Jumat, 06 Juni 2008

KTT Pangan

Petani Nyatakan "Muak" dengan Pertemuan FAO


AP photo/alessandro di meo / Kompas Images
Para perwakilan dari 193 negara menghadiri pertemuan puncak soal keamanan pangan di markas Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Roma, Selasa (3/6). Pertemuan berakhir hari Kamis tanpa hasil yang signifikan untuk mengatasi krisis pangan global, yang menyengsarakan minimal 75 juta warga dunia.




Jumat, 6 Juni 2008 | 03:00 WIB

Roma, Kamis - Sejumlah petani kecil, Kamis (5/6), menyatakan muak dengan kesimpulan pertemuan puncak PBB soal pangan. Dikatakan, badan-badan dunia soal pangan hanya melanjutkan kebijakan yang sama dan gagal, yang mengarah pada krisis pangan dunia.

”Kami jengkel dan muak karena melihat krisis pangan telah dipakai untuk melanjutkan kebijakan yang telah gagal mengatasi krisis pangan,” kata Maryam Rahmanian dari Pusat Pembangunan Berkelanjutan Iran di Roma, Kamis.

Salah satu kecaman para petani adalah permintaan kepada negara berkembang agar memproduksi pangan untuk ekspor, bukan untuk tujuan domestik.

Puluhan organisasi nonpemerintah dan para petani kecil juga menyelenggarakan pertemuan secara terpisah di Roma, tetapi dengan waktu bersamaan dengan pertemuan puncak yang diselenggarakan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

Dalam pertemuan FAO itu, para pemimpin dunia sepakat menggunakan segala cara untuk membantu korban dari kenaikan harga pangan. Demikian salah satu poin yang akan menjadi kesimpulan dalam pertemuan tiga hari mengenai pangan.

Akan tetapi, dalam rancangan kesimpulan tersebut masih ada bahasa kompromi mengenai isu biofuel yang dipromosikan oleh Brasil dan AS.

Produksi biofuel telah dikecam karena mengurangi lahan pertanian sehingga mengurangi produksi bahan pangan.

Beberapa jam sebelum deklarasi final disetujui, Komisi Pembangunan Uni Eropa Louis Michel sudah mengatakan akan menolak penyelesaian jangka pendek. ”Kita tidak boleh panik dan menyerah pada godaan untuk membuat penyelesaian jangka pendek,” ujar Michel di Roma, Kamis kemarin.

Perselisihan mengenai bahasa diplomatis muncul setelah pejabat PBB mengumumkan ada dana segar sekitar tiga miliar dollar AS untuk menolong orang yang terkena krisis pangan.

Kesepakatan baru ini ditanggapi dengan hangat, tetapi Sekjen PBB Ban Ki-moon memperingatkan dana yang diperlukan mencapai 20 miliar dollar AS.

Afrika

Afrika menjadi perhatian dalam KTT Pangan. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, memelopori inisiatif untuk membantu petani kecil di benua termiskin itu. Annan menandatangani kemitraan dengan tiga badan PBB bidang pangan yang sedang memikirkan bagaimana cara agar Afrika terlepas dari krisis pangan ini.

”Semua organisasi akan berkumpul untuk membantu sektor pertanian Afrika,” kata Annan yang saat ini mengetuai Revolusi Hijau untuk Afrika (AGRA).

AGRA berdiri tahun 2007 dengan dana awal sebesar 150 juta dollar AS yang didapat dari Yayasan Bill Melinda Gates serta Yayasan Rockefeller. AGRA bekerja sama dengan FAO, Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) dan Program Pangan Dunia (WWF). ”Dengan menggabungkan upaya, kami dapat secara drastis melakukan langkah-langkah untuk membantu petani kecil di Afrika,” kata Annan.

Ada 22 negara yang menderita karena kenaikan harga pangan dan minyak. Sebanyak 19 negara di antaranya berada di Afrika Subsahara. (Reuters/AP/AFP/joe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar