Sabtu, 17 Mei 2008

Belajar Mencintai Produk Sendiri

Wisata Manufaktur



PUBLIC Affairs Manager PT Ultrajaya M. Muhthasawwar memandu pengunjung untuk melihat proses pengolahan susu dan jus dengan sistem UHT di PT Ultrajaya di Cimareme Bandung, Rabu (14/5).* ERIYANTI/"PR"


SIAPA bilang buah-buahan lokal hanya bisa teronggok di pasar tradisional? Sesekali cobalah ikuti perjalanan wisata manufaktur. Anda akan terkagum-kagum dengan potensi buah dalam negeri. Tidak percaya?

Yuk, ikuti perjalanan wisata manufaktur "PR" bersama Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jabar ke pabrik susu PT Ultrajaya Milk Industri & Trading, Co., Tbk. di kawasan Cimareme, Bandung, Rabu (14/5).

Pabrik susu PT Ultrajaya terletak di kawasan Cimareme Bandung, tidak jauh dari pintu tol Padalarang. Lokasi ini dapat ditempuh lebih kurang 15-20 menit dari Kota Bandung, jika Anda menggunakan jalur Pasupati dan masuk tol Pasteur. Namun jika Anda datang dari Jakarta, akan memakan waktu tempuh lebih kurang 2,5 jam.

Di pabrik seluas 10,5 ha ini pengunjung akan diajak berkeliling menyaksikan proses pabrikasi (manufaktur) pembuatan susu, jus, dan aneka minuman. Mulai dari proses pengolahan bahan dasar, pencampuran, pengepakan sampai pengiriman yang semuanya dikerjakan dengan mesin dan robot. Kalaupun terdapat SDM, tugasnya sebatas berhubungan dengan tombol-tombol.

Menurut Public Affairs Manager PT Ultrajaya M. Muhthasawwar atau lebih akrab dipanggil Azwar, pengunjung harus membuat perjanjian terlebih dahulu sebelum mengunjungi pabrik. Pasalnya, angka kunjungan wisata ke tempat ini bisa mencapai 3-4 rombongan per hari karena satu rombongan saja, jumlahnya bisa mencapai 150 peserta.

"Perjanjian ini hanya untuk kemudahan pengamanan. Kalau jumlahnya terlalu banyak, pengunjung tidak bisa merasa nyaman. Tujuan edukasi dari wisata juga tidak akan tercapai. Lagi pula, keamanan pabrik juga harus tetap terjaga," ujarnya.

Sebelum berkeliling, pengunjung diajak memasuki ruang tamu. Sambil menikmati welcome drink berupa aneka minuman produk Ultra. Pihak pengelola akan memperkenalkan bagaimana proses pembuatan susu dan berbagai aktivitas pekerjaan pabrik melalui tayangan LCD projector. Pada kesempatan ini pula pengunjung dibekali tata cara mengunjungi pabrik.

Seusai melepas segar dengan welcome drink, peserta akan dibagi beberapa kelompok. Jika jumlah pengunjung 150 orang, akan dibagi 3-4 kelompok. Tiap-tiap kelompok akan mengunjungi bagian-bagian pabrik tertentu secara bergiliran.

Dengan mengenakan pakaian pelindung dan penutup kepala yang disediakan khusus, pengunjung pun akan memulai perjalanan wisata manufakturnya yang menyenangkan.

Panas dan wangi
Memasuki kawasan pabrik, hawa panas mulai terasa. Maklumlah, di area ini berdiri tabung-tabung berukuran besar dengan daya listrik sangat tinggi. Tabung-tabung ini mengolah aneka minuman yang meruapkan wewangian susu, jambu, mangga, sirsak, dll.

Daya listrik tinggi diperlukan karena proses pengolahan susu dan aneka minuman jus menggunakan teknologi tinggi yang populer dengan sebutan UHT (ultra high temperature). Teknologi UHT dapat mematikan bakteri perusak makanan yang mengganggu kesegaran dan kualitas gizi susu dan minuman.

UHT untuk pengolahan susu mencapai 140 derajat, untuk aneka jus 95-140 derajat, dan untuk minuman teh serta minuman kesehatan lainnya mencapai 120 derajat celsius. Dengan lama pemanasan masing-masing 4 detik.

"Sistem UHT ini bekerja hanya 4 detik, tapi karena temperaturnya sangat tinggi, semua minuman yang diproses dengan menggunakan UHT dapat terhindar dari berbagai kemungkinan bakteri perusak," ujarnya.

Pabrik ini memproduksi susu dan aneka jus 150.000 liter per hari. Untuk minuman susu, terdapat susu full cream dan susu low fat dengan cita rasa susu asli, cokelat, dan stroberi. Semua bahan susu diperoleh dari para peternak sapi yang tergabung dalam koperasi susu. Sumber utama susu berasal dari Lembang. Sementara untuk jus, bahan baku mangga, jambu, dan sirsak diperoleh dari sentra-sentra buah di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

"Buah mangga dan jambu lokal itu, potensinya luar biasa. Kebutuhan kita masih tercukupi dari sentra-sentra buah lokal di tanah air," ucapnya.

Sebelum diolah, semua buah yang masuk menjalani uji mutu. Uji mutu ini dapat menakar kualitas buah dari segi jenis dan kematangan. "Jadi kalau ada mangga matang hasil peraman, pasti tidak akan lolos. Karena kalau bahan bakunya jelek, akan berpengaruh terhadap jus yang dihasilkan," tuturnya.

Minuman jus mangga dan jambu lokal ini, sudah menjadi minuman favorit masyarakat Korea. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya permintaan pasar Korea untuk jus mangga dan jambu. Malahan ada distributor lokal Korea yang sengaja mempromosikan sendiri produk jus asli buatan Indonesia ini.

Selain Korea, 20 negara seperti Amerika, Arab Saudi, dan Australia sudah mengonsumsi susu dan aneka minuman jus ini. Untuk variasi minuman, pabrik ini juga mengolah jus apel, leci, dan jeruk. Ketiganya masih mengandalkan buah impor. Khusus untuk minuman teh, bahan bakunya diperoleh langsung dari perkebunan teh Pangalengan Bandung.

Selain teknologi UHT, pengunjung juga dapat melihat proses pengemasan.Untuk kemasan, semua produk menggunakan kemasan steril multilapis. Kemasan multilapis terdiri atas 6 lapisan pengaman yang terdiri atas lapisan kertas, plastik, polyethylene, aluminium foil, dll). Kemasan ini dapat mempertahankan kesegaran susu/minuman, melindungi dari udara luar dan cahaya yang memungkinkan bakteri masuk.

Pengunjung juga dapat melihat langsung proses pengolahan tanpa sentuhan tangan manusia. Semua proses tersebut dikerjakan dengan sistem mesin dan tombol.

Begitu juga dalam proses pengepakan (packing) di pabrik penyimpanan, semua paket minuman dalam dus ditumpuk oleh robot-robot yang bekerja selama 24 jam setiap hari tanpa henti. Semua produk ini baru tersentuh tangan manusia setelah tiba di distributor.

Khusus untuk memperoleh kualitas yang standar, pabrik membuat produk yang sama (kembaran) untuk setiap produk. Selain itu, setiap produk yang sudah jadi tidak langsung dilempar ke pasar tetapi disimpan terlebih dahulu selama 8 hari sambil menunggu hasil uji laboratorium terakhir.

"Waduh, bangga rasanya bisa melihat bagaimana negeri ini bisa menghasilkan karya seperti ini. Selama ini, kita kan hanya mengonsumi, tanpa tahu proses yang terjadi sebelumnya. Ini betul-betul memberikan pelajaran berharga," ungkap Ibu Nakis Barli, Ketua IWPI Jabar yang membawa rombongan ke tempat ini.

Rupanya, tidak hanya 160 peserta IWPI Jabar yang penasaran dengan wisata manufaktur tersebut. Rombongan lain dari Surabaya tengah menunggu di luar. Singkat cerita, kami harus segera mengakhiri kunjungan yang menyenangkan ini. Satu perjalanan edukasi yang memupuk rasa bangga dan cinta terhadap produk negeri sendiri. (Eriyanti/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar