Kamis, 11 November 2010

Mari Kita Kenali Gejala Awal Katarak

Kamis, 11 November 2010, 04:03 WIB


 M Syakir/Republika
Pemeriksaan katarak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pernahkah Anda mengalami penglihatan yang tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek? Apakah Anda peka terhadap sinar atau cahaya? Atau kadang merasa penglihatan pada satu mata menjadi dua atau ganda? Apakah memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.

Dan apakah lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu? Jika merasakan gejala tersebut, menurut dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center (JEC), dr Setiyo Budi Riyanto, SpM, Anda haruslah hati-hati. Sebab gejalagejala tersebut adalah gejala umum adanya penyakit katarak.

Setiyo menjelaskan, katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. "Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina," jelas Wakil Direktur Medik JEC ini kepada Republika, pekan lalu.

Lebih lanjut dokter yang akrab disapa dr Budi ini mengemukakan, sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau penuaan. Katarak juga bisa disebabkan oleh penyakit sistematis seperti diabetes, penggunaan obat tertentu, khususnya steroid, mata tanpa pelindung terkena sinar matahari (UV) dalam waktu cukup lama, pernah operasi mata sebelumnya, pernah trauma atau kecelakaan pada mata, atau mata terbentur.

Menurut Budi, salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan proses penebalan katarak adalah seringnya mata terpapar sinar ultraviolet atau sinar matahari. Untuk itu dia menyarankan agar masyarakat menggunakan kacamata ultraprotection yang bagus.

Ada beberapa jenis katarak. Salah satunya katarak senilis, yaitu katarak yang dialami orang berusia lanjut atau di atas 50 tahun karena faktor degenerasi. Selain itu, ada juvenille yang merupakan katarak pada bayi. Ini bisa terjadi ketika ibunda saat mengandung terkena virus atau tokso.

Berikutnya, katarak traumatik yang disebabkan oleh trauma. Contohnya karena kecelakaan atau terbentur sehingga menyebabkan lensa menjadi keruh. Jenis lainnya adalah katarak komplikata, yaitu yang disebabkan oleh komplikasi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dengan gula darah yang tidak terkontrol atau lebih dari 200.

Prevalensi Katarak merupakan salah satu penyebab terjadinya kebutaan. Dalam tulisannya, Direktur Jakarta Eye Center, Prof Istiantoro, MD, mengungkapkan, buta dua mata sebesar 1,47 persen dari jumlah penduduk atau sebesar 3,5 juta, dan katarak merupakan penyebab utama yang mencakup 60-70 persen dari total kebutaan. Bahkan, menurut data WHO, penderita buta katarak bertambah 0,1 persen dari jumlah penduduk. Dalam perhitungan waktu, ungkap Istiantoro, di Indonesia setiap 3,5 menit ada satu orang menjadi buta.

Budi menambahkan, Indonesia merupakan nomor dua terbanyak penderita katarak di dunia. Untuk kawasan Asia Tenggara Indonesia menempati urutan nomor satu terbanyak. Setiap pria maupun wanita mempunyai risiko yang sama terkena katarak. Biasanya katarak mengenai kedua belah mata, tidak satu-satu. Sayangnya, menurut Budi, tidak ada obat untuk menghilangkan katarak karena hanya bisa hilang dengan operasi dan diganti dengan lensa yang jernih.

Saat ini teknologi semakin canggih sehingga tersedia teknologi bedah katarak modern yang menggunakan mesin fakoemulsifikasi. Dalam operasi ini lebar sayatan luka operasi sangat minimal, yakni 1,4 hingga 2,2 milimeter. Bahkan luka sayatan tersebut tidak perlu dijahit dan menggunakan lensa buatan (lensa intra okular/lensa implan) untuk mengganti lensa yang terkena katarak.

Budi berpesan, tindakan operasi jangan menunggu hingga katarak matang. Karena pada proses pematangan tersebut dikhawatirkan akan terjadi komplikasi yang bisa menyebabkan glukoma sekunder, dan peradangan di dalam mata yang disebabkan oleh lensa dan kantung penggantung lensa rapuh. "Untuk melakukan operasi tidak ada batasan usia," tuturnya.

Apakah operasi katarak ada efek sampingnya? Menurut Budi, setiap tindakan kedokteran itu harus menjaga faktor risiko dan efek samping lebih minim. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan setelah operasi. Yakni, mata jangan terkena air selama 3-5 hari. Setelah operasi gunakan kacamata karena mata tersebut tidak boleh terkena angin dan debu.

Sebelum melakukan operasi, dokter akan melakukan pemeriksaan dahulu secara lengkap. Mulai dari pasien tidak boleh mengandung gula tinggi, pemeriksaan fungsi retina, serta pemeriksaan ukuran lensa tanam. "Untuk menghindari angka kegagalan operasi yang penting menjalani pemeriksaan awal yang lengkap," ujarnya.

Dan, hasil operasi akan bagus bila fungsi retina dan organ lainnya bagus. Pada saat ini operasi katarak tidak hanya mempertimbangkan fungsi penglihatan tapi juga kualitas penglihatan. "Agar setelah operasi, pasien tak lagi menggunakan kacamata," lanjut Budi.

Pasien yang melakukan operasi katarak fakoemulsifikasi di JEC sejak 2004 hingga tahun 2008 sebanyak 70 ribu pasien. Semua dokter mata, yang berhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), bertekad meningkatkan jumlah operasi. Setiap dokter mata, yang kini mengoperasi dua pasien setiap minggu, akan meningkatkan jumlah operasinya menjadi enam pasien seminggu. Ini akan mencapai angka 1.000 operasi katarak per satu juta penduduk per tahun.
Red: irf
Rep: desy susilawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar