pelajaran fisika misalnya bisa disisipkan nilai-nilai cinta terhadap lingkungan. Begitu juga dengan pelajaran lainnya," ujarnya.

Sunaryo mengakui, pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang mudah dan bisa terukur. Berbeda dengan ilmu lain yang lebih pasti. "Oleh karena itu, kita juga harus mencari bentuknya seperti apa. Tetapi prinsipnya mata pelajaran apa pun punya tanggung jawab untuk mengembangkan pendidikan karakter ini," ungkapnya. 

Sementara itu, Timbalan Naib Konselor Bidang Akademik UPSI Zakaria Kaza menuturkan, permasalahan yang sama juga terjadi di Malaysia. Pendidikan karakter yang sebenarnya sangat penting justru dilupakan karena mayoritas proses pendidikan di sekolah lebih mementingkan pada pemberian kurikulum atau silabus.

"Banyak yang tidak berjalan baik. Semua guru terlalu sibuk menghabiskan silabus di kelas sementara pendidikan karakter ini diabaikan. Padahal, perkembangan di era digital dan wilayah yang tanpa batas ini memerlukan perhatian khusus di bidang pengembangan karakter bagi anak-anak didik kita. Sudah seharusnya ini menjadi perhatian," ujarnya.

Menurut Zakaria, belum adanya bentuk yang tepat dari pemberian pendidikan karakter ini membuatnya menjadi mengambang. Terlebih cukup sulit untuk mencari bentuk yang pas dalam menanamkan pendidikan karakter yang sifatnya universal ini. 

"Terlalu sukar karena sifatnya universal. Pendidikan adab sudah ada termasuk pendidikan akhlak yang diberikan di kelas, tetapi itu belum cukup. Apalagi anak muda sekarang lebih senang dengan kebebasan dan tidak suka diatur oleh norma-norma yang selama ini berlaku di masyarakat," ungkapnya. (A-157)***

http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=163761

Tidak ada komentar:

Posting Komentar