Selasa, 24 Juni 2008

UNIVERSITAS INDONESIA

ICT yang Kuat Menjadikan Universitas Berkelas Dunia


Kompas/Wisnu Widiantoro / Kompas Images
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama menerima cenderamata dari Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Somantri saat berkunjung ke Kantor Harian Kompas di Jakarta, Senin (23/6). Selain bersilaturahmi, kunjungan jajaran pimpinan UI ke Kompas juga untuk bertukar pikiran tentang UI ke depan.




Selasa, 24 Juni 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Selama tahun 2002-2007, sejumlah langkah transformasi telah dilakukan Universitas Indonesia atau UI, namun upaya baik tersebut masih perlu dilanjutkan agar UI bisa menyumbang secara produktif upaya pengembangan peradaban dan kemanusiaan. Hal ini di antaranya menghasilkan ”berlian-berlian” (diamond) dalam kegiatan riset maupun pengajaran. Hal itu dikemukakan Rektor UI Gumilar R Somantri saat bersama jajaran pimpinan UI lainnya berkunjung ke Kompas, Senin (23/6).

Kepada pimpinan Kompas, Rektor UI menjelaskan bahwa langkah untuk menciptakan berlian dan berkontribusi pada peradaban serta kemanusiaan memerlukan tiga “mesin”, yakni integrasi, enterprising university, dan e-university.

”Ketiga mesin ini perlu segera ’dihidupkan’ dan ’dijalankan’ agar pada tahun 2012 landasan untuk menghasilkan diamond telah kokoh dipancangkan,” ujar Gumilar.

Termasuk dalam integrasi, kata Rektor UI, adalah integrasi organisasi akademik, dalam hal ini dengan perampingan jumlah fakultas.

Sementara enterprising university antara lain diwujudkan dengan penerapan prinsip manajemen modern yang memerhatikan efisiensi dan pengembangan nilai-nilai kewirausahaan di kalangan sivitas akademika maupun nonakademik. Terakhir, e-university, dikembangkan dengan membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (ICT) atau backbone yang membuat staf pengajar dan para peneliti masuk dalam universitas riset kelas dunia dan lembaga penelitian global.

”Seolah-olah semua institusi tersebut dengan aset strategis intelektualnya berada di dalam UI,” kata Gumilar sambil menyebutkan tren yang juga terjadi di Bengalore, India, sebagaimana disebut dalam karya Thomas Friedman, The World is Flat. Di kota itu, periset, akademisi, profesional, dan pebisnis merasa seperti di Lembah Silikon, AS, seolah semua pusat unggulan dunia berada di dekat–atau bahkan dekat sekali di sebelah–mereka. (NIN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar