Kamis, 17 Juli 2008

Seni Tradisi Perlu Semangat Baru


 
SALAH satu tarian dibawakan peserta "Ujungberung Festival 2008". Di tengah derasnya arus modernisasi, kawasan Ujungberung masih menyimpan potensi seni tradisi yang tumbuh dan berkembang hingga kini.* KRISHNA AHADIYAT

MENARIK menyaksikan Ujungberung Festival 2008 yang digelar untuk keempatkalinya oleh Badan Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Kota (BKPMK), awal Juli lalu. Selama tiga hari tiga malam, masyarakat Ujungberung dan sekitarnya disuguhi berbagai atraksi kesenian yang selama ini tumbuh dan berkembang di kota kecamatan yang memiliki luas wilayah 1.035,411 ha, dengan jumlah penduduk 67.144 jiwa itu.

Di tengah derasnya arus modernisasi, di daerah Kel. Pasir Endah, Cigending, Pasir Wangi, Pasir Jati, Pasanggrahan, Ujungberung, serta Cisaranten Wetan, masih ada dan memiliki potensi seni tradisi yang tumbuh dan berkembang. Semisal, seni ibing benjang, singa depok, reak dengan bangbarong serta kuda lumpingnya, ketuktiluan, pencak silat, gondang, kliningan dan bajidoran yang sebenarnya seni pakaleran hingga ke angklung buncis yang merupakan seni pegunungan.

Seperti halnya seni pertunjukan rakyat, Ujungberung yang semula merupakan daerah pinggiran perkotaan dan kini bagian dari pusat Kota Bandung, memiliki ciri-ciri komunikatif, inovatif, dan adaptatif yang tinggi. "Hal ini lebih disebabkan para pelaku seni telah menggeluti keseniannya dengan jangka waktu sangat panjang dan berupaya terus menurunkannya ke generasi saat ini yang cenderung memilik kesenian yang lebih kekinian (modern)," ujar Mas Nanu Muda, S.Sen., M.Hum., salah seorang juri Ujungberung Festival 2008, yang juga pelaku dan pemerhati seni tradisi serta staf pengajar di STSI Bandung.

Sebab, sudah menjadi bagian dari masyarakat perkotaan, para pelaku seni, mau tidak mau, suka tidak suka, harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan waktu dan tempat serta isu yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. 

Namun, dalam pelaksanaan berkesenian juga, terkadang seniman dengan keseniannya dijadikan alat untuk memobilisasi massa. Dan, Ujungberung Festival, diharapkan menjadi penanda Kota Bandung sebagai kota budaya.

Hal menarik lainnya pada Ujungberung Festival tahun ini adalah mulai terlihat adanya para pelaku seni baru, misalnya, pada seni ibing benjang dan seni reak yang juga diikuti kelompok anak-anak. 

"Di satu sisi, fenomena pertumbuhan kesenian rakyat di Ujungberung dengan regenerasinya merupakan hal yang cukup menggembirakan. Di sisi lain juga menumbuhkan kekhawatiran," ujar Mas Nanu.

Jumlah seniman baru, mulai dari tingkat anak-anak, remaja, hingga dewasa di setiap kelurahan terus bermunculan. Namun, kemunculan mereka tidak diantisipasi dengan lebih banyak memberikan ruang untuk banyak tampil.

Selain fenomena itu, ketertinggalan kesenian rakyat juga ditandai kurangnya sikap inovatif para pelakunya. "Kecenderungan seni tradisi yang tumbuh di masyarakat adalah tidak adanya workshop sebagai bagian pembelajaran dan pemahaman agar seni yang tumbuh tidak keluar dari kelayakan atau jalur," ujar Mas Nanu.

Terlepas dari kondisi yang sedang dialami oleh para seniman di Ujungberung, menurut Ketua BKPMK Wawan Gunawan, Ujungberung Festival diharapkan menjadi wahana pelestarian dan pengembangan seni tradisi yang ada di Kota Bandung. 

"Seni tradisi yang ada di masyarakat dapat tumbuh dan berkembang apabila dapat diapresiasi masyarakatnya. Di Ujungberung Festivallah tempatnya, di mana seniman bersama masyarakat dapat langsung bertemu," ujar Wawan.

Melalui Ujungberung Festival yang kali ini diikuti 10 peserta seni helaran benjang, seni helaran jampana (20), pasanggiri ibing jaipong (72 orang), dan aneka seni tradisional (singa depok, reak, kuda renggong, dan lainnya) sebanyak 80 peserta, para seniman dapat memetik buah dari ketertinggalan dengan sebuah langkah dan semangat baru yaitu tidak berhenti berinovasi. 

Sementara, masyarakat selaku pemilik dan pemerintah selaku pendukung sekaligus pembina, diharapkan mampu menjadi penopang tumbuhnya kesenian rakyat itu dengan selalu setia menikmati dan mendukung pertumbuhan kesenian rakyat di Ujungberung. (Retno HY/ "PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar