JURU kunci Situs Bumi Alit Kabuyutan, H. Enggin Wasya Sasmita (85), di pelataran rumah yang berusia ratusan tahun tersebut di Desa. Lebakwangi Batukarut, Kec. Arjasari, Kab. Bandung.* WINDY
(Pikiran Rakyat)
Bangunan bercat putih yang terbuat dari bilik bambu itu sepintas seperti tidak terurus. Pohon-pohon bambu tinggi, sarang laba-laba, dan guguran daun kering memenuhi jalan setapak menuju bangunan tersebut. Masyarakat di Desa Lebakwangi Batukarut, Kec. Arjasari, Kab. Bandung menyebutnya Situs Bumi Alit Kabuyutan atau rumah adat Sunda. Situs berusia ratusan tahun ini dipercaya memiliki daya magis untuk mengabulkan setiap permohonan bagi siapa saja yang semedi di dalamnya.
Sang juru kunci situs tersebut, H. Enggin Wasya Sasmita (85) menceritakan, di dalam kamar Bumi Alit Kabuyutan terdapat benda-benda pusaka yang memiliki kekuatan gaib, seperti keris, pedang, dan tombak. Benda-benda ini dikeluarkan dan dicuci dengan air kelapa saat Maulid Nabi Muhammad saw. Selain itu, di kamar itu juga sebagai tempat menyimpan berbagai sesaji yang dibawa peziarah.
"Setiap malam Kamis dan Senin ada peziarah yang datang untuk bersemedi. Rata-rata mereka datang dengan segala masalah dan kesusahan, seperti masalah rumah tangga, jodoh, atau ingin usahanya lancar. Mereka membawa sesaji berupa kopi pahit, telur ayam kampung, kelapa muda, ketan, dan lain-lain," ungkap Enggin yang menjadi generasi ke-14 untuk menjaga situs tersebut.
Menurut dia, yang datang bersemedi rata-rata berusia 20 sampai 60 tahun, laki-laki dan perempuan. Selama dua hingga empat malam, mereka bersemedi sendiri, tanpa keluar Situs Bumi Alit Kabuyutan. Tidak makan dan minum karena konsentrasi berdoa, salat, dan zikir kepada Sang Khalik agar keinginan hati tercapai.
Ia berpendapat, bersemedi di Situs Bumi Alit Kabuyutan bukanlah kegiatan yang musyrik karena pada intinya mereka memohon kepada Allah SWT, bukan kepada makhluk gaib atau sejenisnya. Benda-benda sesaji yang disyaratkan tersebut memiliki makna filosofis tertentu yang mendukung kegiatan semedi.
**
Situs Bumi Alit Kabuyutan merupakan cagar budaya yang tidak dijadikan objek wisata. "Situs ini tidak dijadikan objek wisata, nanti terlalu ramai dan tidak tertib lagi, dan kesakralannya hilang. Kalau mau semedi saja yang bersangkutan harus puasa dulu dan ada ’permisi’-nya untuk masuk ke dalam rumah," ucap Enggin yang sehari-harinya bekerja sebagai petani.
Ia menjelaskan, situs biasanya ramai saat Mauludan karena ada upacara khusus. Akan tetapi, para peziarah yang ingin bersemedi dapat terus datang. Mereka biasanya tahu dari orang-orang yang pernah datang.
Enggin dan masyarakat di Ds. Lebakwangi Batukarut sama-sama menjaga kelestarian situs ini. "Kami ingin tetap menjaga nilai-nilai tradisi, budaya, dan seni yang terkandung dalam Situs Bumi Alit Kabuyutan ini. Ini adalah warisan leluhur," ujar Enggin. (Windy Eka Pramudya)***
AsSalaamu'alaikum.. waduh si akang bagus blogna euy..
BalasHapusTumaros abdi, kumaha tah tiasa kengeng free NeoCounter? pake tambahan kode di xml?
dipasihan terang ku rerencangan di kantor, kedah login heula, klik we di get widget na...
BalasHapus