Jumat, 11 Juli 2008

Sang Legenda "Kaum Adam" Itu Telah Berpulang


forum.detik.com
SANG legenda ahli pengobatan alat vital laki-laki yang menjadi ikon nasional asal Cisolok, Kab. Sukabumi, Hj. Erot binti Aki Muntasa yang terkenal dengan sebutan Mak Erot, telah berpulang ke rahmatullah, pada 28 Juni lalu pukul 1.12 WIB di kediamannya di Kp. Cigadog RT 02/RW 07, Desa Caringin, Kec. Cisolok, Kab. Sukabumi. 

Sang legenda yang digandrungi kaum Adam itu, meninggal dunia pada usia lebih dari 90 tahun, dan dimakamkan di dekat rumahnya. Namun, pihak keluarganya tidak tahu jelas tanggal kelahiran almarhumah. Mak Erot meninggal dunia selain karena kondisi fisiknya yang sudah tua, juga sebelumnya ia mengidap penyakit ginjal. 

"Emak sempat dirontgen tahun 1999. Hasilnya memang ada dua batu di dalam ginjal dan yang lainnya menutupi kantung kencing. Nah, sehabis emak pulang dari Padang mengobati pasien, emak sempat sakit hingga dirawat seminggu di RSUD Palabuhanratu. Saat itu, emak sempat sembuh, tetapi mungkin kondisi fisiknya yang lemah akhirnya emak meninggal dunia," kata H. Solihin (35), salah seorang cucu Mak Erot, ketika ditemui di rumahnya di Kp. Cigadog, Cisolok, Kamis (10/7). 

Informasi meninggalnya Mak Erot sudah agak lama terdengar oleh masyarakat, khususnya di Palabuhanratu termasuk para wartawan. Namun demikian, informasi tersebut sengaja ditutup-tutupi oleh anak dan cucu almarhumah, terutama kepada wartawan. Diduga, hal itu dilakukan karena dinilai bisa mengganggu keberlangsungan usaha pengobatan alat vital, yang sudah bertahun-tahun digeluti oleh keluarga besar Mak Erot di Kp. Cigadog. 

Bahkan, masyarakat sekitar termasuk tukang ojek yang biasa mengantar pasien, juga bungkam bila ditanya tentang hal itu. Lebih parah lagi, tersiar kabar bila datang ke rumah Mak Erot, mereka harus menghadapi para jawara yang menjaga kawasan usaha Mak Erot. 

Kendala-kendala seperti itu sempat menjadi hambatan para wartawan cetak maupun elektronik untuk melakukan liputan. Namun, "PR" bersama rekan wartawan lainnya berusaha dan memberanikan diri untuk datang ke rumah duka untuk meliput langsung dan memastikan kebenaran informasi itu. 

Para wartawan bisa masuk ke kampung Mak Erot, karena disangka mereka akan berobat, sehingga dipersilakan masuk ke dalam kamar untuk bertemu dengan salah seorang cucu Mak Erot, yang membuka praktik di kampung tersebut. 

Ketika para wartawan menyebutkan jati diri mereka dan menyampaikan belasungkawa, cucu Mak Erot tersebut bersikap tertutup dan tak bisa menjelaskan lebih jauh. 

Syukurnya, akhirnya para wartawan diterima dengan terbuka oleh H. Solihin. Dia membantah bahwa informasi meninggalnya Mak Erot sengaja ditutup-tutupi. "Sebetulnya kita sangat terbuka kepada tamu termasuk wartawan, hanya saja memang kita sengaja tidak memberitahukan meninggalnya emak kepada pihak luar termasuk kepada pers. Selain itu juga, kepada para tamu dan pasien kita sendiri yang sering berobat. Kita cukup melakukan tahlilan dalam lingkup keluarga saja," kata Solihin, yang mengaku selalu mendampingi Mak Erot, bila ke luar kota ataupun ketika tinggal di rumah. 

Tak ada wasiat

Mak Erot wafat meninggalkan lima orang anak dari tujuh anaknya (dua orang anaknya telah meninggal). Kelima orang anaknya itu, masing-masing Hj. Khodijah, H. Tobi, H. Nahrudin, Hj. Aenah, dan H. Buyat. Sedangkan yang sudah meninggal, yakni H. Mista dan H. Abad. Mak Erot pun meninggalkan 50 orang lebih cucu dan buyutnya. "Anak dan cucu emak, hampir semuanya membuka praktik, baik di sini (Kp. Cigadog) maupun di luar Sukabumi seperti di Jakarta, Bandung, Lampung, Surabaya, dan Banten. Namun, kebanyakan buka praktik di sini," ucap Solihin. 

Semasa hidupnya, kata Solihin, suami dari H. Bo`i (alm.) itu, tidak meninggalkan surat wasiat maupun benda pusaka kepada anak dan cucunya. Ilmu dan keahliannya, sudah diturunkan kepada anak dan cucunya ketika masih hidup. Hanya saja, semasa hidupnya Mak Erot sudah membangun Masjid Jami Ar-Roqibah dan Pondok Pesantren Riyadhul Mutaa`limin. 

"Saya sendiri yang mengasuh pondok pesantren tersebut. Jadi, peninggalan emak itu, masjid dan pondok pesantren, termasuk rumah ini," katanya. 

Menurut Solihin, meski Mak Erot sudah wafat tidak berarti ilmu maupun keahliannya tidak murni lagi. Sebab, semua ilmu pengobatan sudah diturunkan seutuhnya kepada anak, cucu, maupun keluarga besarnya. 

"Ilmunya tetap melekat kepada anak dan cucunya sehingga masih bisa dijaga kemurniannya. Akan tetapi, seandainya ada yang merasa ragu, lebih baik datang langsung ke sini (Kp. Cigadog) atau ke tempat praktik emak yang di luar Sukabumi. Terlebih, alhamdulillah, sampai sekarang pasien yang berobat tetap banyak bahkan jumlahnya naik," katanya.

Namun, ia tak memungkiri hingga kini banyak orang yang mengaku-ngaku keluarga besar Mak Erot, dan berani membuka tempat praktik. Bahkan, hal itulah yang mendorong emak untuk membuka praktik di luar Sukabumi. (Adang Jukardi/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar