Selasa, 03 Juni 2008

Memajukan Desa Melalui Pembelajaran Bahasa Asing

KETERBATASAN sebuah daerah terkadang menjadi perkara klasik yang dituduh sebagai penyebab utama tertinggalnya wilayah tersebut. Namun, hal itu tak terjadi di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Desa yang terletak sekitar tiga kilometer dari kawasan wisata Candi Borobudur itu mampu unjuk gigi dengan konsep desa bahasanya.

Adalah Hani Sutrisno, pemuda kelahiran desa tersebut yang merintis konsep desa bahasa. Sejak kecil, Hani telah terbiasa mencari nafkah dari Candi Borobudur, mulai dari berjualan pernak-pernik, hingga menjadi pemandu wisatawan asing. Pengalamannya mengadu untung di kawasan wisata memberi Hani pelajaran berarti, yaitu kemampuan berbahasa asing.

Dia merasa kemampuan berbahasa asing terutama bahasa Inggris, dapat mempermudah komunikasi dengan wisatawan asing. Oleh karena itu, dia bertekad memajukan desanya melalui kemampuan berbahasa asing. Terlebih, Hani sejak kecil telah menyadari bahwa daerah tempat dia tinggal merupakan daerah tertinggal. "Desa ini tergolong gersang, pendidikan masyarakatnya juga rendah. Di satu kelurahan paling hanya ada satu sarjana," tutur Hani ketika ditemui, Minggu (25/5).

Secara perlahan dia menularkan kemampuan bahasa Inggrisnya. "Sejak SMP saya sudah mengajari orang berbahasa Inggris. Bahasa Inggrisnya memang bukan bahasa Inggris yang benar, tapi bagaimana cara berjualan dengan menggunakan bahasa Inggris. Yang penting kan komunikasinya," tutur Hani.

Pada tahun 1998, dia lalu melanjutkan niatnya mengembangkan tanah kelahirannya secara lebih serius. Dia merintis pengajaran bahasa Inggris kecil-kecilan di desanya. Ternyata usaha Hani berhasil. Bukan hanya para orang tua yang sangat antusias mengikuti pengajaran yang dia berikan. Anak-anak desa pun memiliki minat besar. Hani pun mendirikan kursus bahasa Inggris di tempat berbeda dengan nama Simple English Course (Spec). Keuntungan yang diperoleh dari kursus ini digunakan untuk membiayai desa bahasa.

Seiring berjalannya waktu, pembiayaan operasional desa bahasa menjadi lebih besar dibandingkan dengan pendapatan Hani dari Spec. Hal itu yang membuat desa bahasa dalam keadaan "vakum" untuk sementara waktu. Namun, kata Hani, kevakuman ini tidak akan berlangsung lama. Saat ini Hani tengah berkonsentrasi memajukan Spec-nya. (Joko Pambudi/Wilujeng Kharisma)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar