Selasa, 24 Juni 2008

Tatang Setiadi Menolak Memaafkan Gajah Mada


BAGI seniman Tatang Setiadi keberadaan Gajah Mada dalam perjalanan sejarah Sunda sudah final. Menurut dia Gajah Mada adalah tokoh yang penuh ambisi untuk menaklukkan nusantara dengan segala cara, bila perlu dengan taktik yang keji seperti tindakannya terhadap Prabu Maharaja Linggabuana Raja Sunda.

"Makanya dalam acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang diadakan di petilasan Kerajaan Majapahit di Trowulan Jawa Timur sebulan lalu, kami para seniman Sunda menolak menandatangani piagam yang memberikan penghargaan kepada Gajah Mada sebagai tokoh pemersatu bangsa Indonesia. Kami pun pulang sebelum acara mereka selesaikan, hal ini sebagai protes terhadap rangkaian seluruh prosesi acara yang mereka susun seperti itu," papar Tatang yang dijumpai di Padepokan Sanggar Perceka di Cianjur beberapa waktu lalu.

Pada acara yang berlangsung tanggal 20 Mei lalu itu dihadiri ratusan seniman dari seluruh tanah air mengatasnamakan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di daerahnya masing-masing.

Dalam prosesi itu acara dibuat sedemikian rupa seolah-olah apa yang dilakukan Gajah Mada dilandasi semangat nasionalisme, bahkan dalam prosesi ritual tersebut seolah-olah Gajah Mada meminta maaf kepada anak cucu Raja Sunda. "Intinya kami harus mengampuni apa yang Gajah Mada lakukan kepada Dyah Pitaloka dan rombongan Raja Sunda, tentunya pernyataan tersebut kami tolak, sebab dalam kenyataan sejarah Gajah Mada kabur meninggalkan Majapahit setelah membantai Raja Sunda, dia tidak pernah minta maaf ," papar seniman kelahiran Buahbatu Bandung tahun 1955 ini.

Tatang dan seniman Sunda yang diundang saat itu sangat menyayangkan acara berlangsung seperti itu, padahal sebelumnya dalam undangan yang disampaikan langsung seniman Bali Ida Bagus Oka ke rumahnya beberapa waktu lalu, acara tersebut bertajuk memperingati 7 abad ajaran Bhineka Tunggal Ika dengan mengupas keberadaan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. (Luki Muharam/"Galura")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar