Selasa, 03 Juni 2008

Aplikasi & Penguasaan Bahasa Sunda Menurun

BANDUNG, (PR).-
Aplikasi dan penguasaan bahasa Sunda di kalangan generasi muda saat ini semakin menurun. Salah satu buktinya, ajang perlombaan yang mengharuskan peserta menggunakan bahasa Sunda pun minim peserta.

"Dari 51 sekolah yang kami undang untuk mengikuti debat bahasa Sunda ini hanya 11 sekolah yang ikut. Namun, sebagai orang Sunda saya cukup bangga melihat antusiasme peserta," kata Koordinator Debat Bahasa Sunda "Heman Lingkungan", Nandang Sambas di aula Pascasarjana Universitas Islam Bandung, Jln. Purnawarman, Bandung, Senin (2/6).

"Lagi pula pelajaran bahasa Sunda di tingkat SMA baru dipelajari dalam dua tahun terakhir sehingga bisa dianggap baru," ungkapnya.

Lomba debat yang merupakan hasil kerjasama Unisba dengan Kementrian Lingkungan Hidup ini diikuti 16 regu yang berasal dari 11 SMA Kota dan Kabupaten Bandung. Pergelaran yang juga sebagai salah satu rangkaian ulang tahun ke-50 Unisba ini memperebutkan hadiah uang tunai jutaan rupiah selain tropi dari Kementrian LH, Gubernur Jawa Barat, Wali Kota Bandung, dan Rektor Unisba.

Nandang mengakui, kesadaran generasi muda terhadap bahasa daerah semakin menurun. Kalaupun mereka berbahasa Sunda, bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda gaul, campuran dengan bahasa Indonesia.

"Dari jumlah peserta debat sekarang saja sudah mengindikasikan adanya ketidaksiapan siswa dalam berbahasa sunda, bahkan sekolah yang berbasis kesundaan pun tidak berani mengirimkan peserta karena merasa tidak siap," ujarnya.

Nandang menambahkan, dari beberapa kriteria penilaian, unsur penggunaan bahasa masih menjadi yang terlemah, di antara peserta. Mayoritas siswa belum mampu menggunakan bahasa Sunda yang baik dan benar sesuai dengan peruntukkannya.

"Dari segi penampilan juga masih kurang. Logat dan gaya mereka dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Sunda masih belum maksimal," tuturnya.

Sementara itu, guru bahasa sunda SMAN 19 Bandung Laksmi Supartiningsih menuturkan, kurangnya kemampuan bahasa Sunda di kalangan generasi muda bisa jadi karena kebiasaan komunikasi di keluarga.

Menurut Laksmi, penggunaan bahasa Sunda dalam bentuk tulisan di kalangan siswa jauh lebih bagus daripada bahasa Sunda lisan. Dalam menulis mereka lebih berhati-hati. (A-157)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar