Tim Antarmuka Institut Teknologi Bandung, Selasa (8/7), seusai menerima penghargaan sebagai juara Imagine Cup 2008 untuk kategori Rural Innovation Award dengan sistem desain piranti lunak (software) Butterfly. Dari kiri ke kanan: Erga, Ella, Arief, dan Dimas. Final Imagine Cup berlangsung di Paris, Perancis, 3-8 Juli 2008.
Rabu, 9 Juli 2008 | 03:00 WIB
PARIS, KOMPAS - Tim Antarmuka Institut Teknologi Bandung dengan sistem desain piranti lunak (software) Butterfly dipilih empat juri internasional menjadi pemenang Imagine Cup 2008 untuk kategori Rural Innovation Award. Pengumuman pemenang dilakukan dalam sebuah acara yang dihadiri ribuan undangan di Louvre, Paris, Perancis, Selasa (8/7).
Tim Antarmuka ITB mengalahkan empat finalis, yaitu dari Kolombia, Mesir, India, dan Afrika Selatan. Pengumuman juara kategori Rural Innovation Award disampaikan Corporate Vice President Unlimited Potential Anoop Gupta dalam suasana gegap gempita.
Empat anggota Tim Antarmuka yang selalu mengenakan batik berlari ke panggung mendengar nama timnya diumumkan sebagai juara. Tepuk tangan riuh ribuan undangan, umumnya pelajar, dari seluruh dunia mengantar mereka menuju panggung.
”Senang sekali menang di Imagine Cup. Ini sejarah baru bagi Indonesia. Kami berharap, sistem ini bisa digunakan untuk negara- negara yang membutuhkan, tidak hanya Indonesia,” ujar Arief Widhiyasa, pemimpin proyek Butterfly Tim Antarmuka ITB.
Tim beranggotakan tiga mahasiswa Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB dan seorang mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Mereka adalah Arief Widhiyasa, Ella Madanella, Dimas Yusuf Danurwenda, dan Erga Ghaniya. Mereka didampingi Dwi Hendratmo Widyantoro, dosen STEI ITB.
Empat juri Rural Innovation Award adalah Paul Polak, pendiri International Development Enterprises; Edward Grager-Happ, Chief Information Officer Save the Children; Kentaro Toyama, Assistant Managing Director Microsoft Research India; dan Netika Raval, pendiri Global Social Equity.
Imagine Cup 2008 diikuti lebih dari 200.000 pelajar dari lebih dari 100 negara. Final diikuti 370 pelajar dari 61 negara yang memperebutkan total hadiah uang tunai 240.000 dollar AS.
Sistem Butterfly adalah sistem pelaporan yang memungkinkan siapa pun secara segera dapat melaporkan masalah lingkungan lewat suara, aplikasi mobile, dan web ke sistem itu. Sistem ini menggarap hingga respons dari pihak otoritas dapat diakses publik. ”Agar mudah dan murah diakses, kami mensyaratkan sistem ini gratis bagi pelapor. Itu perlu kerja sama antara penyedia layanan telekomunikasi dengan pemerintah,” ujar Ella.
”Kami bangga nama Indonesia dikenal luas karena kemenangan ini. Semoga ini jadi motivasi pelajar lain di Indonesia,” ujar Arif yang merinding mendengar Indonesia disebut. Tim Antarmuka ITB menerima hadiah uang tunai 10.000 dollar AS dan kesempatan bergabung dengan para peneliti di Microsoft Research Center di Bangalore, India, untuk mengembangkan sistemnya secara luas ke seluruh dunia. (INU)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar