Sabtu, 07 Juni 2008

PERPISAHAN

Gubernur Jabar Danny Setiawan dan Wakil Gubernur Jabar Nu’man Abdul Hakim menerima plakat penghargaan dari Yayasan Pusat Kebudayaan dalam perpisahan dengan para tokoh masyarakat dan sejumlah pejabat Pemprov Jabar di Hotel Horison, Kota Bandung, tadi malam. Acara bertajuk ”Peuting Geugeut Katineung” ini digelar untuk mengapresiasi pemerintahan Danny dan Nu’man lima tahun terakhir. Pada 13 Juni 2008, keduanya akan digantikan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf.



Khidmat, Pelepasan Danny dan Nu’man


GUBERNUR Jabar Danny Setiawan bersama Wagub Nu`man Abdul Hakim didampingi Uu Rukmana dan Ny. Popong Otje Djundjunan, menerima "Layang Katresna" pada acara "Peuting Geugeut Katineung" di Hotel Horison Jln. Pelajar Pejuang ’45 Kota Bandung, Jumat (6/6) malam.* ANDRI GURNITA/"PR"



BANDUNG, (PR).-
Acara "Peuting Geugeut Katineung" bagi pemimpin Jabar, Danny Setiawan dan Nu`man Abdul Hakim berlangsung khidmat. Ungkapan perpisahan Danny kepada masyarakat Jabar disimak dengan saksama oleh para tamu undangan dalam suasana hening yang penuh keharuan.

"Saya ingat saat dilantik tahun 1968 di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri oleh alm. Mashudi yang ketika itu menjabat sebagai gubernur. Saya tidak menyangka dapat menjabat sebagai Gubernur Jabar layaknya beliau saat itu," kata Danny Setiawan di Hotel Horison Jln. Pelajar Pejuang `45 Kota Bandung, Jumat (6/6) malam.

Dia menyatakan terima kasih kepada masyarakat Jabar yang mendukung kepemimpinan Danny selama lima tahun ini. Dalam masa pemerintahannya, Danny menuturkan, dia dan staf pemerintahan Jabar telah memberikan yang terbaik untuk keberhasilan Jabar.

"Harap kebersamaan atau rasa sauyunan dikembangkan karena sebaik-baiknya SDM (sumber daya manusia) ataupun SDA (sumber daya alam), apabila tidak didukung oleh kebersamaan mustahil mencapai tujuan," ucapnya.

Tokoh yang hadir dalam acara perpisahan duet Danny - Nu`man adalah Wali Kota Bandung Dada Rosada, Wali Kota Cimahi Itoc Tochija, Ketua Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Jabar H.M. Maulani, Ketua KPU Jabar Setia Permana, tokoh budaya Sunda Ny. Popong Otje Djundjunan, Rektor Universitas Pasundan Bandung Prof. Dr. Didi Turmudzi, perwakilan Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) sebagai penyelenggara acara, dan semua unsur pimpinan daerah. Selain itu, tokoh seniman Jabar seperti Gugum Gumbira dan Mang Koko pun tak ketinggalan memeriahkan acara.

Acara diawali dengan tarian yang dibawakan dua wanita yang masing-masing berselendang hijau dan kuning. Tarian yang disajikan tersebut merupakan simbolisasi duet Danny-Nu`man dalam mewujudkan Jabar gemah ripah repeh rapih yang terjalin dalam kerja sama bahu-membahu yang solid.

Kemudian Popong Otje Djundjunan sebagai tokoh masyarakat Jabar didampingi Uu Rukmana, melanjutkan rangkaian acara dengan memberikan penghargaan berupa gunungan wayang yang diibaratkan sebagai ungkapan terima kasih masyarakat Jabar atas pengabdian Danny-Nu`man pada masa jabatan lima tahun ini.

"Rasanya seperti baru kemarin, sekarang sudah harus berpisah. Awalnya Pak Danny dan saya merasa berat untuk mengemban tugas karena masalah Jabar itu sangat banyak dan pelik," ucap Nu`man.

Dalam masa pemerintahan mendampingi Danny, Nu`man selalu mengingat wejangan sesepuh Jabar Mashudi (Gubernur Jabar ke-6) dan Solihin G.P. (Gubernur Jabar ke-7) yang mengatakan, keberhasilan pemerintahan merupakan keberhasilan mengupayakan program positif dan bermanfaat terdahulu. Contohnya, Taman Hutan Raya Djuanda.

"Selama ini yang terjadi di Jabar adalah penjarahan hutan. Upaya untuk menghentikan tindakan tersebut ternyata tidak mudah karena terbentur regulasi UU No.32/2004 tentang otonomi daerah," katanya menegaskan.

Hal tersebut, kata Nu`man, menyebabkan kewenangan gubernur untuk menangani permasalahan tersebut menjadi terbatas karena ada lingkup otoritas bupati/wali kota yang lebih berwenang dalam pelaksanaannya.

Otonomi daerah tersebut menyebabkan Jabar hanya memperoleh pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 5 triliun. Bandingkan dengan DKI Jakarta yang tidak menerapkan otonomi daerah dalam pemerintahannya.

"Hal ini yang membuat kewenangan gubernur ibarat kaki yang terpotong," ujarnya.

Namun, di tengah kegelisahannya menjalani berbagai permasalahan pelik Jabar, Nu`man merasa kagum melihat kepemimpinan Danny yang penuh dengan pengabdian. Seolah berbagai problem pelik dapat terlewati dengan konsep pemerintahan Danny yang konsekuen.

"Untuk aset historis seperti Gedung Merdeka, Pak Danny sangat perhatian. Di tangannya, aset tersebut terjaga dengan baik. Bahkan, Pak Danny mendapat penghargaan dari berbagai negara terkait upaya pelestarian aset tersebut," ungkap Nu`man.

Nu`man berpendapat, Danny bersikap lapang dada dalam menerima kekalahan.

Nu’man menitipkan pesan bagi Gubernur Jabar mendatang untuk menyelesaikan persoalan serius yang saat ini tengah dihadapi Jabar, yaitu peringkat Jabar sebagai daerah dengan penderita AIDS terbanyak setelah Bali. (CA-167/CA-172/CA-174)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar