Senin, 12 Mei 2008

Bersama Mengembangkan Bandung


PENGUNJUNG memilih baju yang dijual di salah satu "distro" di Kota Bandung, beberapa waktu lalu. Di Kota Bandung terdapat setidaknya 300 "clothing label" dengan total arus uang yang beredar di Kota Bandung mencapai Rp 20,3 miliar/bulan atau Rp 243 miliar/tahun.* HARRY SURJANA/"PR"


PERKEMBANGAN industri kreatif semakin menunjukkan eksistensi dalam kontribusinya bagi perkembangan ekonomi. Hal ini terbukti dengan tingginya angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai 7,3 persen pada 2006. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional 5,6 persen.

Selain itu, sektor ekonomi ini pun memberikan kontribusi mencapai 4,75% dari pendapatan domestik bruto (PDB) 2006 atau sekitar Rp 170 triliun dengan 7% dari total ekspor pada 2006. "Industri ini juga mampu menyerap sekitar 3,7 juta tenaga kerja yang setara dengan 4,7 persen total penyerapan tenaga kerja baru," ujar Togar M. Simatupang, dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB.

Untuk Kota Bandung pada 2005 kontribusi produk domestik regional bruto (PDRB) mencapai 7,8 persen dari 257 triliun atau setara dengan 20 triliun. "Jika aktivitas ekonomi lebih dari 5 persen, ini menunjukkan ada sesuatu yang menggeliat dan bisa dikembangkan menjadi potensi ekonomi," kata Togar di Bandung, pekan lalu.

Meski belum mendapat sentuhan yang signifikan, industri kreatif sudah menonjol di Kota Bandung. "Sebanyak 33 persen pendapatan Bandung berasal dari sektor jasa, diduga sepertiganya berasal dari industri kreatif," ucap Togar menambahkan.

Gerakan ekonomi kreatif sudah berlangsung secara alamiah di Kota Bandung. Di tengah resesi ekonomi yang mendera negara ini, muncul kesadaran baru tentang potensi dari industri kreatif yang tumbuh berdasarkan budaya lokal dan mampu bertahan di tengah-tengah resesi tersebut.

Togar mengatakan, dari 15 sektor industri kreatif, Bandung memiliki beberapa sektor unggulan, yaitu fashion yang didalamnya mencakup clothing dan distro, seni pertunjukan, musik, riset dan pengembangan, penerbitan, IT, dan disain.

Di Kota Bandung, terdapat setidaknya 300 clothing label dengan total arus uang yang beredar di Kota Bandung mencapai Rp 20,3 miliar/bulan atau Rp 243 miliar/tahun. Selain itu, banyaknya pemusik yang lahir dari kota ini, baik yang berada di bawah naungan major label ataupun indie label, seperti Mocca, The Sigit, dan Homogenic yang karyanya telah terjual hingga puluhan sampai ratusan ribu kopi.

Penggiat Bandung Creative City Forum (BCCF) Ridwan Kamil saat melakukan presentasi mengenai projek Bandung Creative City di Auditorium Rosada Balai Kota Bandung, Jumat (2/5), mengatakan peluang-peluang ekonomi kreatif berbasis gaya hidup atau life style memiliki peluang yang besar.

"Distro (distribution store) tumbuh dengan cepat bersama desain clothing yang unik, hadirnya grup musik terkenal dan grup musik indie. Selain itu, galeri seni tumbuh pesat di Bandung, seperti Selasar Sunaryo, Galeri Jehan, serta Galeri Sumarja dengan agenda rutin kegiatan seni internasional," ujarnya.

Pendiri Common Room Networks Foundation, Gustaff Hariman Iskandar mengatakan, jumlah generasi muda di Bandung yang mencapai 50-60 persen dari total populasi turut memengaruhi industri kreatif ini. Namun, hingga saat ini banyak pelaku industri kreatif yang tidak terdata oleh pemerintah kota sebab selama ini mereka bergerak sendiri-sendiri dan sporadis. "Padahal, apabila potensi ini dimaksimalkan, tentunya akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian Bandung," ujarnya.

Pertemuan antara BCCF dengan pemkot diharapkan dapat membuka keran komunikasi di antara kedua pihak untuk menyamakan persepsi mengenai projek Bandung sebagai kota kreatif tersebut.

Berbagai bentuk kegiatan dalam mendukung upaya tersebut telah dirancang, antara lain rangkaian kegiatan festival yang digelar para pelaku industri kreatif, antara lain KICKFest dan Artepolis. Menurut Ridwan, kegiatan yang dikelola oleh komunitas kreatif yang tergabung dalam Bandung Creative City Forum akan menampilkan karya-karya dan kreatifitas generasi muda di kota ini. Mulai dari konser dan diskusi musik, pameran fashion, pameran seni, dan konferensi bertaraf internasional. "Kegiatan ini merupakan bagian dari semangat untuk mengembangkan Kota Bandung menjadi kota kreatif," ujarnya menjelaskan.

Selain itu, Ridwan mengatakan, pada kegiatan ini turut diundang para pelaku ekonomi kreatif dari berbagai negara sebagai salah satu wujud eksistensi Bandung yang pada Juli 2007 lalu telah terpilih sebagai pilot project Kota Kreatif Se-Asia Timur. "Karena itulah, kegiatan ini merupakan kegiatan bagi seluruh warga Bandung untuk menunjukkan wajah Bandung ke dunia internasional. Tidak hanya komunitas tertentu atau pemkot, seluruh warga Bandung ikut terlibat dalam kegiatan ini," ujarnya.

Dukungan pemkot
Wali Kota Bandung Dada Rosada memberikan apresiasi positif untuk mendukung projek ini, terutama persiapan untuk menggelar festival dengan segera melakukan pembenahan dan penataan. Pembenahan ini perlu dilakukan sebagai tahap awal untuk mendukung projek tersebut.

Pembenahan tidak hanya pada infrastruktur fisik, tetapi juga dari segi perijinan. Diakui, selama ini perizinan menjadi kendala tersendri bagi komunitas kreatif. "Hanya, tetap dalam koridor-koridor aturan. Karena dalam pemerintahan sendiri ada aturan yang harus diikuti," ujar Kamalia Purbani, pengarah program untuk Bandung Kreatif, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung.

Penanggung jawab program Bandung Kreatif Bappeda Anton Sunarwibowo mengatakan, dalam mengembangkan kota kreatif juga dibutuhkan mapping (pemetaan) yang bisa menunjukkan potensi industri kreatif di Bandung. "Hanya, hingga saat ini pemerintah kota (pemkot) belum memiliki mapping tersebut," katanya.

Sementara itu, ia mengungkapkan, sambil menunggu Bappeda akan membentuk profil kota berdasarkan kreatifitasnya yang data awalnya dilihat dari potensi dan produk yang dihasilkan. "Sehingga saat ada yang membutuhkan, telah tersedia informasi awal bagi networking. Beberapa sudah jalan, namun diharapkan profil ini bisa disusun dengan data yang lebih lengkap dan tampilan yang lebih bagus," katanya menambahkan.

Helvi Syarifudin, pemilik Fastforward Recording, selaku pelaku industri kreatif menyambut positif rencana pemetaan. Apalagi, jika rencana tersebut bisa membantu mengembangkan pelaku industri kreatif di Bandung. "Diharapkan dengan adanya mapping ini pemerintah bisa lebih bijak dalam menampung segala bentuk kreativitas anak muda Bandung karena kreativitas itu tidak bisa dihambat," ungkapnya.

Begitu pun dengan Tb. Fiki Chikara Satari, pemilik Director Airplane System dan Ketua Kreative Independent Clothing Kompany (KICK) menyebutkan, sangat mendukung pembuatan pemetaan industri kreatif di Bandung. Pemetaan diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan industri kreatif tanpa menghilangkan nilai terpenting yang diusungnya, yaitu kreativitas dan originalitas. (Mega Julianti/Yulistyne K.)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar