Jumat, 06 Juni 2008

Bakteri

Ancaman Baru dari Dunia Bakteri

Oleh FAJAR RAMADHITYA PUTERA

Salah satu masalah utama bidang pengobatan di Indonesia adalah banyaknya bakteri kebal antibiotik yang dipicu penggunaan obat yang tidak rasional. Biasanya ini disebabkan penggunaan antibiotik yang tidak tuntas ataupun penggunaan tanpa dasar pemeriksaan yang jelas.

Saat ini semakin banyak bakteri yang menjadi kebal terhadap antibiotik akibat penggunaan yang tidak rasional dan tidak sesuai ketentuan. Akibatnya, penyakit menjadi semakin sulit disembuhkan.

Fenomena ini adalah masalah penting dalam dunia kesehatan mengingat selama ini penelitian obat-obat antibakteri baru masih tetap berkisar pada molekul aktif yang dapat melawan bakteri patogen Gram negatif, seperti Acinetobacter baumannii dan Pseudomonas aeruginosa. Belum ada inovasi yang benar-benar baru pada cara kerja obat antibakteri meski obat-obat baru terus ditemukan. Saat ini, golongan antibakteri baru dengan cara kerja dan pendekatan baru sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas antibakteri konvensional, demikian seperti diulas di Medscape Pharmacist.

Menyukai antibiotik

Bakteri yang kebal antibiotik sudah cukup menyulitkan dalam upaya pelayanan kesehatan. Lalu bagaimana jika muncul bakteri yang bukan hanya kebal antibiotik tapi juga mampu memakan antibiotik sebagai sumber nutrisi untuk mereka? Alih-alih mati saat diberi antibiotik, bakteri-bakteri ini justru dapat tumbuh baik dengan mengonsumsi antibiotik yang diberikan.

Bakteri yang mampu mengalahkan antibiotik dalam cara baru yang menakjubkan ini ditemukan sekelompok peneliti dari Harvard baru-baru ini sebagaimana dipublikasikan di jurnal Science edisi 4 April 2008, yang dilansir Yahoo Health.

Tim peneliti yang dipimpin George Church dari Harvard Medical School ini pada mulanya sedang berusaha untuk menemukan mikroorganisme dalam tanah yang mampu memecah zat kimia beracun. Mereka menggunakan antibiotik yang merupakan zat yang seharusnya lebih toksik untuk bakteri guna mendapatkan kandidat yang terkuat. Proses ini dilakukan dalam rangka mengembangkan cara untuk menemukan bahan bakar alami dari limbah pertanian.

Sebenarnya secara alami, bakteri memang sering bertindak sebagai pengurai di alam dan mendapatkan nutrisi dari makanan yang membusuk. Namun, sebagian dari mereka pun ternyata mampu berkembang biak dengan mencerna antibiotik.

Ini terlihat ketika para peneliti menempatkan bakteri dalam cawan yang hanya menyimpan antibiotik, bakteri tumbuh lebih lambat namun hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap obat yang diuji dapat membantu pertumbuhan beberapa bakteri.

Sebenarnya beberapa antibiotik seperti penisilin dan sefalosporin memang berasal dari alam. Karena itu, tidak terlalu mengejutkan jika ada bakteri tanah yang mampu bertahan terhadap sejumlah antibiotik. Penemuan ini cukup mengejutkan karena dari sejumlah bakteri yang diteliti, banyak bakteri yang tak sekadar bertahan, tapi mampu berkembang biak ketika diberi makan 18 antibiotik yang berbeda, termasuk gentamisin, vankomisin, dan siprofloksasin, yang merupakan obat yang sering digunakan pada terapi.

Yang lebih mengkhawatirkan, sejumlah bakteri ini dapat bertahan bahkan pada tingkat sampai 50 sampai 100 kali dari dosis antibiotik yang biasa diberikan kepada pasien. Penemuan ini membawa kekhawatiran akan banyaknya penyakit infeksi yang tidak akan tertangani, sebagaimana banyak bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik masa kini bahkan setelah beberapa obat baru ditemukan.

Bayangkan jika kemampuan ini diperoleh oleh bakteri yang sulit diberantas seperti bakteri TBC. Berbeda dengan bakteri penyebab penyakit lain, bakteri TBC memiliki dinding sel yang sebagian besar tersusun dari asam mikolik dengan cabang molekul lipid yang memberikan penghalang tak tembus di sekitar sel.

Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap asam dan gangguan fisika kimia. Selain itu pada kondisi tidur, bakteri TBC dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun, baik dalam udara kering maupun dingin. Setelah bangkit dari keadaan tidur, bakteri dapat kembali aktif seperti sedia kala. Bakteri TBC dapat menghasilkan enzim beta laktamase yang memberinya kekebalan terhadap antibiotik dari golongan beta laktam seperti penisilin dan sefalosporin.

Pada umumnya resistensi disebabkan oleh penguraian obat antibakteri oleh enzim atau protein tertentu. Mekanisme resistensi biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan dari jumlah yang sedikit dan kemudian perlahan-lahan bertambah seiring waktu.

Transfer genetik

Saat ini peneliti sedang bergiat untuk menemukan cara bakteri tanah dapat mengembangkan kemampuan untuk mengonsumsi antibiotik. Dikhawatirkan, bakteri berbaha- ya yang membawa penyakit kemudian dapat pula mengembangkan kemampuan yang sama.

Sifat kebal antibiotika pada bakteri biasanya berada pada materi genetik yang dapat dipindahkan ke bakteri lain, baik yang sejenis maupun berbeda jenis, melalui mekanisme transfer genetik. Untuk itu, identifikasi gen yang memungkinkan bakteri ini mencerna dan menguraikan antibiotik merupakan langkah penting selanjutnya bagi para peneliti.

Namun, sebenarnya dampak penemuan ini terhadap dunia kesehatan belum dapat dipastikan. Mengingat pada dasarnya bakteri tanah bukanlah merupakan ancaman untuk manusia. Selain itu, belum ditemukan bakteri pembawa penyakit yang telah memiliki kemampuan yang sama untuk mengonsumsi antibiotik.

Meskipun demikian, dalam menggunakan obat apa pun sebaiknya sesuai dengan petunjuk penggunaan agar tidak muncul efek yang tidak diharapkan. Untuk mewujudkan ini, diperlukan peran serta aktif dari tenaga kesehatan, pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait.

FAJAR RAMADHITYA PUTERA Alumnus Farmasi Universitas Padjadjaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar