Sabtu, 21 Juni 2008

Uzbekistan

Kota Dunia


KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO / Kompas Images
Madrasah di Samarkand yang dibangun oleh Ulugh Beg, cucu Amir Temur, merupakan salah satu bangunan tua bersejarah yang menjadi bagian dari situs kuno di Samarkand.



Sabtu, 21 Juni 2008 | 03:00 WIB



B Josie Susilo Hardianto

Kubah biru bergambar rasi-rasi bintang menyedot hampir semua perhatian. Tak terkira, itu adalah salah satu buah pemikiran dari masa Ulugh Beg, cucu Amir Temur, dalam bidang astronomi.

Kubah biru bergambar rasi bintang itu merupakan bagian dari salah satu gedung di kompleks museum yang terletak di depan puing dan sisa observatorium yang dibangun pada tahun 1420 oleh Ulugh Beg. Pada masanya, Ulugh Beg memang lebih dikenal sebagai seorang ilmuwan dan budayawan.

Ia berbeda dari kakeknya yang adalah seorang warlord. Ulugh Beg mewarisi pemerintahan kakeknya itu dan memerintah di Samarkand, ibu kota utama kala itu, selama lebih kurang 40 tahun. Ia lebih mengedepankan kasih dan perdamaian selama memimpin pemerintahannya. Meski bepergian ke banyak negara, ia tidak mengampanyekan kekerasan atau menampakkan sikap agresif.

Sebaliknya, perjalanannya itu dipenuhi dengan kisah tentang pertukaran kebudayaan, mempelajari adat istiadat, serta ilmu pengetahuan. Ia pun lebih dikenal sebagai seorang ilmuwan, astronom, serta ahli matematika. Dan itulah yang ditinggalkannya hingga saat ini.

Selain observatorium kuno itu, Ulugh Beg juga meninggalkan kompleks madrasah yang merupakan satu-satunya kompleks persekolahan termegah yang pernah ada. Letaknya ada di Registan Square, Samarkand. Banyak orang melukiskannya sebagai lebih indah dari Piazza di San Marco, Venice. Kompleks itu sendiri didirikan antara tahun 1417-1721.

Ada tiga bangunan utama yang ada di kompleks itu. Ketiga madrasah itu adalah Madrasah Shir Dor, yang dibangun pada tahun 1619 dan 1635 dengan meniru Madrasah Ulugh Beg serta Madrasah Tilla Kari yang dibangun antara tahun 1646 dan 1659.

Namun, Samarkand bukan hanya Ulugh Beg. Samarkand juga memiliki kompleks kuno lain yang luar biasa indahnya seperti kompleks pemakaman Gur-i Amir tempat Amir Temur dimakamkan berdampingan dengan makam cucu yang pa- ling dikasihinya, Muhammad Sultan. Lalu ada kompleks pemakaman Shah-i Zinda di mana seseorang yang dipercaya sebagai salah satu kerabat Nabi Muhammad, Qusam ibn Abbas, dimakamkan.

Tidak hanya itu, ada pula kompleks Masjid Bibi Khanum yang dibangun oleh Saray Mulk Khanum salah satu istri Amir Temur. Umumnya kondisi bangunan itu terjaga baik.

Tidak mengherankan jika bangunan-bangunan berhias ornamen-ornamen tua yang terbuat dari kepingan keramik tetap lestari dan terjaga. Setiap hari ribuan peziarah dari banyak kawasan di Uzbekistan datang berkunjung.

Kota dunia
Bagi banyak orang, keelokan Samarkand, kota tua itu, dapat disejajarkan dengan kota-kota dunia seperti Alexandria, Babylon, Byzantium, Athena, dan Roma tempat sejarah tua dunia berkembang dan membangun peradaban manusia. Samarkand dipercaya dibangun lebih dari 2.500 tahun lalu.

Posisi strategis Samarkand yang berada di lembah Sungai Zaravshan membuat kawasan itu juga subur dan dikaruniai kelimpahan hasil alam seperti kapas dan buah-buahan.

Pada musim panas ini, orang dengan mudah memperoleh anggur segar, aprikot, apel, plum, dan ceri. Air yang melimpah datang dari sumber-sumber bawah tanah.

Dahaga sehari pupus sudah ketika dibasuh oleh air dari sebuah sumber yang disebut air rahmat. Dalam bidang budaya, Samarkand menjadi makin kaya karena mewarisi aneka macam akar kebudayaan dunia seperti Iran, India, Mongol, dan Eropa. Ia menjadi pertemuan antara Barat dan Timur.

Lebih kurang seribu tahun sebelum Masehi, suku-suku nomaden dari Iran datang dari arah utara. Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Mongol, India, Turki, dan dari daratan Eropa pun melintasi kawasan di daratan Asia Tengah itu dan menjadikannya sebagai pusat budaya dan perdagangan. Perkembangannya seiring dengan melajunya arus perdagangan antara China dan Eropa yang kemudian dikenal dengan sebutan Jalur Sutra.

Pada abad kedelapan ketika Khalifah Arab menaklukan Asia Tengah, budaya Islam masuk ke Uzbekistan dan mendominasi wilayah itu. Kemudian Islam menjadi unsur penting dalam kehidupan budaya di negara itu. Memasuki abad ke14 Masehi, ketika Amir Temur, seorang warlord yang lahir di Kesh sekitar 50 mil arah selatan dari Samarkand, Uzbekistan berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya.

Silang budaya itu meninggalkan keelokan arsitektur yang luar biasa indah. Nyaris kata-kata tidak cukup untuk melukiskannya, ia mungkin hanya dapat kalah oleh mata kamera yang dapat merekamnya dengan indah.

Saat ini Samarkand berkembang menjadi kota terbesar kedua setelah Tashkent. Kota dibagi dua bagian, antara yang lama dan yang baru. Kota baru dibangun sebagai pusat administrasi, industri, dan kultural.

Di situ dibangun juga berbagai institut seperti institut kesehatan, pertanian, arsitektur, serta bahasa asing. Asisten Gubernur Samarkand Kho’jakul mengatakan, Samarkand hingga saat ini tetap mewarisi sejarah masa lalu. Bukan hanya bangunan-bangunan kuno yang dimiliki, tetapi di kota itu berkumpul orang dengan lebih kurang 100 latar belakang kebangsaan yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar