Doni Wahyudi - detiksport
akarta - Dengan banyak gelar didapat bersama Chelsea, satu-satunya mimpi buruk Jose Mourinho adalah minus gelar di Liga Champions. Setelah tiba di Inter Milan, dia bisa ditunggu mimpi buruk yang sama.
Menjadi kampiun Eropa dengan merengkuh tropi Liga Champions bisa jadi merupakan salah satu alasan dibalik penunjukkan Mourinho sebagai pembesut Inter Milan. Meski dalam tiga tahun terakhir berjaya di Italia, Nerazzurri tak bisa berbicara banyak di kejuaraan antarklub terbaik Benua Biru itu.
Faktanya sejak musim 2000-2001 prestasi terbaik Inter hanya melangkah ke semifinal di musim 2002-2003 sebelum ditumbangkan AC Milan dengan agregat 1-1. Dalam kurun tersebut Inter dua kali terhenti di babak 16 besar (2007/08 dan 2006/07), dua kali tumbang di perempatfinal (2005/06 dan 2004/05) dan terdepak di fase grup pada musim 2003/04. Di musim 2000/01 Inter malah gagal melangkah ke fase grup lantaran dipermalukan Helsingborg pada kualifikasi ketiga.
Inter harus melihat jauh ke belakang, tepatnya ke tahun 1963/64 dan 1964/65 untuk mengingat kembali rasanya menjuarai Liga Champions. Sejauh ini Inter memang baru memenangi dua tropi yang didapatnya secara berturut-turut pada tahun tersebut.
Mempertahankan Scudetto jelas jadi target yang dibebankan Massimo Moratti pada Mourinho. Tapi alasan taipan minyak itu mengundang The Special One menetap di San Siro adalah menghapus kerinduan berusia 43 tahun akan sebuah sukses bernama juara Liga Champions.
Kalau berbicara peluang, secara matematis dan hitung-hitungan di atas kertas, pelatih Portugal itu jelas memilikinya. Didukung banyak pemain top, meski tak memiliki uang belanja seperti saat di Chelsea, jalan Mourinho untuk mengulangi sukses yang dia raih bersama FC Porto dimusim 2003/04 terbuka lebar.
Mampukah Mourinho melakukannya? Masih harus menunggu hingga setahun ke depan untuk menjawabnya. Namun perjuangan itu pastinya akan jauh dari mudah jika mengingat lagi apa yang dilaluinya bersama The Blues.
Nasib Chelsea di Liga Champions tak bisa dibilang lebih baik dibanding Inter. Memang dalam beberapa kesempatan mereka mampu melangkah lebih jauh, namun ujungnya sama saja karena mentok di babak semifinal.
Bersama Mourinho, John Terry cs dua kali didepak Liverpool di babak semifinal, sedangkan Barcelona menjadi satu-satunya tim non-Inggris yang mampu mengalahkan mereka saat menang 3-2 di musim 2005/06. Selespas Mourinho hengkang, Chelsea malah melangkah ke final Liga Champions pertamanya, meski kemudian kalah oleh Manchester United melalui drama adu penalti.
Saat pertama tiba di Stamford Bridge, Mourinho sukses menghapus kerinduan berusia 50 tahun akan gelar Premier League. Di San Siro, bisakah dia melakukan hal yang sama dengan mengantar Zavier Zanetti cs menaklukkan Eropa? ( din / a2s )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar