Kamis, 03 Juli 2008

Peminat SMK Membeludak

SEJUMLAH siswa SMP dari berbagai daerah mengantre untuk mendaftar pada penerimaan siswa baru di SMKN 2 Bandung, Jln. Ciliwung Kota Bandung, Rabu (2/7).* KRISHNA AHADIYAT

BANDUNG, (PR).-

Jumlah peminat yang mendaftar ke sekolah menengah kejuruan (SMK) pada penerimaan siswa baru (PSB) tahun ajaran 2008-2009 membeludak. Berdasarkan pemantauan "PR", Rabu (2/7), di beberapa SMK terjadi antrean yang cukup panjang. Para calon siswa SMK ini tak hanya menyerahkan syarat administrasi, tetapi langsung melaksanakan tes kesehatan dan buta warna. Antrean panjang ini terjadi di SMKN 9, SMKN 13, dan SMKN 12 Bandung.

Antrean di SMKN 9 Jln. Soekarno-Hatta KM 10 Bandung berlangsung sejak Rabu pagi. Para calon siswa dan orang tua siswa menunggu giliran untuk menyerahkan berkas administrasi, kemudian calon siswa akan mengikuti tes buta warna, tes kesehatan, serta tes minat dan bakat. Menurut Ketua Panitia PSB SMKN 9 Ramsida, jumlah pendaftar sudah mencapai 700-an siswa, padahal kuota sekolah ini hanya 403.

"Jumlah pendaftar tahun ini sangat tinggi dan di luar perkiraan. Bahkan, para calon siswa ini tak hanya datang dari Kota Bandung, ada juga dari Ciwidey, Rancaekek, sampai Jawa Tengah. Hal ini disebabkan SMK menjanjikan siswanya memiliki keterampilan yang spesifik dan tujuan akhirnya adalah langsung bekerja atau membuka lapangan pekerjaan," tutur Ramsida.

Uyun, orang tua dari Susana Putri yang mendaftar ke SMKN 9 mengatakan, sangat bersyukur karena anaknya ingin sekolah di kejuruan. "Walaupun biayanya lebih mahal, tetapi nantinya anak saya punya keahlian khusus. Sehingga bisa langsung bekerja atau membuka salon. Susana sangat tertarik pada tata kecantikan," ungkap Uyun.

Situasi tidak jauh berbeda tampak pula di SMKN 12 Bandung. Hingga hari ketiga PSB, sudah terdaftar sedikitnya 620 siswa. Jumlah tersebut sudah melebihi daya tampung yang tersedia, yaitu 432 kursi untuk lima pilihan keahlian yang ada. 

Diakui Ketua Panitia PSB SMKN 12 Bandung Samsiah, jumlah pendaftar saat ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang jumlahnya tidak sampai 500 siswa. Samsiah menduga, gencarnya promosi di beberapa media mengenai keunggulan SMK menjadi salah satu pemicu meningkatnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka di SMK.

Sementara itu, di beberapa SMK swasta, seperti SMK Bina Warga dan SMK Tadika Puri, terlihat lengang. Tidak ada antrean di kursi pendaftaran. Meski demikian, panitia tiap-tiap sekolah tetap optimistis memperoleh siswa lebih banyak dari tahun sebelumnya.

"Biasalah kalau hari-hari ini agak sepi. Sekarang kan para orang tua masih mendahulukan sekolah yang negeri. Meski pendaftar masih sedikit, kami tetap optimistis mencapai target penambahan minimal 100 siswa," kata Ketua Panitia PSB SMK Bina Warga, Bunyamin Furqon. Tahun lalu SMK di Jln. Buahbatu tersebut menerima 164 siswa baru.

Masih sepi
Jika panitia PSB di SMKN kewalahan menerima siswa baru, hal berbeda terjadi di sebagian besar SMAN Kota Bandung. Sejak pendaftaran dibuka Senin (30/6) lalu, jumlah pendaftar tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Seperti yang terjadi di SMAN 3, SMAN 5, SMAN 6, SMAN 8, dan SMAN 21. 

Di SMAN 8 Bandung, jumlah pendaftar baru mencapai 70-an siswa. Menurut Humas SMAN 8 Bandung Eha Julaeha, sebagian besar calon pendaftar masih memantau passing grade yang dikeluarkan PSB online. "Kami memperkirakan, Jumat dan Sabtu besok, jumlah pendaftar akan meningkat pesat," ujar Eha.

Sementara itu, untuk mempermudah pendaftar, SMAN 5 memasang layar proyektor di lokasi pendaftaran. Layar tersebut memuat urutan data pendaftar lengkap dengan nilainya. Hingga Rabu (2/7), jumlah pendaftar yang masuk baru 37 siswa. Dengan perincian nilai tertinggi 37,35 dan nilai terendah 32,50. 

Dihubungi secara terpisah, Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP) Dan Satriana mengatakan, penyediaan komputer atau layar informasi ini sudah seharusnya dilakukan di setiap sekolah. Sebab, masyarakat perlu mengetahui info terakhir yang bisa dilihat ketika hendak mendaftar.

Menurut Dan, situs PSB online belum bisa memberikan info yang cukup bagi orang tua siswa, karena masih ada keterbatasan di sana-sini, terutama kecepatan dalam meng-update data dari sekolah.

"Disdik juga semestinya memiliki tim investigasi atau desk khusus yang menampung keluhan-keluhan dari orang tua. Dengan begitu, orang tua bisa langsung mengadu jika ternyata menemukan kecurangan. Sekarang kan orang tua bingung kalau ingin mengadu," katanya. (A-157/ CA-165/ CA-184/ CA-187)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar