Mama, Eh... Sudah Cape Tidur, Minta Gendong...
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA / Kompas Images
Geraldino Dira (2) yang berberat badan 5,8 kilogram dirawat di salah satu ruang kelas III Kenanga, RSUD WZ Yohannes Kupang. Penderita gizi buruk itu sudah lima bulan terbaring sakit karena infeksi paru, demam, dan diare berat.
Geraldino Dira (2) yang berberat badan 5,8 kilogram dirawat di salah satu ruang kelas III Kenanga, RSUD WZ Yohannes Kupang. Penderita gizi buruk itu sudah lima bulan terbaring sakit karena infeksi paru, demam, dan diare berat.
Sabtu, 21 Juni 2008 | 03:00 WIB
Tubuh Geraldino Dira (2) terbaring lemah di Ruang Rawat Inap Kelas III Kenanga, RSUD WZ Yohannes, Kupang, Rabu (18/6). Tubuhnya tinggal tulang berbalut kulit. Sebatang jarum infus tertancap di tangan kiri yang disangga bantal.
Bocah laki-laki itu menderita infeksi paru, demam, dan diare berat sejak Desember 2007. Ia dirawat di rumah sakit akhir April 2008. Saat masuk, berat badannya 5,6 kilogram; dari yang seharusnya 15 kg. Kini berat badannya naik menjadi 5,8 kg.
Ibu Geraldino, Agnes Dira (24), menunggui di samping tempat tidur, sedangkan nenek Geraldino, Maria (54), duduk di lantai sambil menyandarkan punggung ke dinding.
”Saat Geraldino sakit, aku dan suamiku sedang sibuk menyelesaikan skripsi di Universitas Nusa Cendana, Kupang. Suami ambil Teknik Elekro dan aku ambil Biologi,” kata Agnes.
Warga Kelurahan Fontein, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini kini sudah diwisuda. Namun, ia belum mencari pekerjaan karena menunggui anaknya yang sakit.
Ayah Geraldino, Fery Dira (29), juga belum punya pekerjaan tetap. Selama ini mereka masih bergantung pada Ny Maria yang telah menjanda. Untuk membawa Geraldino ke rumah sakit, mereka berbekal surat keterangan miskin dari ketua RT.
Geraldino terus merengek. Beberapa kali ia menatap mamanya sambil minta digendong. ”Mama, eh… sudah cape tidur, minta gendong,” pintanya.
Di bangsal lain, ada Emanuel (1,5) yang sudah dirawat 10 hari. Ia didiagnosis menderita maramus. Berat badannya hanya 4,8 kg. Anak pasangan Luki Ndun- Meri Ndun ini sulit makan, tetapi niat pihak rumah sakit untuk memasang infus ditolak Meri dengan alasan Emanuel tidak sakit berat. Meri tidak sekolah, sementara suaminya yang bekerja sebagai penjual ikan hanya bersekolah sampai kelas II SD.
Kepala Bidang Pelayanan RSUD WZ Yohannes dr E Frank Touw menuturkan, perawatan pihak rumah sakit sering ditolak keluarga pasien. Petugas perlu waktu beberapa hari untuk meyakinkan keluarga pasien. Akhirnya, banyak pasien tidak terselamatkan. ”Padahal, perawatan kelas III di rumah sakit cuma-cuma karena pasien memiliki asuransi kesehatan untuk keluarga miskin,” tuturnya.
Menurut Touw, penyebab utama gangguan gizi pada anak balita adalah pola makan. Orangtua mereka umumnya lebih banyak memberikan keripik dan makanan kecil dalam kemasan, kembang gula atau mi instan, dan kurang sabar untuk memberi nasi, ikan, sayuran, serta buah-buahan yang diperlukan untuk pertumbuhan anak.
Kemiskinan serta kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan menjadi penyebab umum kasus gizi buruk.
Saat Kompas ke Dusun IV, Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, ada Iranda Isliko (1,5) yang berat badannya hanya 7,5 kg. Iranda hanya mau minum susu dan makan mi instan. Karena orangtuanya yang penyadap lontar tidak mampu lagi membeli susu, Iranda hanya diberi air nira lontar dan air gula.
Tetangganya, Bernadino Salem (5), berat badannya hanya 9 kg. Tubuhnya sangat pendek.
Ibu Bernadino, Ny Porsina Salem, menuturkan, tiap hari Dino pergi bermain sampai sore. Porsina tidak memanggil anaknya untuk makan karena tidak ada makanan. Pagi hari, Dino hanya diberi air nira lontar. Malam hari, kami makan singkong rebus atau sisa beras. Kalau tidak ada makanan, kami langsung tidur. Untuk Dino, kami beri mi instan,” kata Porsina.
Stanis Salem, ayah Dino, adalah petani, tetapi sering gagal panen karena tanah desa tandus.
Ketua Kader Posyandu Dusun IV Oelnasi Penina Tamnau mengatakan, penderita gizi buruk di dusun itu ada 18 anak dan gizi kurang 67 anak.
Penina Tamnau mengaku tidak memberi penyuluhan tentang gizi kepada para ibu rumah tangga. Lulusan kelas III SD ini tak paham mengenai gizi. Dia tidak mendapat pembekalan dari petugas kesehatan. Tugasnya hanya mengingatkan para ibu untuk menimbang anak balita serta ibu hamil untuk periksa di posyandu setiap bulan jika bidan datang dari Kota Kupang. (KORNELIS KEWA AMA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar