Bersaing Menghadirkan Ponsel PDA
RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
RENE L PATTIRADJAWANE / Kompas Images
Senin, 9 Juni 2008 | 03:00 WIB
Ponsel PDA (Personal Digital Assistant), yang dianggap akan menjadi perangkat teknologi canggih dan menjadi alat bantu komunikasi dan teknologi informasi, ternyata masih harus berjuang untuk bisa diterima oleh konsumen kebanyakan. Persaingan pun menjadi semakin ketat, selain harganya bersaing, juga memiliki beragam fitur.
Berbagai ponsel PDA sekarang berdesak-desakan dengan ponsel cerdas dari berbagai merek ternama seperti Nokia, Sony Ericsson, dan Samsung untuk mencari tempat di tengah-tengah konsumen yang mengharapkan ada gadget yang mudah digunakan serta memiliki fitur yang lengkap.
Hampir setiap bulan kita menyaksikan berbagai gadget bermunculan, baik dalam faktor bentuk ponsel PDA maupun ponsel cerdas, dengan berbagai macam fitur. Mulai dari pilihan koneksi 3,5G HSDPA, pengarah lokasi GPS (Global Positioning System), kemampuan push e-mail, dan lain sebagainya.
Untuk skala Indonesia, di tengah persaingan operator seluler yang menghasilkan koneksi yang buruk, baik suara dan data, kehadiran ponsel PDA dan ponsel cerdas memang menjadi dilema sendiri. Karena buruknya pelayanan operator seluler, sering kali berbagai fitur yang berkaitan dengan kemajuan teknologi komunikasi dan disediakan sebagai layanan oleh operator menjadi tidak bermanfaat banyak.
Akhirnya, ponsel PDA yang canggih menjadi alat untuk berkomunikasi saja untuk melakukan percakapan teleponi dan mengirim pesan singkat SMS. Ini adalah dilema yang akan kita lihat terus berlangsung selama belum ada perbaikan dan berubahnya perilaku operator untuk memberikan layanan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Memadai
Pelopor ponsel PDA seperti Palm, misalnya, belum lama ini memperkenalkan produk terbarunya seri Centro yang lebih ringan, futuristik, serta mencoba untuk melanjutkan tradisi keberhasilannya sebagai perangkat komunikasi dan informasi secara bersamaan. Berwarna putih bersih (foto kiri), Palm Centro berupaya menjadikan para remaja dan orang muda sebagai targetnya, mencerminkan kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Selama bertahun-tahun kita sebenarnya terpengaruh dengan keberhasilan Palm dengan produk Treo yang sinonim dengan ponsel cerdas sekaligus ponsel PDA yang menjadi ikon dan menjadi pergunjingan kalangan industri ponsel dunia. Namun, dalam kurun waktu yang singkat pula Palm tenggelam dengan kehadiran berbagai perangkat sejenis seperti O2, Blackberry, maupun perangkat ponsel PDA dengan berbasis Windows Mobile.
Palm sendiri mencoba untuk menggantikan sistem operasi Palm OS dengan Windows Mobile, tapi tidak memberikan hasil yang memuaskan, dan pangsa pasar pengguna Palm di seluruh dunia pun merosot secara tajam. Untuk beberapa saat, Palm sendiri tidak banyak memperkenalkan produk terbarunya, dan kalah pamor menghadapi perangkat ponsel PDA yang lebih canggih dengan berbagai macam seri yang dimulai oleh O2 yang akhirnya pun berhenti menghasilkan produk-produk ponsel PDA.
Palm Centro sebenarnya mencoba untuk mengembalikan jati dirinya sebagai ponsel PDA yang cantik, mudah digunakan, dan memiliki daya tahan baterai yang panjang. Selain menyederhanakan rancang desainnya, Palm Centro pun sekarang dijajakan dengan harga yang memadai untuk kebanyakan orang-orang muda di perkotaan yang membutuhkan ponsel PDA yang terjangkau di bawah harga sekitar Rp 3 juta.
Tidak ada banyak yang berbeda dengan desain, isi, serta sistem operasi yang dimiliki Palm Centro. Memiliki papan ketik QWERTY, yang sangat rapat dengan tombol yang kecil, sering kali menyulitkan untuk menggunakannya dan lebih nyaman menggunakan layar sentuh pada monitor 2,2 inci.
Palm Centro memiliki semua fitur yang sekarang menjadi marketing gimmick yang ditawarkan oleh berbagai merek ponsel PDA, termasuk kamera digital 1,3 megapiksel. Daya tahan baterainya sendiri dalam pemakaian intensitas yang tinggi bisa bertahan sampai dua hari saja walaupun Palm sendiri menyebutkan memiliki waktu standby selama 300 jam.
Produk lengkap
Produk ponsel PDA lain yang juga menarik adalah i-mate 9502 seri Ultimate dengan ukuran yang lebih besar dan lebih berat ketimbang Palm Centro. Tapi produk i-mate 9502 ini memiliki fitur paling lengkap dan menjadi pesaing beberapa produk ponsel PDA lain berusaha mengikuti keberhasilan HTC, produsen utama ponsel PDA dalam kontrak OEM (Original Equipment Manufacturer) terbesar di dunia.
Sepintas, rancang bentuk i-mate Ultimate ini seperti ponsel PDA lainnya, menggunakan sistem operasi Windows Mobile 6 (foto-foto kanan), memiliki layar sentuh 2,8 inci, tombol-tombol fungsional untuk melakukan panggilan teleponi, dan koneksi HSDPA 3, 5 G, dan lainnya. Namun, setelah mencobanya untuk beberapa saat, i-mate 9502 ini juga memiliki XGA output untuk terhubung ke monitor atau proyektor.
Sepertinya i-mate 9502 ini ingin menjadi ponsel PDA yang lengkap. Selain sebagai perangkat fungsional untuk kepentingan bekerja, juga memiliki fungsi penunjuk arah GPS sebagai daya tarik di tengah maraknya kehadiran sistem navigasi personal yang sekarang tersedia dalam berbagai bentuk.
Produk ponsel PDA i-mate ini juga memiliki keunikan dengan menyembunyikan papan ketik QWERTY di balik layar yang harus digeser dalam posisi horizontal. Cara ini diharapkan pada pengguna ponsel PDA yang tidak terbiasa dengan penggunaan layar sentuh, bisa menggunakan papan ketik untuk memasukkan berbagai data ke dalamnya.
Dalam beberapa bulan ke depan, setidaknya sampai dengan akhir tahun ini, ponsel PDA akan bermunculan dengan lebih banyak fitur lagi dan bersaing untuk bisa memiliki konsumen yang sekarang ini tergiur dengan berbagai perangkat teknologi, termasuk komputer kecil dengan harga di bawah Rp 5 juta yang menjadi harga standar rata-rata ponsel PDA.
René L Pattiradjawane
Ponsel PDA (Personal Digital Assistant), yang dianggap akan menjadi perangkat teknologi canggih dan menjadi alat bantu komunikasi dan teknologi informasi, ternyata masih harus berjuang untuk bisa diterima oleh konsumen kebanyakan. Persaingan pun menjadi semakin ketat, selain harganya bersaing, juga memiliki beragam fitur.
Berbagai ponsel PDA sekarang berdesak-desakan dengan ponsel cerdas dari berbagai merek ternama seperti Nokia, Sony Ericsson, dan Samsung untuk mencari tempat di tengah-tengah konsumen yang mengharapkan ada gadget yang mudah digunakan serta memiliki fitur yang lengkap.
Hampir setiap bulan kita menyaksikan berbagai gadget bermunculan, baik dalam faktor bentuk ponsel PDA maupun ponsel cerdas, dengan berbagai macam fitur. Mulai dari pilihan koneksi 3,5G HSDPA, pengarah lokasi GPS (Global Positioning System), kemampuan push e-mail, dan lain sebagainya.
Untuk skala Indonesia, di tengah persaingan operator seluler yang menghasilkan koneksi yang buruk, baik suara dan data, kehadiran ponsel PDA dan ponsel cerdas memang menjadi dilema sendiri. Karena buruknya pelayanan operator seluler, sering kali berbagai fitur yang berkaitan dengan kemajuan teknologi komunikasi dan disediakan sebagai layanan oleh operator menjadi tidak bermanfaat banyak.
Akhirnya, ponsel PDA yang canggih menjadi alat untuk berkomunikasi saja untuk melakukan percakapan teleponi dan mengirim pesan singkat SMS. Ini adalah dilema yang akan kita lihat terus berlangsung selama belum ada perbaikan dan berubahnya perilaku operator untuk memberikan layanan sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Memadai
Pelopor ponsel PDA seperti Palm, misalnya, belum lama ini memperkenalkan produk terbarunya seri Centro yang lebih ringan, futuristik, serta mencoba untuk melanjutkan tradisi keberhasilannya sebagai perangkat komunikasi dan informasi secara bersamaan. Berwarna putih bersih (foto kiri), Palm Centro berupaya menjadikan para remaja dan orang muda sebagai targetnya, mencerminkan kemajuan teknologi komunikasi informasi.
Selama bertahun-tahun kita sebenarnya terpengaruh dengan keberhasilan Palm dengan produk Treo yang sinonim dengan ponsel cerdas sekaligus ponsel PDA yang menjadi ikon dan menjadi pergunjingan kalangan industri ponsel dunia. Namun, dalam kurun waktu yang singkat pula Palm tenggelam dengan kehadiran berbagai perangkat sejenis seperti O2, Blackberry, maupun perangkat ponsel PDA dengan berbasis Windows Mobile.
Palm sendiri mencoba untuk menggantikan sistem operasi Palm OS dengan Windows Mobile, tapi tidak memberikan hasil yang memuaskan, dan pangsa pasar pengguna Palm di seluruh dunia pun merosot secara tajam. Untuk beberapa saat, Palm sendiri tidak banyak memperkenalkan produk terbarunya, dan kalah pamor menghadapi perangkat ponsel PDA yang lebih canggih dengan berbagai macam seri yang dimulai oleh O2 yang akhirnya pun berhenti menghasilkan produk-produk ponsel PDA.
Palm Centro sebenarnya mencoba untuk mengembalikan jati dirinya sebagai ponsel PDA yang cantik, mudah digunakan, dan memiliki daya tahan baterai yang panjang. Selain menyederhanakan rancang desainnya, Palm Centro pun sekarang dijajakan dengan harga yang memadai untuk kebanyakan orang-orang muda di perkotaan yang membutuhkan ponsel PDA yang terjangkau di bawah harga sekitar Rp 3 juta.
Tidak ada banyak yang berbeda dengan desain, isi, serta sistem operasi yang dimiliki Palm Centro. Memiliki papan ketik QWERTY, yang sangat rapat dengan tombol yang kecil, sering kali menyulitkan untuk menggunakannya dan lebih nyaman menggunakan layar sentuh pada monitor 2,2 inci.
Palm Centro memiliki semua fitur yang sekarang menjadi marketing gimmick yang ditawarkan oleh berbagai merek ponsel PDA, termasuk kamera digital 1,3 megapiksel. Daya tahan baterainya sendiri dalam pemakaian intensitas yang tinggi bisa bertahan sampai dua hari saja walaupun Palm sendiri menyebutkan memiliki waktu standby selama 300 jam.
Produk lengkap
Produk ponsel PDA lain yang juga menarik adalah i-mate 9502 seri Ultimate dengan ukuran yang lebih besar dan lebih berat ketimbang Palm Centro. Tapi produk i-mate 9502 ini memiliki fitur paling lengkap dan menjadi pesaing beberapa produk ponsel PDA lain berusaha mengikuti keberhasilan HTC, produsen utama ponsel PDA dalam kontrak OEM (Original Equipment Manufacturer) terbesar di dunia.
Sepintas, rancang bentuk i-mate Ultimate ini seperti ponsel PDA lainnya, menggunakan sistem operasi Windows Mobile 6 (foto-foto kanan), memiliki layar sentuh 2,8 inci, tombol-tombol fungsional untuk melakukan panggilan teleponi, dan koneksi HSDPA 3, 5 G, dan lainnya. Namun, setelah mencobanya untuk beberapa saat, i-mate 9502 ini juga memiliki XGA output untuk terhubung ke monitor atau proyektor.
Sepertinya i-mate 9502 ini ingin menjadi ponsel PDA yang lengkap. Selain sebagai perangkat fungsional untuk kepentingan bekerja, juga memiliki fungsi penunjuk arah GPS sebagai daya tarik di tengah maraknya kehadiran sistem navigasi personal yang sekarang tersedia dalam berbagai bentuk.
Produk ponsel PDA i-mate ini juga memiliki keunikan dengan menyembunyikan papan ketik QWERTY di balik layar yang harus digeser dalam posisi horizontal. Cara ini diharapkan pada pengguna ponsel PDA yang tidak terbiasa dengan penggunaan layar sentuh, bisa menggunakan papan ketik untuk memasukkan berbagai data ke dalamnya.
Dalam beberapa bulan ke depan, setidaknya sampai dengan akhir tahun ini, ponsel PDA akan bermunculan dengan lebih banyak fitur lagi dan bersaing untuk bisa memiliki konsumen yang sekarang ini tergiur dengan berbagai perangkat teknologi, termasuk komputer kecil dengan harga di bawah Rp 5 juta yang menjadi harga standar rata-rata ponsel PDA.
apik tapi sayang gk punya q,,pengen tapi gk punya uang...huuhhh!!
BalasHapus