Kamis, 31 Juli 2008

"Bento" Seharga Avanza...


Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (tengah) berdialog dengan salah seorang pemenang kontes kategori kambing peranakan etawa dalam kontes ternak bibit tingkat Jabar di Balai Latihan Kerja Kab. Cianjur, Selasa (29/7).* YUSUF ADJI/"PR"



Namanya Bento. Postur tubuhnya lebih tinggi, lebih besar, dan kekar dibandingkan dengan jenis kambing pada umumnya. Demikian pula bobotnya, kambing jenis peranakan etawa (PE) tersebut bisa mencapai 82 kg.

Tongkrongan dan penampilan Bento, kambing jantan warna hitam putih itu, mengundang perhatian pengunjung yang datang. Apalagi kambing yang diberi nama si Bento itu juga mampu mengangkat dua kaki depannya dan bergantian disepak-sepakkan, seperti layaknya kuda.

Atraksi kambing yang menjuarai kontes kategori raja pejantan kambing PE ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Tidak terkecuali rombongan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Dirjen Peternakan Prof Dr. Tjeppy D. Soedjana, M.Sc., dan Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh yang tengah meninjau stan peserta kontes dan pameran ternak bibit, Selasa (29/7) di Lapangan Balai Latihan Kerja (BLK) Kab. Cianjur.

Rombongan gubernur menyempatkan berbincang-bincang dengan pemilik Bento, Brian Koesoema Adhi seputar kambing tersebut, termasuk harganya bila dijual. Menurut Brian, ia baru mau melepas Bento bila ada yang berani membayar seharga mobil Toyota Kijang atau Avanza. Brian mengatakan, si "Bento" adalah aset paling berharga di peternakannya, malah kini sudah menjadi aset Cianjur maupun Jabar.

Brian mengaku, harga bibit unggul kambing PE tidak ada patokannya. Sedangkan keturunan si Bento, baik jantan maupun betina, dipatok dengan harga Rp 3,5 juta/ekor, untuk kualitas rata-rata. Sedangkan anak kambing pilihan bisa mencapai Rp 6 juta/ekor. "Ini juga peminatnya sudah banyak, malahan banyak pemesan yang sudah inden," ujarnya menjelaskan.

Menurut Brian, kambing PE aslinya berasal dari India, tetapi si Bento hasil peranakan lokal, cucunya si Rambo. Si Bento ini baru pertama kali ikut kontes dan langsung menang.

Berat badannya kini 82 kg, itu pun sudah diturunkan karena asalnya 102 kg. Tinggi posisi standar 105 cm. "Berat badannya sengaja diturunkan. Soalnya kalau terlalu berat, kurang bagus buat pejantan," katanya. 

Brian juga mengatakan, keturunan si Bento sekarang sudah banyak tersebar di kawasan Cipanas Cianjur, dikembangkan melalui pola kemitraan. Kambing-kambing tersebut diternakkan untuk diambil susunya. (yusuf adji/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar