Selasa, 03 Juni 2008

"Workshop Citizen Journalism"

Enggak Susah Lho Jadi Wartawan



MENJAMURNYA media, baik yang jenisnya cetak, elektronik seperti radio dan televisi, atau internet, bikin semua orang lebih gampang mengakses informasi. Di era kebebasan informasi ini, enggak sedikit juga media massa yang memanfaatkan audiensnya untuk berpartisipasi dalam memberikan informasi. Hal ini didukung oleh akses yang juga semakin mudah dan cepat. Inilah yang disebut sebagai citizen journalism. Biar tau lebih banyak tentang citizen journalism, pada hari Selasa dan Rabu (27-28) Mei, Pikiran Rakyat mengadakan acara Workshop Citizen Journalism untuk pelajar SMP dan SMA sewilayah Priangan.

Gelaran yang berlangsung di SMA Al-Muttaqin, Kota Tasikmalaya, ini diikuti oleh puluhan siswa SMP dan SMA yang hampir semuanya haus informasi tentang seluk beluk citizen journalism. Ngelihat wajah teman-teman yang datang ke acara ini, kentara banget kalau mereka udah enggak sabar lagi untuk segera mendapatkan ilmu dari sang pemateri.

Sesi pertama, dibuka oleh Pak Budhiana Kartawijaya, selaku wakil pemimpin redaksi "PR" yang menjelaskan apa itu citizen journalism. "Sekarang, masyarakat bisa menginformasikan segala sesuatu yang berada di dekatnya, dan penting untuk diketahui oleh orang banyak. Bukan wartawan yang dipekerjakan saja yang harus menyediakan informasi tersebut," ujar Pak Budhiana memaparkan.

Pekerjaan yang membuat suatu hal penting menjadi lebih menarik dan relevan dengan keadaan di sekitar, sekarang bisa jadi dilakukan oleh Belia. Jika dulu orang biasa yang menulis mengenai suatu hal penting, tapi bingung ke mana memublikasikannya, sekarang semuanya bisa dilakukan dengan mudah. Sudah banyak media yang menerima tulisan dari orang-orang yang berprofesi bukan sebagai pencari berita.

Ibarat sebuah pabrik, sekarang orang biasa pun bisa memproduksi berita. Bermodalkan catatan penting yang mengandung 5W+H dari sebuah peristiwa, kelincahan merangkai kata, piranti untuk mengambil gambar (foto maupun video), plus koneksi internet, berita pun siap dikirim dan disebarluaskan ke khalayak.

Tentunya, kaidah jurnalistik yang sudah biasa diterapkan oleh wartawan, mungkin belum dapat diaplikasikan oleh si citizen journalist ini. Salah satu tujuan diadakannya workshop ini supaya calon-calon citizen journalists lebih lihai merangkai kata-kata dan mengorek informasi dari narasumber. "Sekarang sih, saya lebih memaksimalkan penggunaan internet. Kalau dulu cuman chatting dan buka friendster, sekarang bisa dipakai untuk mengirim berita ke berbagai media," ucap Nuni, dari kelas XI Sosial SMA Al-Muttaqin.

Dukungan dari media massa moderen pun semakin memudahkan para citizen journalists ini untuk terus berkarya. Kang Bonnie Irawan dari PR Cyber Media pun mengungkapkan kalau berita dari khalayak bisa dipublikasikan lewat PR Cyber Media. "Tidak hanya pada media resmi informasi bisa dipublikasikan. Tetapi juga lewat blog pribadi, mailing lists, forum, bahkan melalui messenger pun bisa," ucap beliau.

Jika sudah banyak media yang bisa menampung tulisan dari masyarakat, yang dibutuhkan selanjutnya adalah sedikit trik agar tulisan yang kita buat mendapat perhatian lebih dari media tersebut. Materi mengenai newsmaking ini disampaikan oleh Kang Islaminur Pempasa, redaktur pelaksana "PR". Tentu masih hafal dengan materi dasar mengenai tulisan jurnalistik yang udah sering banget belia bahas, kan? Yups, 5W+H adalah kojo dari segala tulisan jurnalistik. Bumbu yang lainnya adalah penulis harus bisa membuat informasi penting tersebut menjadi lebih menarik. Seperti yang dikutip dalam handout yang juga disampaikan beliau, "Setiap berita harus memiliki sesuatu yang baru, karena berita adalah memberitahu orang tentang apa yang belum mereka ketahui."

Supaya tulisan Belia bisa dimuat di media massa, tentu isinya harus memenuhi beberapa kriteria seperti: aktual, ringkas dan jelas, paragraf yang jelas, panjang tulisan harus disesuaikan dengan space pada media, dan yang pasti enak dibaca. Enggak asyik kalau NATO alias no action talk only ya. Sore hari menjelang, Kang Ipe pun lalu memberikan pekerjaan rumah kepada para peserta workshop sekaligus menutup acara hari itu.

Di hari kedua, Rabu (28/5), acara dimulai dari pukul 09.30 ini dibuka oleh presentasi dari XL selaku sponsor, yang dilanjutkan oleh materi menarik dari Kang Dudi Sugandi, selaku redaktur fotografi "PR". Ada beberapa catatan penting yang disampaikan oleh Kang Dudi, salah satunya adalah mengenai pentingnya caption atau keterangan foto. "Sama seperti pada berita, caption foto pun harus mengandung unsur 5W+H," ucap beliau.

Bila dalam menulis, detil dari kejadian jadi hal penting yang harus diperhatikan, pada foto jurnalistik, momen saat pengambilan gambar yang jadi sorotan. "Objek foto bisa sama dengan orang lain, tapi momennya mungkin berbeda. Cara pengambilan gambar juga bisa jadi nilai plus sebuah foto," katanya sambil menunjukkan beberapa karya fotonya. Kegiatan jurnalistik tanpa disertai dengan karya foto seperti sayur tanpa garam. Kalau sudah siap untuk menjadi citizen journalist, jangan lupa juga untuk selalu membawa kamera.

Sesi terakhir, termasuk sesi yang paling rame, soalnya di sesi ini giliran belia yang siap menjawab semua pertanyaan tentang suplemen remajanya "PR" ini. Kang Erwin Kustiman selaku asisten redaktur belia, sebelumnya sedikit mereview apa yang sudah disampaikan pada sesi sebelumnya. Yang bikin belia senang, ternyata teman-teman di Tasik ini hampir semuanya pembaca setia belia!

Saran, kritik, sampai pujian pun banyak terlontar dari mereka. Ada yang bertanya kenapa di belia enggak ada rubrik puisi dan zodiak, ada yang pengen tau gimana caranya supaya tulisannya dimuat di belia, ada yang kepengen tau gimana cara bikin topik yang biasa-biasa aja tapi setelah dibahas jadi menarik, dan masih banyak lagi.

Enggak ketinggalan juga, belia ngebahas pekerjaan rumah yang sebelumnya ditugaskan oleh Kang Ipe. Wuih, orang Tasik emang asyik! Kreativitas tak terbatas dituangkan melalui newsletter, bantuan dari microsoft publisher. Kelompok dari SMA Amanah misalnya, yang ngebikin newsletter bertajuk Mugaz, kependekkan dari Moeslim Magazine. "Susahnya karena deadline yang mepet banget. Saya ngerjain layoutnya dulu aja, soalnya kalau bareng dengan tulisannya, repot," ujar salah seorang anggota kelompok tersebut, Erwin.

Yang lucu sih, pengalaman Ifan dari SMA Islam Ibnu Sina. "Kami sangat kerepotan untuk membuat tugas ini. Kelompok kami kan ada akhwatnya, jadi waktu mau mengerjakan, enggak bisa bareng. Mana komputer di sekolah tuh, jadul banget, enggak bisa pakai flashdisk, pokoknya perjuangan banget untuk ngerjain tugas ini," katanya yang langsung disambut gelak tawa peserta lain. Hmm, usahanya boleh juga nih. Tips dari belia yang mungkin bisa berguna saat kamu ingin mengirimkan tulisan ke media adalah: kamu kudu tau persis karakteristik media yang kamu tuju. Begitu tau karakteristiknya, kamu pasti langsung bisa menentukan topik yang relevan, menarik, tapi tetap aktual. Berikutnya adalah kamu mesti banyak baca dan banyak bergaul supaya tetap update topik apa yang sedang jadi tren di kalangan masyarakat. Referensi bacaan bikin perbendaharaan kata yang ada di otak semakin bertambah, plus kamu juga bisa mempelajari gaya bahasa dari banyak penulis. Biar bisa masuk ke belia sih, yang diutamakan adalah gaya bertutur supaya cerita bisa tersampaikan dengan runut.

Next, berusaha legowo saat menerima kritik. Semakin banyak orang yang membaca dan mengomentari tulisan kamu, kemampuan dan kelincahan menulis pasti akan semakin terasah. Kalau sudah puas mendapat informasi mengenai citizen journalim, sekaranglah saatnya memulai untuk menulis. Jangan sampai ketinggalan lho. Everybody is reporter! ***

tisha_belia@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar