Selasa, 24 Juni 2008

Padi Puso di Indramayu Capai 1.500 ha

Kekeringan Meluas Setelah Hujan Kembali Terhenti


SANADI (46) petani di Desa Lamarantarung, Kec. Cantigi, Kab. Indramayu, Senin (23/6) merenung meratapi nasib di lokasi areal sawah miliknya dengan tanaman padi terancam mati karena kekeringan. Bahkan petani di wilayah desa itu terpaksa menelantarkan tanaman padi akibat kesulitan pasokan air.* MARSIS SANTOSO/"PR"


INDRAMAYU, (PR).-
Sedikitnya 1.500 hektare tanaman padi di Kab. Indramayu puso akibat kekeringan yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir ini. Bahkan, kekeringan diperkirakan bakal meluas akibat hujan yang sempat turun kembali terhenti.

Jumlah areal tanaman padi yang telah dinyatakan puso tersebut mengalami peningkatan lebih dari 300%. Sebab pada pekan sebelumnya, tercatat hanya seluas 400 ha.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Kab. Indramayu, Ir. Apas Fahmi Permana, Senin (23/6) membenarkan adanya 1.500 hektare tanaman padi di wilayahnya yang puso. "Lahan seluas itu sudah tidak dapat lagi diselamatkan karena tidak adanya pasokan air," kata Apas.

Dikatakan, tanaman padi yang puso tersebut tersebar di sejumlah kecamatan. Di antaranya di Kec. Kandanghaur, Losarang, Balongan, dan Krangkeng. Selain itu, pasokan air yang minim juga menyebabkan 10.000 hektare tanaman padi lainnya terancam kekeringan.

Lebih jauh Apas, mengungkapkan para petani sempat memiliki harapan besar saat hujan kembali turun pekan lalu. Karena lahan pertanian yang telah kering dan retak-retak kembali basah oleh air hujan. Terlebih dengan meningkatnya debit air di sejumlah sumber irigasi. Namun, saat ini dengan hujan yang kembali terhenti, areal persawahan mengalami kekeringan lagi.

Menambah modal

Sementara itu, data dari Dinas PU Pengairan Kab. Indramayu, menyebutkan total debit air dari Bendung Rentang pada Senin (23/6) kemarin, hanya mencapai 13,561 m3/detik. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan total debit air sehari sebelumnya yang mencapai 15,329 m3/detik.

Penurunan kembali tinggi muka air (TMA) Bendung Rentang di Desa Panyingkiran, Kec. Jatitujuh, Kab. Majalengka, terjadi akibat tidak adanya lagi hujan di sejumlah wilayah di hulu Sungai Cimanuk.

Kasubdin Operasi Pemeliharaan dan Bina Manfaat Dinas PU Pengairan Kab. Indramayu, Memet Hikmat, mengatakan kekeringan terparah terjadi di Kec. Losarang dan Kandanghaur. Dia menyebutkan, luas areal yang kekeringan di kedua daerah itu mencapai 3.200 hektare.

"Kondisi Sungai Cipanas II yang menjadi sumber pengairan bagi kedua kecamatan itu telah kering," kata Memet.

Dengan terhentinya hujan, berarti para petani harus menambah modal agar tanaman padi milik mereka bisa bertahan hidup. Karena dengan menipisnya pasokan air dari saluran irigasi, berarti mereka harus menggunakan pompa untuk mengairi areal persawahan. Sementara itu, pompa harus disewa berikut bahan bakarnya untuk menjalankan mesin pompa tersebut.

Seperti diungkapkan salah seorang petani di Kec. Sliyeg, Kasmad (45). Ia menjelaskan, kekeringan menyebabkan para petani harus merogoh kocek lebih dalam. Pasalnya, untuk dapat menyelamatkan tanaman padinya dari ancaman puso, para petani harus menyedot air dengan menggunakan mesin pompa.

"Apalagi setelah kenaikan harga BBM, uang yang harus dikeluarkan petani menjadi sangat besar untuk pompanisasi," ujarnya. (A-96)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar