Selasa, 29 Juli 2008

Menyederhanakan Permainan Angklung dengan Angklung Toel


YAYAN Udjo, memeragakan alat musik Angklung Toel hasil kreasinya di Saung Angklung Udjo, yang diharapkan akan mampu membangkitkan citra angklung serta memenuhi keinginan penikmat musik angklung untuk memainkan angklung sendiri.* RETNO HY/"PR"

ANGKLUNG Toel. Nama itu masih asing di telinga masyarakat. Alat musik dengan nada diatonis itu sebetulnya tidak banyak berbeda dengan angklung diatonis lainnya yang selama ini sudah dikenal. Hanya, cara memainkannya yang berbeda. 

"Namanya tidak sengaja diambil dari cara memainkan. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan angklung melodi yang sudah dikembangkan sebelumnya," ujar Yayan Udjo.

Dikatakan Kang Yayan, demikian putra keenam dari Alm. Udjo Ngalagena biasa disapa, Angklung Toel merupakan hasil kreasi dari pengembangan alat musik angklung di Saung Angklung Udjo (SAU) Padasuka, Kota Bandung. Selain tuntutan dari para pemain maupun penggemar musik angklung yang mengharapkan alat musik angklung lebih simpel, juga sebagai bagian dari upaya pelestarian. 

Terciptanya Angklung Toel, menurut Yayan, karena selama ini setiap hendak memainkan musik angklung selalu dihadapkan pada jumlah personel. Untuk memainkan angklung, minimal harus ada 15 orang. "Tapi dengan Angklung Toel, seorang diri pun bisa dilakukan," kata Yayan sambil memainkan lagu Manuk Dadali.

Pembuatan Angklung Toel dengan jumlah dua oktaf setengah tersebut disamakan dengan alat musik piano. Dimainkan dengan cara berdiri maupun posisi duduk, yang membedakan hanya dalam segi bentuk dan cara memainkan.

Namun, kelebihan Angklung Toel dibandingkan dengan angklung diatonis lainnya, selain urutan nada juga cara memainkan. "Hanya dengan menepuk atau sekali sentuh (noel) sudah keluar bunyinya, untuk tinggi rendah disesuaikan dengan keras pelannya menyentuh," ujar Yayan.

Jumlah oktaf Angklung Toel mencapai dua setengah oktaf. Menurut Yayan, hal tersebut disesuaikan dengan jangkauan tangan. "Tapi kalau akan dimainkan oleh dua atau tiga orang jumlahnya dapat ditambah," ujarnya. 

Terhadap kreativitas dan pengembangan alat musik angklung, Herry Dim, salah seorang seniman, terobosan yang dilakukan Yayan dengan SAU diharapkan mampu membangkitkan kembali kecintaan masyarakat akan seni musik angklung. 

Dikatakan Herry Dim, Angklung Toel masih membutuhkan perubahan seperti dalam hal standar atau dudukan. Akan tetapi, kelebihan angklung melodi, selain dimainkan sendiri dan tidak banyak memakan tempat juga gerakan tangan lebih atraktif. "Setiap repertoar dapat dimainkan sesuai dengan kemampuan pemain karena Angklung Toel nadanya tidak jauh berbeda dengan alat musik diatonis lainnya," ujar Herry Dim. 

Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya, dukungan pemerintah adalah dalam hal mendaftarkan ke Departemen HAKI. Upaya tersebut dilakukan agar jangan sampai peristiwa klaim dari negara lain kembali terulang. (Retno HY/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar