Senin, 09 Juni 2008

Rela Antre demi Bus Transjakarta Gandeng


KOMPAS/WISNU WIDIANTORO
Warga memasuki bus transjakarta gandeng yang mulai Minggu (8/6) diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Dalam sekali angkut, bus gandeng ini mampu menampung 180 penumpang.



Minggu (8/6) sebagian warga Jakarta rela antre berdesak-desakan demi melewatkan hari liburnya di atas bus transjakarta gandeng yang mampu menampung sedikitnya 180 orang sekali angkut. Bus ini melaju di jalur bus khusus atau busway.

”Tadi pagi tidak sengaja saya baca koran tentang peluncuran bus transjakarta gandeng. Saya tertarik dan langsung ke halte Senen. Sekalian saya mau jalan sehat di Ancol, nanti pulangnya bisa pakai bus ini lagi,” kata Ny Uci (55), warga Kelurahan Senen, Minggu.

Mengenakan kaus lengan panjang dipadu dengan celana training, Ny Uci mengantre di halte Senen. Ia tidak sendiri, ratusan orang lainnya juga tertarik mencoba bus gandeng yang peluncurannya diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Halte Ancol, Jakarta Utara, Minggu (8/6) siang kemarin.

Warga yang hendak mencoba bus gandeng tampak menyemut di Ancol, Senen, dan Kampung Melayu. Antusiasme warga menyebabkan petugas keamanan transjakarta harus bekerja ekstra keras, khususnya menjaga agar para penumpang tidak jatuh terperosok saat masuk ke dalam bus karena jarak antara halte dan pintu bus amat lebar, sekitar 30 sampai 40 sentimeter.

Fauzi Bowo yang turut merasakan naik bus gandeng dari Ancol ke Senen meminta pengelola dan operator mengatasi masalah lebarnya jarak halte dan bus tersebut demi keamanan penumpang.

Di dalam bus gandeng JMT 057 menuju Ancol, Ny Uci terlibat percakapan dengan seorang ibu yang membawa barang belanjaan cukup banyak. Menurut lawan bicara Ny Uci, dalam sehari ia sudah dua kali naik bus gandeng dan sempat mampir di Mangga Dua. Meski laju bus terasa lambat, ia merasa bus ini terkesan lebih longgar dan nyaman.

Lebih efektif

Fauzi Bowo mengatakan, keberadaan bus gandeng agar pengangkutan penumpang lebih banyak sehingga mengurangi penumpukan penumpang di halte. Keluhan tentang terbatasnya daya angkut bus jalur khusus diharapkan terkikis dengan kehadiran bus gandeng.

Denny, petugas keamanan transjakarta, menambahkan, rata-rata bus gandeng melaju dengan kecepatan 20 kilometer per jam.

Dengan dua rangkaian badan bus, menurut Denny, akan berbahaya jika bus melaju kencang, terutama saat melintasi perempatan atau lokasi perputaran kendaraan lain yang memotong jalur khusus bus.

Dua badan bus sepanjang 18 meter dihubungkan dengan sambungan berupa ruangan berukuran 1 x 1 meter. Ruang sambungan ini memiliki dinding fleksibel yang mampu merenggang, merapat, dan meliuk ke kanan atau ke kiri.

Secara resmi, kapasitas bus untuk 180 penumpang, dengan perincian 60 penumpang duduk dan sisanya harus berdiri. Akan tetapi, pada peluncurannya kemarin, dipastikan lebih dari 200 orang terus-menerus memadati bus tersebut.

Ada tiga pintu pada bus ini. Pintu samping kanan, tengah, dan samping kiri. Masuknya penumpang dilayani dengan dua pintu samping, sedangkan pintu tengah untuk keluarnya penumpang. Baik penumpang maupun petugas bus masih sering salah sehingga terjadi sedikit kekacauan di setiap halte.

Minggu kemarin Fauzi meresmikan 10 bus gandeng. Sepuluh bus ini adalah bagian dari 30 bus gandeng yang akan disediakan. Sebanyak 13 bus lainnya masih dalam proses produksi dan sisanya menyusul.

Untuk sementara bus gandeng hanya beroperasi di koridor V Kampung Melayu- Ancol karena jalurnya relatif lurus dan rata-rata di setiap halte sudah dilengkapi pintu masuk ganda. Bus transjakarta gandeng merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan transportasi publik di Jakarta. Pada September nanti koridor VIII, IX, dan X juga akan dioperasikan.

Neli Triana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar