FKY XX Usung Kesenian Langka
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO / Kompas Images
Pekerja memajang beraneka bentuk layang-layang di stan kerajinan Pasar Raya Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XX 2008 di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Jumat (6/6). Pasar Raya FKY resmi dibuka Sabtu ini dan akan berakhir pada 7 Juli mendatang. Selain menampilkan aneka stan kerajinan, Pasar Raya FKY juga akan diisi dengan aneka kegiatan pentas seni tradisi.
Pekerja memajang beraneka bentuk layang-layang di stan kerajinan Pasar Raya Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XX 2008 di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Jumat (6/6). Pasar Raya FKY resmi dibuka Sabtu ini dan akan berakhir pada 7 Juli mendatang. Selain menampilkan aneka stan kerajinan, Pasar Raya FKY juga akan diisi dengan aneka kegiatan pentas seni tradisi.
Sabtu, 7 Juni 2008 | 03:00 WIB
YOGYAKARTA, KOMPAS - Festival Kesenian Yogyakarta atau FKY XX akan dibuka Sabtu (7/6) ini dan berlangsung dua bulan di berbagai tempat di Yogyakarta. Mengambil tema ”The Past is New: Masa Lalu Selalu Baru”, FKY XX mengangkat seni pertunjukan langka sebagai fokus kegiatan dengan lebih melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses berkebudayaan.
FKY XX akan dibuka oleh Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X. Seperti tahun-tahun sebelumnya, upacara pembukaan akan diramaikan oleh pawai kesenian. ”Ada 15 komunitas atau sekitar 500 orang yang akan bergabung dalam pawai pembukaan,” kata Koordinator Pawai Pembukaan FKY XX Very Penceng Adrian, Jumat.
Sesuai spirit The Past is New: Masa Lalu Selalu Baru, pawai pembukaan menampilkan kesenian-kesenian rakyat yang sudah sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Pawai akan dimulai pukul 14.00 dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju kawasan Benteng Vredeburg di Jalan Malioboro.
Sembilan kampung dipilih untuk mewakili komunitas masyarakat Yogyakarta dengan keberagaman kesenian. Kampung Minggiran, misalnya, akan menampilkan parade dolanan anak dengan busana permainan anak yang dibuat dari anyaman daun-daunan kering.
Berbagai kesenian rakyat yang dahulu pernah populer, seperti wayang telo dan egrang, juga akan ditampilkan. Ledhek gogig yang pernah menjadi penanda seni jalanan di Yogyakarta akan tampil pula bersama dengan beragam identitas warga kampung seperti pedagang jamu, musik rewo-rewo, ataupun kesenian jathilan.
Selain Minggiran, delapan kampung lain yang dipilih sebagai representasi masa lalu dan perubahan zaman di Yogyakarta adalah Tukangan, Kricak Kidul, Pandeyan, Samirono, Mergangsan Kidul, Suryawijayan, Dolahan-Kotagede, dan Pajeksan.
Direktur FKY XX Aji Wartano mengungkapkan, kampung-kampung itu diklasifikasikan ke dalam tiga kecenderungan, yaitu kampung yang berafiliasi dengan Keraton Yogyakarta, kampung yang berafiliasi dengan bermacam revolusi, dan kampung urban yang tumbuh menjadi satu kawasan baru setelah membaur dengan sekolah, kampus, atau kos-kosan di sekitarnya. (DYA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar