Minggu, 01 Juni 2008

Ambisi Mittal Kuasai Krakatau Steel

Penulis : Irana Shalindra

REUTERS/Sebastien Pirlet


KEDATANGAN Lakshmi Narayan Mittal ke Indonesia memicu kegegeran di Tanah Air. Pasalnya, pemilik perusahaan baja dunia ArcelorMittal itu ternyata berkeinginan melebarkan sayap bisnis di Asia dengan menginvestasikan modal pada PT Krakatau Steel (persero).

Lobi yang dilakukan pihak Mittal untuk meminang BUMN baja yang sedianya dijadwalkan masuk program privatisasi tahun ini tersebut sontak mengundang pro kontra di dalam negeri. Mulai dari Presiden, para menteri dan anggota dewan, manajemen Krakatau Steel (KS) hingga para buruh, unjuk suara.

Menyelipkan suatu pertanyaan bagaimanakah sepak terjang ArcelorMittal di percaturan industri baja internasional selama ini?

Perusahaan yang mencatatkan pendapatan bersih US$10,4 miliar tahun lalu itu merupakan hasil merger antara perusahaan baja Arcelor yang memiliki fokus pasar di Eropa dan perusahaan baja Mittal yang memiliki kekuatan jaringan di Amerika dan Afrika.

Proses merger yang diawali pinangan Mittal terhadap Arcelor itu sendiri memakan waktu enam bulan dan diformalkan ke dalam nama ArcelorMittal pada Desember 2006. Menciptakan raksasa perusahaan baja dengan kapasitas produksi sekitar 130 juta ton per tahun, atau 10% dari total produksi baja dunia.

Tahun berikutnya, ArcelorMittal makin menggurita dengan melakukan berbagai akuisisi di sektor hulu dan hilir. Dari mulai Estonia, Mexico, Australia, Austria, China, Perancis, Jerman, Argentina, Turki, Italia, Inggris, hingga Uruguay.

Total investasi dan akuisisi yang dikucurkan perseroan mencapai US$12,3 miliar pada akhir 2007. Dengan demikian, ArcelorMittal menjadi pemain utama hampir di semua belahan dunia. Kecuali, Asia.

Bisa jadi, 'kekurangan' itulah yang ingin ditambal ArcelorMittal pada tahun ini. Dalam laporan aktivitas ArcelorMittal 2007, Lakshmi Mittal mengemukakan, pertumbuhan perusahaan melalui akuisisi masih akan menjadi fokus penting pada 2008.

Hal senada dikemukakan Direktur Jenderal Kementerian Ekonomi dan Perdagangan Internasional Georges Schmit yang menjadi perwakilan pemerintah Luxemburg dalam jajaran direksi ArcelorMittal.

Dijumpai di Luxemburg, akhir pekan lalu, Schmit mengatakan, Asia, termasuk Indonesia, masuk dalam peta bisnis perseroan yang diyakini akan membawa berbagai keuntungan.

Menanggapi kontroversi atas rencana masuknya ArcelorMittal ke KS, Schmit mengungkapkan bahwa resistensi serupa pernah terjadi di pihaknya ketika Mittal mengakuisisi Arcelor. Bahkan, pemerintah Luxemburg selaku pemegang saham minoritas Arcelor, diakuinya baru mengetahui hal tersebut setelah pembicaraan antara dua perusahaan sudah berlangsung.

Namun, resistensi mereda setelah seluruh pemangku kepentingan berkali-kali melakukan pertemuan untuk menajamkan manfaat yang akan yang bakal diperoleh seluruh pihak melalui konsolidasi.

Namun, akuisisi yang terjadi memang tak selalu berjalan mulus. ArcelorMittal beberapa kali diterpa isu ketenagakerjaan. Seperti yang terjadi di Polandia dan Perancis. (Sha/OL-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar