KOMPAS.COM/ GLORI K WADRIANTO
Direktur Utama PT Minang Jordanindo Bonny Z Minang tengah menerangkan keberadaan pabrik di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam sebuah maket, kepada Duta Besar Indonesia untuk Rusia Hamid Awaluddin dan Direktur Utama ChTZ Uraltrac, Valery M. Platonov di Chelyabinks, Rusia, Sabtu.
Direktur Utama PT Minang Jordanindo Bonny Z Minang tengah menerangkan keberadaan pabrik di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam sebuah maket, kepada Duta Besar Indonesia untuk Rusia Hamid Awaluddin dan Direktur Utama ChTZ Uraltrac, Valery M. Platonov di Chelyabinks, Rusia, Sabtu.
Laporan Wartawan Kompas.com, Glori K Wadrianto
CHELYABINSK, SENIN- Produsen alat berat asal Rusia ChTZ Uraltrac Rusia bekerjasama dengan PT Minang Jordanindo merealisasikan kesepakatan kerjasama pembangunan pabrik alat berat di Kalimantan Timur melalui skema alih teknologi.
Pembangunan pabrik yang akan diawali dengan pabrik perakitan yang mengambil tempat di lahan seluas 30 hektar di pesisir Sungai Mahakam tersebut merupakan tindaklanjut dari kesepakatan kedua pihak yang dicapai pada bulan September silam. Kala itu di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Vladimir Putin, Uraltrac dan PT Minang Jordanindo menandatangani perjanjian kerjasama.
Presiden Direktur Uraltrac Valery M. Platonov dalam pertemuan dengan delegasi PT Minang Jordanindo di Chelyabinks, Rusia, akhir pekan, mengatakan kesediaan Rusia melakukan alih teknologi berdasarkan pada pandangan bahwa ternyata Indonesia adalah pasar yang besar.
Sebelum itu, seperti diakui Platonov pihaknya tak pernah memperhitungkan Indonesia. "Tanpa Indonesia penjualan kami tak ada masalah. Tapi kemudian kami sadar bahwa Indonesia penting untuk merek kami, dan perjanjian ini bukan jual beli, ini alih teknologi," tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Minang Jordanindo Bonny Z. Minang mengungkapkan, apa yang dilakukan pihaknya saat ini merupakan perjalanan panjang. "Kami telah melakukan pendekatan sejak lebih dari dua tahun silam, dan akhirnya mereka bersedia melakukan alih teknologi ke Indonesia," kata Bonny.
Diterangkan, kerjasama alih teknologi ini akan diawali dengan proses perakitan, lalu pembuatan 20 persen komponen. Selanjutnya dalam jangka panjang manufaktur di bawah naungan PT Uralindo ini akan memproduksi komponen alat berat hingga 60 persen. Pembangunan pabrik akan dilakukan pada awal tahun 2009.
Meski belum dikenal di Indonesia, Uraltrac yakin bisa menembus pasar alat berat Indonesia yang sejauh ini hinga 70 persen masih dikuasai Caterpillar dan Komatsu. "Kami punya pengalaman sukses di berbagai negara. Pengalaman itu yang akan kami bawa juga ke Indonesia," kata Platonov.
Untuk menjamin standar produk, tambahnya, Uraltrac berkomitmen untuk alih teknologi berupa pengiriman ahli dari Rusia ke Kalimantan. Uraltrac yang selama perang dunia II memproduksi tank untuk pasukan Rusia, meyakini produk alat berat yang mereka hasilkan mempunyai keunggulan kompetitif dari segi teknologi, harga dan waktu pengiriman yang lebih cepat.
Sementara itu, Bonny sempat mengungkapkan bahwa investasi yang ditanamkan akan mencapai 500 juta dollar AS, namun dilakukan secara bertahap, sesuai tahapan yang telah disepakati, yakni sosialisasi produk, perakitan, hingga mencapai manufaktur penuh. Sebagai langkah awal, untuk menyosialiasikan produk-produk Uraltrac, telah didatangkan sejumlah alat berat ke Kalimantan.
Dua traktor B 10MB akan datang pada Juli. Sementara buldozer DET-320, dan T-800 yang merupakan buldozer raksasa yang pernah tercatat sebagai buldozer terbesar di dunia pada Guinness Book of Record tahun 1988, akan datang pada awal tahun 2009. Pembeli pertama keempat produk ini adalah PT Kutai Timur Investama (KTI).
GLO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar