Kamis, 31 Juli 2008

Mencegah USB Terinfeksi Virus


www.freesoftwaremagazine.com

SAAT ini, siapa yang tak mengenal USB flash disk atau UFD untuk menyimpan datanya. Selain praktis media simpan, portable ini juga kini berkapasitas lumayan besar bahkan ada yang sampai 8GB. Namun, sayangnya fenomena penggunaan UFD sebagai media simpan yang mudah dibawa kemana saja dan plug and play (tidak memerlukan instalasi) di komputer mana saja ini, juga dimanfaatkan oleh para pembuat virus untuk melancarkan aksinya. Melalui UFD mereka menyebarkan virus dari satu komputer ke komputer lainnya. 


Untuk itu diperlukan pencegahan sedini mungkin. Jalan yang terbaik salah satunya yaitu dengan memasang antivirus yang telah teruji kemampuannya, terutama mampu mendeteksi beragam jenis virus lokal. Antivirus produk lokal kini mampu mengalahkan popularitas virus impor, sebut saja produk AVG Antivirus, Avira Antivirus, Bitdefenders, PCMAV, dan yang lainnya serta jangan lupa untuk menggunakan antivirus yang up to date. 

Ciri-ciri UFD terinfeksi virus

Biasanya setiap UFD yang telah terinfeksi, di dalamnya akan dibuatkan beberapa script oleh si pembuat virus. Script ini sebenarnya berisi sederetan perintah yang intinya untuk menjalankan file virus itu dan biasanya file induknya akan ditempatkan di folder/direktori yang sama. Agar file tersebut tidak dicurigai user, script tersebut akan disembunyikan (hidden). Script tersebut antara lain, autorun.inf, yaitu sederatan perintah untuk bisa menyebarkan virus melalui UFD secara otomatis ke dalam komputer. Dengan adanya perintah ini, si virus tidak perlu menunggu perintah (di-klik) pengguna untuk menginfeksi komputer. 

Script yang lainnya yaitu desktop.ini. file ini Biasanya akan berpasangan dengan file folder.HTT yang dibuat dengan tujuan untuk menjalankan script lain. kemudian file script yang dijalankan tersebut mempunyai script lain untuk menjalankan file berupa virus. 

Mencegah virus ke UFD

Salah satu cara untuk mencegah menularnya virus dari UFD ke komputer ketika terjadi hubungan melalui port USB yaitu dengan cara men-disable-kan proses autorun pada sistem operasi dalam hal ini sistem operasi yang paling banyak digunakan yakni Windows XP. 

Ada dua cara yang yaitu dengan mempergunakan software utility Tweak UI Powertoys atau dengan melakukan block autorun pada sistem operasinya.

Block autorun dengan Tweak UI Powertoys mampu mematikan fungsi autorun/autoplay, salah satu software yang disediakan secara gratis yang bisa di-download di situs http://www.microsoft.com/windowsxp/downloads/powertoys/xppowertoys.mspx. 

Cara pengoprasian cukup sederhana, Klik menu "My Computer" | Autoplay | Drivers", pada kolom "Enable Autoplay on Drives" uncheck pada drive yang diinginkan agar fungsi autoplay tersebut dimatikan. 

Kemudian, lakukan juga perubahan ini pada menu "Type" pada kolom "Autoplay Drive Types". Pastikan Anda sudah uncheck semua opsi yang ada [Enable Autoplay for CD and DVD drives dan Enable Autoplay for removable drives].

Disable Autorun melalui "registry editor":

1. Buka Registry Editor 

2. Klik menu [Start | Run | pada dialog ketik regedit

3. Browse ke alamat registry berikut

4. KEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\Policies\Explorer

5. HKEY_USERS\.DEFAULT\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\Policies\Explorer

Kemudian klik kanan pada string NoDriveTypeAutoRun

6. Isi value data dengan ff yang berarti fungsi Autorun/Autoply akan dimatikan pada 255 drive 

7. Klik Tombol [OK]

8. Keluar dari "Registry Editor"

9. Restart komputer agar perubahan ini berjalan

Disable Autorun/Autoplay melalui Group Policy [GPEDIT.MCS]

caranya:

1. Klik menu [Start]

2. Klik [Run]

3. Ketik GPEDIT.MSC pada kolom "RUN"

4. Setelah muncul layar "Group Policy" klik folder "System" pada menu "User Configuration" dan "Computer Configuration"

5. Pada kolom Settings, klik dua kali "Turn off Autoplay"

6. Setelah muncul layar "Turn off Autoplay" properties, klik tabulasi [Settings] dan pilih opsi "Enable" pada menu "Turn off Autoplay" kemudian Pilih "All Drive" pada kolom "Turn off Autoplay on" lalu restart computer.

Menyelamatkan data yang terinfeksi

Biasanya jika UFD telah terinfeksi salah satu jenis virus lokal, file dokumen yang ber extensi .doc dan .xls akan berubah menjadi virus ( ber-ekstensi *.exe ) dan jika dipaksa dibuka dengan Word/Excel maka tampilannya akan kacau balau.

Sebenarnya si pembuat virus tidak terlalu "jahat", karena dokumen itu masih bisa diselamatkan 100%. Virus itu hanya menambahkan file dokumen ke dalam dirinya sendiri sehingga ukurannya berbeda-beda sesuai dengan ukuran file.

Namun, adakalanya kita harus hati-hati karena ada antivirus yang mampu menghapus virus tersebut namun sekaligus dengan data yang terinfeksi. Padahal justru bukan hanya virusnya saja yang akan kita hapus tapi juga data di dalamnya bisa ikut terselamatkan. Berikut salah satu cara menghapus virus sekaligus menyelamatkan datanya. 

Cara Pertama matikan aktivitas virus dengan cara :

1. Masuk di drive C:Windows>system32 

2. Cari file bernama "kspoold" tanpa tanda petik 

3. Hapus file tersebut dengan cara "cut file". Lalu pindahkan ke folder lain. Kemudian kirim ke sampah alias Recycle Bin 

Cara kedua menyelamatkan isi data :

1. Buka flash disk 

2. Cari semua file .doc/.xls yang telah berubah jadi .exe 

3. Double klik satu demi satu file yang telah berubah jadi exe, setelah itu tutup kembali. File .doc/.xls tadi akan berubah lagi jadi .doc dan tidak akan berubah lagi jadi .exe. Hal tersebut dikarenakan file master virus yg bernama "kspoold" tadi telah dihapus. Anak virus ini tidak bisa menginstal dirinya lagi ke komputer yang kita gunakan, karena virus ini bisa hidup jika file master virus ini masih ada. (Desy Natalia/berbagai sumber)***

Matematika, Pria-Wanita Sebanding

KITA semua tahu bahwa di zaman sekarang ini apa pun yang bisa dilakukan pria, bisa juga dilakukan wanita. Dalam studi terbaru yang dipublikasikan majalah Science edisi terbaru, Marcia C. Linn, salah seorang penulis dari penelitian dan seorang profesor pendidikan dari University of California bernama Berkeley berkata, "Sekarang perbandingan tes matematika telah membuktikan adanya keseimbangan, kami tidak melihat perbedaan gender dalam tes ini," katanya. "Tetapi banyak orang yang terkejut dengan penemuan ini. Dugaan saya, pendapat kuno akhirnya terpatahkan." Satu tim penelitian berhasil melihat tujuh juta tes nasional matematika di seluruh dunia untuk anak-anak kelas 2-11, dan menemukan bahwa rata-rata baik laki-laki maupun perempuan mendapat nilai yang sama, dan hal itu termasuk keterampilan cara menyelesaikan soal. Para ahli mengatakan kebanyakan remaja perempuan dan wanita muda saat ini berambisi untuk melatih kemampuan otak. Inilah yang membuat penelitian tersebut menemukan keseimbangan. Penelitian ini ditemukan oleh National Science Foundation, dan dilakukan dalam upaya menemukan kebenaran atas pendapat kuno itu adalah benar. Jika tidak benar, akan membantu untuk membantah pendapat tersebut, hingga lebih jelas. "Pendapat bahwa anak laki-laki lebih pintar matematika ketimbang perempuan masih jadi masalah besar bagi para guru dan orang tua," kata Dr. Janet Hyde, ahli lain dalam studi tersebut. "Para guru dan orang tua banyak yang membantu anak perempuan, memberikan mereka nasihat tentang kursus apa yang harus diambil, jenjang karier apa yang cocok untuk mereka. Saya sering mendengar anekdot tentang penasihat pendidikan yang mengontrol para gadis untuk jauh dari pekerjaan sebagai ahli mesin. Bilang pada gadis-gadis itu bahwa mereka tidak akan mampu mengerjakan matematika." Namun, dengan hasil dari penelitian yang ada sekarang, mungkin pendapat itu akan berubah. Dr. Linn yang juga setuju dengan hal tersebut berkata, "Sekarang, kita tahu bahwa para wanita juga pintar matematika." (science/jam)***

Helarfest 2008

Gubernur akan Buka Kickfest


Salomo Sihombing - detikBandung



Bandung - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan akan membuka Kickfest 2008 di Lapangan Gasibu. Pesta pasar kreatif tersebesar se-Jawa Barat ini akan diramaikan 160 booth clothing lokal dari sembilan kota dan delapan negara.

Sebagai salah satu event yang digagas Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK), Kickfest menampilkan produk-produk clothing yang didominasi pemain-pemain lokal. Namun tidak hanya pasar clothing, komunitas lain juga ikut serta seperti komunitas skateboard yang juga menggelar kompetisi, unit-unit Usaha Kecil Menengah (UKM) binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar dan lainnya.

Helaran Kickfest sendiri sudah akan dimulai sejak Jumat (1/8/2008). Namun pembukaannya baru akan dilakukan secara resmi oleh Gubernur Jabar pada Sabtu, (2/8/2008).

"Pada pembukaan, akan hadir juga walikota Bandung, dubes Inggris, Sekjen Deperindag, 54 katalis (pemangku kepentingan kota-red) dari sembilan negara yang terdiri dari Inggris dan negara-negara Asia Timur," ujar Ketua KICK Fiki Satari kepada detikbandung, Kamis (31/7/2008).

Untuk memeriahkan acara, juga akan tampil band-band indie seperti The Sigit, Koil, Pure Saturday, Mocca, The Milo dan lainnya. Untuk pengunjung, panitia menggratiskan biaya masuk. "Target kita pengunjung bisa lebih banyak atau minimal sama dengan tahun lalu yaitu sekitar 300 ribu orang," tandas Fiki.(lom/lom)

Raja Ampat, Papua's underwater paradise

Arief Suhardiman , The Jakarta Post , Raja Ampat, Papua | Sun, 07/27/2008 10:22 AM | Travel 


"Wobbegong!" Saka screamed as he rose to the surface to tell me there was a shark. I hurriedly put on my snorkel and jumped into the katingting (wooden boat) into the sea. 

After swimming about 25 meters, I saw four of my friends diving 4 meters deep, surrounding the shark. 

The shark was lurking beneath the coral, hidden by the white sand. Not content with the view from the surface, I decided to dive for a closer look at the tasseled wobbegong. 

At a distance of 1 meter, the shark stayed motionless with only its broad tassel-swathed head showing from behind the coral. It was a rare moment. 

With some prodding by Saka, the 1-meter-long shark came out of hiding. 

My four peers soon surfaced, faces shining with pleasure at having seen and photographed this unusual shark. 


TV presenter Riyanni Djangkaru poses with "the Ugly Face" Wobbegong. (JP/Arief Suhardiman)


"At last, I got to see the Ugly Face!" cried Riyanni Djangkaru, host of an adventure program broadcast on a private TV station, as she described the wobbegong with a hearty laugh. 

Saka, our diving guide from the Maritime and Fisheries Office of Raja Ampat, Papua, was also beaming. We all celebrated our successful encounter with the shark on board with laughter and applause. The shark made up for our previous dive trip, when we found nothing but a whale squirting out its breath near our boat as we left Waiwo for the Friwin dive spot, Raja Ampat, northwest of the province of Papua. 

From Batu Lima, the place where we spotted the wobbegong, Saka asked boat owner Pak Ibrahim to sail to Mioskon, just a short trip away. 

There was a rather strong current in the waters 10 to 20 meters deep. I followed the sea flow along with thousands of gold-banded fusiliers and some parrotfish. 

Later Saka took me to shallower waters, where sunlight and crystal-clear water enabled me to see through a distance of more than 30 meters. 

Kicking my fins, I trailed the Biak native until a spectacular view appeared. It was a fascinating stretch of reefs with soft and hard coral and a myriad of exotic fish dancing around, as though in a welcome ritual. 

There were clusters of Acroporidae, Alcyoniidae and others forming 1 to 5 meters of coral mounds. Gorgeous fish species such as goldies, cardinalfish, angelfish, butterflyfish and surgeonfish were playing on sea anemones and coral. 

The whole setting presented a panorama of very beautiful and peaceful marine life. It made me realize that through this particular spot, Raja Ampat shows its class as a haven for divers across the world, even a snorkeler like me! 

Back on board the boat we continued to admire the underwater natural beauty and hoped for yet more thrilling sights as the boat was heading for the next spot, Chicken Reef, in half an hour. On arrival, the sea was as still as a stretch of carpet, and Saka startled us with a sudden dive to check the water currents, leaving us laughing. 

"Barracuda!" shouted Saka, the Mike Tyson look-alike, as he surfaced. While my friends were preparing to dive, I plunged right away to witness swarms of barracuda at a depth of 4 meters. 

In this spot there were also giant clams and clownfish having fun on the anemones. 


A Giant Clam is spotted in Raja Ampat waters. (JP/Arief Suhardiman) 


Satisfied with our diving activities in three spots, we took a break on an islet to fill our stomachs after feasting our eyes on the surrounding landscape. The second day of the diving and snorkeling trip wound up in the Cape KRI spot. 

This spot offered us the sight of flying rays flapping their fins around 1.5 meters above the water surface. 

"Manta...rays!" I cried out as I noticed the fish jumping not far from the back of my friend Panji. 

Then I plunged again into the sea current while watching from the surface my friends diving 15 meters below. From slanting drop-off rims I dived down to a depth of 5 meters to take a close look at marine biota, such as golden and brown Faviidae corals forming seabed domes. The silvery reflection of trevally fish exposed to the sun added to the charm of the sea and the specialness of every corner of Raja Ampat. 

Manta Rays 

After breakfast, we set out on another diving trip amid rather strong winds. The waves were quite high with a strong enough current following the night-to-dawn downpour in the area. 

We arrived at Manta Point after more than an hour to start the third day. Two speedboats had arrived earlier, one of which carried Miss Universe 2006 runner-up Kurara Chibana. 

As we shifted our gaze from the beauty queen of Japanese origin to the ripples left on the surface of the water by tiny jumping fish, a small dark fin was seen emerging and moving around, followed by several other fins. 

"Manta... Manta!" yelled Saka. I also hurried to the water with my snorkel along with the other divers to approach the manta rays. 

I got overexcited seizing the opportunity for a close glance. Five mantas were swimming down there, tussling for plankton with numerous gold-banded fusiliers. 

The mantas were scattered all over, which made it difficult for us to swim closer to them. So we had to find out where they were heading and screamed at each other when any of us noticed their positions. 

My great desire to snap mantas at close quarters separated me from my peers. I kept praying while trying to find the right strategy to approach them and photograph them safely. All I could think about was how to avoid what had befallen Steve Irwin -- "The Crocodile Hunter" of a TV program -- some time earlier. 

As I was preoccupied with the search for the fish, a manta was moving toward me. My heart was pounding and I was overwhelmed with admiration, fear and the urge to take pictures. There was no way of withdrawing as the moment would mark my first underwater photos. 

"It's the right time!," I thought, pressing the shutter release. The manta was drawing closer to me ... 

The flap of its 3.5-meter wings prompted me to refrain from disturbing it and risk infuriating it. I finally lowered the camera as it was even closer, with our eyes meeting and holding. 

Moments later I saw its mouth open wide to suck in plankton. When it was only about 3 meters from me, it turned away. 

"Alhamdulillah," were my words in praise of God while again photographing the manta before it swam even farther. 

Night snorkeling 

After dinner I intended to go fishing because I felt something missing in Papua without this activity. Moreover, I'm a sports-fishing buff myself and three of my friends would be diving to find bamboo sharks. But as it was forbidden to fish in the resort area, I was going to head for the open sea by hiring a fishing boat. 

In fact, the area around the jetty was teeming with the fish the locals call Bobara (giant trevally), weighing 1-3 kg. "If only the Seribu Islands that could be like this," I thought, an impossible wish given Jakarta Bay is now virtually the septic tank of the capital city. 

By starlight, I followed my three friends diving from the jetty to start a bamboo shark hunt. Though I previously thought that sharks were mostly ferocious, further tips indicated that this species was not aggressive, which encouraged me to join the search. 

As I shone the flashlight around, my eyes got fixed on a light brown fish in desert soldiers' camouflage pattern. "It's a shark!" 

It was unbelievable to have found this shark in such shallow waters. 

Sadly, though, the fish began to move to the left and right quickly in a frightened manner. I kept calm so as not to make it panic even more. Yet the shark was now going farther away from me, which spurred me to chase it but it dodged very fast and disappeared into darkness as I got closer. 

The sight of the bamboo shark failed to quench my desire to observe blue spotted rays. Earlier in the day, several of these rays were frequently seen roaming around the jetty. This was the ray species that had reportedly killed Steve Irwin. 

And my Raja Ampat trip proved to be rewarding. 

The one I was looking for moved toward me, perhaps attracted by my flashlight. But the ray finally paused at a distance of about 3 meters from me, leading to another two-way stare. 

Despite my composure to avoid any disturbances that might cause panic, the ray withdrew after a while. So the shark and ray wound up my night snorkeling. 

Last day 
The dive spot on our last day was Mike's Point, which only took a short time to reach using the Maritime and Fisheries Office's speedboat. Here we did the same diving routine before the groups accompanying Kurara Chibana arrived at the spot. 

After a cameraman and two divers from the groups went underwater, Kurara and her partner followed. I had the opportunity the photographing the shooting of this film about ecology starring Kurara before my camera housing was affected by fog. 

Diving in Raja Ampat's different areas gave us a lot of pleasure and impressions. The natural splendor of the island group will tempt everyone to return for more excitement. 

"It was fun! I'll come back next year for my vacation!," the Miss Universe 2006 runner-up assured everyone at the end of her diving adventure in Raja Ampat.

Javajive Stay Gold: Eksistensi Band Baru

Yulia Dian - detikhot


Stay Gold (Musica) 



Jakarta Nama Javajive (biasa ditulis Java Jive) mungkin sudah tak asing di telinga. Namun lewat album kelimanya bertajuk 'Stay Gold', Javajive menunjukan eksistensinya sebagai band baru. Lho?

"Kita ngerjain album ini dengan semangat seperti band baru. Optimis pasti, kita balikin juga ke yang di Atas. Yang jelas kita memang band baru," ujar Noey sang bassis kepada detikhot ketika berkunjung di kantor detik.com baru-baru ini.

Band asal Bandung ini memang ingin mengembalikan masa keemasan mereka. Dan 'Stay Gold' boleh jadi langkah yang tepat. Coba kita simak ulasan detikhot bersama Noey tentang album baru mereka ini.

'Hilang' dipilih sebagai single andalan. Masih dengan lirik khas Javajive, mereka menyuguhkan nuansa pop yang tidak so last year. Sedikit oldies memang, tapi terdengar modern.

Tubuh yang wangi itu, masih tercium
Gelas anggur untukmu, belum tersentuh
Dia hilang dari pelukku, dia hilang bagai mimpi
Dia hilang dari sadarku, dan dia hilang...

Mau yang lebih oldies? Coba dengar 'Nafas Terakhir'. "Lagu itu dulu Aria (kibord .red) ide dasarnya dari novel lama kalau nggak salah Mira W. Ya setua kisah novel itulah, jadinya lagunya oldies," jelas Noey.

Lagu ini jelas jauh bertolak belakang dengan 'Valentine' yang bernuansa jazz fussion. "Ini dibikinnya pas Valentine di Surabaya tahun 2007, lagi ada show. Lagi sound check Edwin masuk drum pertamanya, saya ngikutin, yang lain ngikutin. Spontan aja. Kita sempat bikin supaya jangan terlalu jazz tapi ternyata soulnya di sana," terangnya lagi.

Lagu spontan lainnya bisa ditemukan dalam track 'Stay Gold' yang ditulis Dany Spreet (vokal) dalam bahasa Inggris. Jangan heran jika mendengar lagu 'Mengejar Sinar Pagi'. Seperti lagu-lagu Peterpan kah?

"Sebenarnya suasananya lebih ke U2. Kalau bunyi gitarnya mungkin agak nyerimpet kali ya," jelas Noey. Terang saja, Noey dan Capung sang gitaris terus-terusan memproduseri karya-karya baru Peterpan. Tapi tak mengapa, toh lagu ini punya beat drum yang oke punya. 'Kawan, Kamu di Mana?' adalah kisah pribadi Dany semasa masa pemulihannya dari ketergantungan narkoba. Coba curi dengar saja lagu catchy ini.

Secara keseluruhan, Javajive memang banyak berubah ketimbang album sebelumnya tahun 1999. Masih dengan gaya bertutur dan bermusik lamanya, Javajive mampu menghadirkan nuansa baru yang lebih berani dan percaya diri. Welcome back Javajive! 

Daftar track album 'Stay Gold' Javajive:
1. Seperti Dicintai (Secara Dikhianati)
2. Hilang
3. Nafas Terakhir
4. Valentine
5. Aku di Sampingmu
6. Cinta Kedua
7. Berpaling Darimu
8. Mengejar Sinar Pagi
9. Cinta Semusim
10. Stay Gold
11. Kawan, Kamu di Mana? 
(yla/yla)

Japan aims to more than double number of foreign students to 300,000 by 2020

The Associated Press , Tokyo | Tue, 07/29/2008 3:14 PM | Education 

Japan aims to more than double the number of foreign university students in the country by simplifying immigration procedures and hiring more English-speaking professors, an official said Tuesday. 


The government hopes to boost the number of foreign students from 120,000 to 300,000 by 2020, as Japan lags far behind the United States and major European countries. 

Some 580,000 international students study in the U.S., with 356,000 students in the United Kingdom, 265,000 in France and 248,000 in Germany, according to the Japanese education ministry. 

"The plan is part of our globalization efforts at Japanese universities," said Ryuichi Oda, an education ministry official. "We would like to provide as much governmental support as we can." 

The government plans to simplify immigration procedures and set up workshops on study opportunities at Japanese embassies abroad, Oda said. While calling on universities to hire more English-speaking teachers, Oda said, the government and schools will also increase the number of Japanese-language classes for foreign students. 

"The biggest obstacle for foreign students to study in Japan is the language, " he said. 

The government and universities also plan to help foreign students find jobs in Japan after graduation. 

Japan's society is rapidly aging, and the demographic shift from a declining birthrate and high life expectancies is expected to lead to acute labor shortages. A government report last week
warned Japan's economy could slow to less than an annual 1 percent growth rate in the 2020s because of the shrinking labor force.(**)

Menjerat Si Hama Jambu Biji


KEPOPULERAN jambu biji (Psidium guajava) menanjak di tahun-tahun terakhir, karena maraknya wabah demam berdarah sehingga ikut mengangkat buah yang awalnya tidak dipentingkan ini. Adanya hasil penelitian yang menyatakan kandungan gizi jambu biji dapat menyembuhkan demam berdarah, mendapat antusias tinggi masyarakat. Walau sebenarnya, peran si buah berbiji merah ini bukan untuk menyembuhkan demam berdarah melainkan memperlambat perkembangbiakkan vektor penyakitnya. Kandungan vitamin C yang tinggi, mencapai sekitar 100 mg/100 gram, mampu meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dengan sendirinya vektor nyamuk Aedes aegypti tidak lagi dapat bertahan dalam tubuh penderita.


Fakta tersebut meningkatkan prospek pemasarannya di Indonesia. Kesempatan ini dengan cepat dilirik oleh banyak kalangan masyarakat terutama petani. Produksi jambu biji kini menjadi komoditi prioritas, terutama di sentra perkebunan jambu biji seperti Garut dan sekitarnya. Sayangnya, produksi jambu biji terhambat oleh adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yaitu hama Bactrocera dorsalis atau biasa disebut lalat buah.

Lalat buah ini menyebabkan buah yang hampir matang rontok dan menimbulkan bercak, busuk, berlubang pada buah, bahkan terdapat belatung. Hal ini dikarenakan lalat buah betina senang menyimpan telurnya di dalam buah. Buah yang setengah matang memiliki tekstur lebih lunak dan mempermudah lalat menancapkan ovipositornya (organ penyimpan telur dari lalat buah betina). Tujuannya agar jika telur sudah menetas menjadi larva mereka dapat dengan mudah mendapat asupan nutrisi bagi tubuhnya. Nutrisi-nutrisi tersebut di antaranya protein atau selulosa yang terkandung dalam buah.

Kerugian sekitar Rp 22 miliar per tahun harus diderita petani hortikultura terutama buah-buahan jika tanamannya terserang hama ini. Imbasnya meluas pada penurunan produksi serta penolakan ekspor buah-buahan yang cacat secara kualitas. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, di tahun 2007 populasi lalat buah sudah termasuk tinggi dan intensitas serangannya dapat mencapai 100 persen.

Untuk mengatasi permasalahan hama lalat buah, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan. Pertama, dengan melakukan pembungkusan buah agar tidak diincar lalat buah betina. Hanya saja, upaya ini akan menyita lebih banyak waktu dan tenaga pada pertanaman yang luas. Kedua, dengan menggunakan insektisida sintetis. Sayangnya, penggunaan insektisida selain mahal juga rentan dengan residu (racun) yang ditinggalkannya pada tanaman.

Pemecahan terbaru yang dikemukakan oleh dua mahasiswa Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unpad mungkin bisa dijadikan solusi cerdas. Ide inovatif dari Yudi Sudrajat beserta rekannya Khairunnisa Qisti rupanya telah terbukti dapat mengurangi jumlah hama sekaligus ramah lingkungan. Suatu alat perangkap lalat buah yang dikembangkan dari berbagai penelitian sebelumnya, berhasil membawa mereka menjadi pemenang Lomba Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia 2008 yang diadakan LIPI Juni lalu.

Pada dasarnya, kerangka ide perangkap yang belum memiliki nama atau sebutan resmi ini bergantung pada tiga komponen yaitu atraktan, perekat, serta bentuknya. Menurut Yudi, ketertarikan lalat buah pada buah-buahan selain untuk menyimpan telur, juga karena terangsang oleh senyawa aromatik yang dihasilkan buah tersebut dan biasa disebut atraktan. Berbagai jenis atraktan alami bisa diperoleh dari tanaman daun wangi (Melalueca bracteaca) maupu biji pala (Mrystica fragrans). Hasil sulingan campuran keduanya dapat menghasilkan sebuah atraktan yang disebut metil eugenol yang disukai lalat buah. Perekat yang digunakan Yudi untuk alat ini terbuat dari gondorukem atau getah pohon pinus (Pinus merkusii) dan juga lateks atau bahan ekstraktif yang dihasilkan pohon karet (Hevea brasiliensis). Keduanya merupakan perekat alami yang tidak menimbulkan residu sebagai efek samping.

"Perangkap ini kami modifikasi dari model sebelumnya yaitu perangkap silinder dan limas berperekat karya Sugiarti (2006) dan Handayani (2007). Berdasarkan hasil riset, kedua jenis perangkap ini memiliki tangkapan lalat buah yang paling banyak dibanding model lainnya," ujar Yudi. Modifikasi yang dilakukannya yaitu dengan mengubah bentuk perangkap menjadi bulat dan dicat hijau sehingga menyerupai buah.

Bentuk perangkap ciptaan Yudi berupa seutas kawat yang bagian pangkalnya dipasang sebuah tutup menyerupai corong. Fungsinya untuk menangkal air misalnya air hujan. Di bagian ujung bawah kawat diselimuti gumpalan kapas yang akan disemprot atraktan. Untuk menarik perhatian lalat buah betina, di sekitar luar kapas dipasang perangkap lalat buah berbentuk bulat yang kedua bagian dalam dan luarnya diberi perekat. Dalam kasus jambu biji, Yudi membuat perangkap dengan bentuk bulat hijau yang diberi lubang horizontal sejajar di kedua sisinya. "Pembuatan lubang seperti ini terbukti paling efektif untuk menjerat lalat," katanya.

Untuk menggunakannya, perangkap digantung pada dahan pohon. Cara kerja perangkap diawali ketika atraktan disemprotkan pada kapas. Aroma metil eugenol akan menarik perhatian lalat jantan untuk masuk ke dalam lubang perangkap dan bentuk perangkap yang bulat hijau akan menarik perhatian lalat betina. Ketika lalat betina mendekati perangkap, ia akan terjerat oleh perekat di luar perangkap, dan lalat jantan akan terjerat dalam perekat yang terdapat di dalam perangkap.

Hasil karyanya ini diakui Yudi diujicobakan di sebuah sentra jambu biji di wilayah Garut. "Meski hanya dua hari, penelitian kami mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat. Banyak dari mereka yang tertarik untuk membuat alat ini sendiri," katanya seraya menjelaskan hingga saat ini belum ada permintaan kepadanya untuk membuat perangkap ini secara massal.

Disebutkan Yudi, ketertarikan masyarakat lebih dikarenakan murahnya biaya produksi untuk membuat perangkap jenis ini yaitu sekitar Rp 10.755,00 untuk satu perangkap. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat perangkap termasuk mudah didapat. Di antaranya plastik bekas air minum dalam kemasan, kawat, kapas, bola plastik, serta tanaman gondorukem dan lateks. Sedangkan bahan untuk membuat atraktan metil eugenol terdiri dari daun wangi dan biji pala yang membutuhkan biata sekitar Rp 19.500,00 untuk setiap volume 3 kilogram.

"Mungkin yang termasuk mahal adalah biaya penyulingan atraktan yang mencapai Rp 350.000,00/liter. Namun, jumlah sebesar itu untuk membuat 100 perangkap dengan empat kali penggantian. Perhitungan tersebut bisa dikatakan murah, bandingkan saja jika membeli metil eugenol sintetis, sedikitnya Rp 1,2 juta harus dikeluarkan untuk setiap liternya. Dan juga jangan khawatir jika hendak menyuling sendiri, karena tanaman daun wangi dan biji pala termasuk yang mudah disuling sehingga tingkat keberhasilan penyulingan mendekati 100 persen," kata Yudi.

Meski Yudi mengakui alat temuannya ini belum diuji coba keefektifannya, namun ia optimistis alat ini dapat membantu petani jambu biji mengendalikan hama (lalat buah). Alat ini dapat menangkap 20-30 lalat dalam 10 menit pertama pemasangan. Yang juga harus diperhatikan adalah pemasangan antarperangkap diberi jarak 500 meter. Karena berdasarkan penelitian, jarak yang lebih jauh dari 500 meter tidak efektif untuk menjerat lalat. Selain itu, satu perangkap dapat dipasang untuk area seluas 42 meter persegi. Pemeliharaan perangkap cukup mudah. Atraktan hanya perlu disemprot pada kapas setiap tujuh hari sekali. Dan perekat harus diganti setiap 10 hari sekali agar daya rekatnya efektif. (Eva Fahas)***

Gelar Sarjana Kehormatan buat Gerrard

Arya Perdhana - detiksport


AFP/Andrew Yates



 
Liverpool - Liverpool John Moores University menganugerahkan gelar sarjana (fellow) kehormatan untuk Steven Gerrard. Kapten Liverpool itu dianggap berjasa besar bagi dunia olahraga.

Upacara penganugerahan gelar itu dilangsungkan di Katedral Anglikan Liverpool, Jumat (25/7/2008). Didampingi istrinya, Alex Curran, Gerrard menggunakan jubah kebesaran LJMU berwarna merah dan biru.

Gerrard, yang pada tahun 2007 mendapatkan gelar MBE dari Kerajaan Inggris, mengaku sangat bangga dengan gelarnya. "Saya sangat bangga menjadi menjadi fellow Liverpool John Moores University," ungkapnya kepada Sky.

"Bukan hanya karena Universitas ini telah melakukan banyak hal bagi kota dan penduduk Liverpool, tapi juga karena mereka kredibilitas mendunia untuk ilmu pengetahuan di bidang sepakbola," lanjut pria 28 tahun itu.

"Steven mewakili filosofi Unitersitas ini, yakni 'Mimpikan, Rencanakan dan Raihlah'," ucap Rektor LJMU, Profesor Michael Brown, mengenai pemberian gelar itu.

"Dia telah menjadi salah satu atlet terbaik di negara ini, bila bukan di seluruh dunia. Ia punya reputasi untuk integritasnya di dalam dan luar lapangan," kata Profesor Brown.

Hum, setelah gelar sarjana kehormatan, kapan gelar juara Liga Inggris, Stevie?

( arp / arp )

Lampu Hias Sangkar Burung


Mempercantik hunian dengan aksesoris unik, sungguh menyenangkan. Terlebih banyak pujian datang karenanya. Lampu bak sangkar burung salah satu perwujudannya.



Lampu ini terdiri dari tiga material utama. Yaitu, kain, kayu dan besi. Posisi yang menggantung, menjadikan lampu hias ini membutuhkan struktur kokoh sebagai penahan. Besi jadi andalan.Tinggi lampu mencapai 180cm, dengan balutan warna krem tampak hangat.

Desain melengkung dan bantalan berbentuk lingkaran, mempercantik tampilan. Unsur kayu, lebih tepatnya potongan bambu, hadir apik sebagai pembungkus terluar lampu. Pola jari-jari menegaskan sebuah "sangkar" pada lampu ini. Lapisan yang bersinggungan langsung dari lampu adalah kain rajutan. Motif bunga dan tangkai menghias mengelilingi kain.

Hadir dalam satu kesatuan, lengkap dengan meja kaca dibeberapa bagian besi. Lampu unik yang diproduksi di Surabaya ini, dijual seharga Rp. 450.000.

Penulis: Whery
Foto:Whery

Pengadaan Buku Sekolah Elektronik Matikan Penerbitan


ORANG tua menemani anaknya memilih buku di salah satu stan pada Pameran Buku Bandung 2008 di Gedung Landmark Jln. Braga Kota Bandung, Rabu (30/7). Saat tahun ajaran baru banyak warga yang mempersiapkan kelengkapan sekolah anaknya termasuk buku pelajaran. Pameran yang berlangsung hingga Selasa (5/8) mendatang ini menyediakan berbagai macam buku pelajaran, agama, dan bacaan baik untuk anak-anak maupun dewasa.* USEP USMAN NASRULLOH



BANDUNG, (PR).-
Kebijakan Departemen Pendidikan Nasional seputar pengadaan buku sekolah elektronik (BSE) dianggap bisa mematikan usaha penerbitan. Sebab, kebijakan tersebut sama sekali tidak berpihak kepada penerbit. "Jika dibiarkan tanpa ada revisi kebijakan, lambat laun penerbit yang ada akan kolaps karena ruang geraknya terbatas," kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Barat Anwarrudin seusai pembukaan Pesta Buku Bandung di Landmark Braga, Rabu (30/7).

Pada dasarnya Anwar setuju pada kebijakan ini. Namun, ia meminta agar kebijakan ini ditinjau ulang dengan menyertakan pembahasan mengenai keuntungan yang bisa diperoleh penerbit.

Sejauh ini, kebijakan yang tertuang dalam Permendiknas No. 2/2008 tentang Buku, hanya membahas tentang harga eceran tertinggi (HET) yang boleh dipasang percetakan yang memperbanyak buku hasil mengunduh dari situs www.bse.depdiknas. go.id. HET yang berkisar antara Rp 4.525,00-Rp 19.500,00. Hal itu pun dinilai Anwar tidak banyak memberi keuntungan kepada percetakan. "Paling besar hanya Rp 500,00 dari satu buku," ujarnya.

Anwar mengakui, sosialisasi dan penguasaan internet yang belum merata membuat program tersebut belum berjalan. Celah ini yang akan dimanfaatkan penerbit untuk tetap bertahan sembari melakukan sejumlah inovasi. Celah lain yang dapat dimanfaatkan ialah dengan berkonsentrasi pada penerbitan buku nonpendidikan.

Akan tetapi, menurut Anwar, jika kebijakan tersebut tidak kunjung direvisi dengan menghadirkan solusi yang dapat memberikan keuntungan untuk pemerintah dan penerbit, maka perkembangan dunia penerbitan yang saat ini sudah menggembirakan, bisa kembali mundur.

Saat ini, tercatat sudah ada sedikitnya 180 penerbitan di Jawa Barat. Jumlah tersebut, kata Anwar, berdampak pula pada peningkatan jumlah toko buku yang menjadi distributor antara penerbit dan pengguna buku. Terlebih kini telah muncul pula larangan menjual buku di sekolah yang membuat kehadiran toko buku menjadi penting.

Menanggapi hadirnya buku elekronik ini, beberapa guru di Kota Bandung mengaku mengetahui program BSE ini. Namun, sampai saat ini mereka belum mengetahui standar operasionalnya. Wakasek Kurikulum SMPN 44 Bandung Ganda mengatakan, mengetahui program buku elektronik dari internet dan media massa. Namun, tidak pernah mengetahui bagaimana prosedur dan peraturan yang berlaku di program tersebut. 

"Secara resmi, kami belum pernah disosialisasikan mengenai program ini. Yang sulit itu sosialisasi kepada siswa dan orang tuanya jika program ini nanti dijalankan. Harus dipikirkan juga, jika sudah mengunduh, berapa biaya untuk memperbanyaknya? Siapa yang mau menanggung? Kalau menurut saya, jangan dipaksakan, yang repot kami-kami ini di lapangan," tutur Ganda yang ditemui di kantornya, Selasa (29/7).

Senada dengan Ganda, Kepala SMPN 22 Bandung Dede Setiawan mengungkapkan, program tersebut telah di sosialisasikan kepada guru-guru saja. Dia merasa, sekolahnya belum siap kalau harus menerapkan program tersebut dalam waktu dekat.

"Ketika program tersebut dicanangkan, seharusnya dipikirkan juga bagaimana implementasinya. Sosialisasi juga harus dilakukan di masyarakat, jangan kepada pelaku pendidikan saja. Kami menunggu petunjuk berikutnya sajalah," ujar Dede.

Beberapa siswa kelas IX di SMPN 44 Bandung mengaku mengetahui tentang program buku elektronik ini. Namun, pihak sekolah membebaskan mereka untuk membeli buku pelajaran di mana saja. "Kami boleh beli di koperasi sekolah, di toko buku, atau dari internet. Yang penting, saat pelajaran berlangsung masing-masing punya buku pegangan untuk bahan belajar," ucap salah seorang dari mereka. (CA-184/CA-187)***

Besok (1-Agustus 2008), Hasil SNMPTN Akan Diumumkan

BANDUNG, (PR).-
Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan diumumkan serentak di seluruh Indonesia, Jumat (1/8), melalui website resmi SNMPTN www.snmptn.ac.id serta melalui sejumlah media cetak yang bekerja sama dengan panitia SNMPTN, termasuk HU Pikiran Rakyat.

Ketua Panitia Lokal (Panlok) SNMPTN Bandung, Adang Surahma, Rabu (30/7) mengatakan, pengumuman melalui website sudah mulai bisa diakses Jumat (1/8) pukul 00.00 WIB. Kalaupun sulit mengakses website ini karena jaringan dipastikan penuh, peserta bisa melihatnya di sejumlah media cetak yang juga akan memuat hasil seleksi.

"Tahun ini panitia tidak akan menyediakan koran gratis yang dibagikan di kampus-kampus dan di sekretariat SNMPTN seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Kemungkinan besar, kata Adang, PTN-PTN yang ada di Kota Bandung hanya akan memampang pengumuman tanpa membagikannya kepada peserta. Tahun sebelumnya, menurut Adang, panitia selalu membagikan koran gratis yang berisi pengumuman kelulusan. Koran-koran tersebut biasanya ditempatkan di beberapa titik, terutama PTN-PTN yang ada di Kota Bandung.

"Tetapi tahun ini tidak ada, dan itu merupakan keputusan pusat. Tapi secara keseluruhan tidak ada perubahan mendasar untuk teknis pengumuman ini, yang berbeda hanya tidak ada koran gratis," ungkapnya.

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Sekretaris Eksekutif SNMPTN Panlok Bandung Asep Gana Suganda mengatakan, sampai saat ini panitia masih menyimpan sejumlah dokumen milik peserta SNMPTN yang tertinggal saat proses pendaftaran. Dokumen yang berjumlah sekitar 10 eksemplar tersebut terdiri dari ijazah serta dokumen lain.

"Kalau ada yang merasa kehilangan dokumen, silakan menghubungi panitia SNMPTN atau bisa ke saya langsung," kata Asep.

Pada SNMPTN kali ini, Unpad rencananya akan menerima 3.800 mahasiswa baru, ITB 1.080 mahasiswa, UPI 2.415 mahasiswa, sedangkan UIN SGD 640 mahasiswa baru. (A-157)***

"Bento" Seharga Avanza...


Gubernur Jabar Ahmad Heryawan (tengah) berdialog dengan salah seorang pemenang kontes kategori kambing peranakan etawa dalam kontes ternak bibit tingkat Jabar di Balai Latihan Kerja Kab. Cianjur, Selasa (29/7).* YUSUF ADJI/"PR"



Namanya Bento. Postur tubuhnya lebih tinggi, lebih besar, dan kekar dibandingkan dengan jenis kambing pada umumnya. Demikian pula bobotnya, kambing jenis peranakan etawa (PE) tersebut bisa mencapai 82 kg.

Tongkrongan dan penampilan Bento, kambing jantan warna hitam putih itu, mengundang perhatian pengunjung yang datang. Apalagi kambing yang diberi nama si Bento itu juga mampu mengangkat dua kaki depannya dan bergantian disepak-sepakkan, seperti layaknya kuda.

Atraksi kambing yang menjuarai kontes kategori raja pejantan kambing PE ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Tidak terkecuali rombongan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Dirjen Peternakan Prof Dr. Tjeppy D. Soedjana, M.Sc., dan Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh yang tengah meninjau stan peserta kontes dan pameran ternak bibit, Selasa (29/7) di Lapangan Balai Latihan Kerja (BLK) Kab. Cianjur.

Rombongan gubernur menyempatkan berbincang-bincang dengan pemilik Bento, Brian Koesoema Adhi seputar kambing tersebut, termasuk harganya bila dijual. Menurut Brian, ia baru mau melepas Bento bila ada yang berani membayar seharga mobil Toyota Kijang atau Avanza. Brian mengatakan, si "Bento" adalah aset paling berharga di peternakannya, malah kini sudah menjadi aset Cianjur maupun Jabar.

Brian mengaku, harga bibit unggul kambing PE tidak ada patokannya. Sedangkan keturunan si Bento, baik jantan maupun betina, dipatok dengan harga Rp 3,5 juta/ekor, untuk kualitas rata-rata. Sedangkan anak kambing pilihan bisa mencapai Rp 6 juta/ekor. "Ini juga peminatnya sudah banyak, malahan banyak pemesan yang sudah inden," ujarnya menjelaskan.

Menurut Brian, kambing PE aslinya berasal dari India, tetapi si Bento hasil peranakan lokal, cucunya si Rambo. Si Bento ini baru pertama kali ikut kontes dan langsung menang.

Berat badannya kini 82 kg, itu pun sudah diturunkan karena asalnya 102 kg. Tinggi posisi standar 105 cm. "Berat badannya sengaja diturunkan. Soalnya kalau terlalu berat, kurang bagus buat pejantan," katanya. 

Brian juga mengatakan, keturunan si Bento sekarang sudah banyak tersebar di kawasan Cipanas Cianjur, dikembangkan melalui pola kemitraan. Kambing-kambing tersebut diternakkan untuk diambil susunya. (yusuf adji/"PR")***

Celana Dalam Ratu Victoria Laku Rp 86 Juta


GETTY IMAGES/RUSSEL
Ratu Victoria bersama salah satu buyutnya dipotret pada 8 November 1896.


LONDON, KAMIS - Celana dalam Ratu Victoria dari Inggris laku 4.500 poundsterling atau Rp 86 juta dalam sebuah lelang di Derby, Rabu (30/7) atau Kamis (31/7) waktu Indonesia.


Celana dalam itu punya lingkar pinggang 127 cm dan dibuat pada 1890-an. Ukuran itu menandakan anggota keluarga kerajaan itu punya lingkar pinggang jumbo begitu mendekati usia senja.

Sebelumnya, celana dalam itu hanya laku sekitar 500 poundsterling. Namun, ternyata, seorang pembeli asal Kanada mau mengeluarkan duit 4.500 poundsterling untuk membawa pulang pakaian dalam berlogo VR (Victoria Regina) itu. Celana itu terbuat dari katun terbaik dan buatan tangan.

Pakaian dalam itu dipakai Ratu Victoria ketika masih dalam proses menjadi ratu Inggris dan selama ini masih tersimpan rapi di rumah perempuan itu di Lincolnshire. "Celana dalam itu, mengingat asal-usulnya, sangat menggairahkan, kita tahu itu miliknya (Ratu Victoria)," kata Charles Hanson, pelelang.

Hanson mengatakan, celana dalam itu merupakan kepingan menarik dari sejarah yang menunjukkan bahwa Ratu Victoria yang berpostur tinggi itu punya pinggang yang besar.

Bukan cuma itu busana Ratu Victoria yang dilelang di Derby. Selembar korset dengan lingkar dada 167 cm terjual 4.000 poundsterling atau Rp 76,5 juta, sementara sebuah gaun malam laku lebih mahal, yaitu 5.500 poundsterling atau Rp 105,1 juta.

SAS 
Sumber : AP

Lembar Kerja Siswa (LKS) Perlu Dievaluasi

Membebani Orangtua Siswa


Kamis, 31 Juli 2008 | 00:55 WIB 

Jakarta, Kompas - Pemerintah diminta untuk serius mengevaluasi pengadaan buku teks dan lembar kerja siswa yang membebani masyarakat. Kebutuhan bahan ajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang menjadi tanggung jawab pemerintah terlihat semakin diserahkan kepada masyarakat.

S Hamid Hasan, Ketua Umum Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia, yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (29/7), mengatakan, adanya lembar kerja siswa (LKS) dan buku teks yang awalnya bertujuan baik semakin terlihat tumpang-tindih. Apalagi pengadaan buku teks dan LKS cenderung dipaksakan untuk dipenuhi oleh siswa sendiri.

”Coba lihat, pengadaan LKS terpisah dari buku teks. Persoalannya, ini menjadi biaya tinggi buat masyarakat dalam pembiayaan pendidikan. Kenapa tidak, LKS itu menjadi satu paket pembelian dengan buku teks, cuma lembarnya terpisah. Tidak seperti sekarang, siswa beli buku teks dan juga LKS. Maksud baik untuk bisa membuat siswa semakin paham dengan pelajaran, malah justru membebani,” ujar Hamid.

Berumur setahun
Dari pantauan Kompas, buku- buku teks yang beredar di sekolah hanya memungkinkan berumur satu tahun. Ini disebabkan pada buku teks terdapat soal-soal yang jawabannya harus diisi pada buku tersebut. Dengan demikian, buku yang sudah diisi banyak coretan tersebut tidak mungkin bisa dimanfaatkan oleh adik kelasnya.

Di sisi lain, siswa dibebani kewajiban membeli LKS untuk setiap mata pelajaran. Akibatnya, siswa harus mau merogoh biaya pembelian buku penunjang pelajaran lebih banyak lagi.

Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Fawzia Aswin Hadis, mengatakan bahwa penilaian buku teks yang dilakukan BSNP sebenarnya memungkinkan pemakaian setiap buku itu berlaku selama lima tahun. Karena itu, BSNP mendorong supaya latihan soal pada buku teks dikerjakan di buku lain.

”Kami pun sebenarnya tidak mendorong adanya LKS. Untuk memperbanyak latihan soal, yang perlu diupayakan itu bagaimana guru mampu berkreativitas untuk membuat bahan ajar dan latihan soal yang tidak kalah dengan apa yang ada di LKS,” kata Fawzia.

Ria (40), salah satu orangtua siswa, mengharapkan kebijakan pendidikan di negara ini tidak memberatkan masyarakat, yang membuat mereka dari kalangan tidak mampu menjadi terhambat mengakses pendidikan berkualitas.

”LKS untuk 12 mata pelajaran, siswa harus membeli Rp 95.000. Ini di luar mata pelajaran,” ujarnya.

Orangtua mau tidak mau mengikuti aturan itu karena kasihan kepada anak. Padahal, lanjut dia, di buku teks sudah ada latihan soal. Guru seharusnya bisa mengembangkan soal lebih banyak lagi secara variatif.

”Jangan tergantung LKS. Ini membuat pendidikan semakin mahal, tetapi mutunya masih dipertanyakan,” tutur Ria. (ELN)

Alquran Braille, Solusi Buat Tunanetra


AEP Saepudin (39) warga Cibeber Cimahi , salah seorang penerima Alquran Braille, membaca salah satu Alquran yang akan dibagikan bagi 125 penyandang cacat tunanetra di Wiyata guna Jln. Pajajaran Kota Bandung, Rabu (30/7). Acara yang dilaksanakan atas kerja sama dengan LSM Ummi Maktum Voice tersebut bertujuan untuk membantu program pemberantasan buta huruf Braille.* ADE BAYU INDRA


ALQURAN satu ini berbeda sekaligus unik. Tak satu pun huruf hijaiah tertera di dalamnya. Kertas-kertas tebal berwarna putih Alquran itu hanya dipenuhi deretan titik-titik timbul yang berbaris rapi.

Ya, itulah Alquran Braille yang diproduksi LSM Ummi Maktum Voice (UMV) bekerja sama dengan Yayasan Penyandang Wiyata Guna (YPWG). Produksi Alquran tersebut sebagai upaya memberantas buta huruf di kalangan tunanetra.

"Ini berangkat dari kenyataan bahwa penyebaran Alquran Braille belum merata, padahal sangat dibutuhkan," ungkap staf Bagian Distribusi dan Pembinaan Alquran Braille LSM UMV, Solehuddin. Ia ditemui dalam acara peluncuran 125 set Alquran Braille di Aula Wiyata Guna Jln. Pajajaran Bandung, Rabu (30/7).

Ia mengatakan, sedikitnya 2,5 juta penduduk Indonesia merupakan tunanetra dan 60%-nya beragama Islam. Akan tetapi, jumlah Alquran Braille yang tersebar baru mencapai 3.000 set. "Untuk Kota Bandung dan Jabar, kondisinya lumayan. Sekitar 1.000 set Alquran telah beredar," ujarnya.

Soleh menilai, kondisi itu cukup baik. Oleh karena itu, sudah banyak tunanetra yang mengenal Alquran. Saat ini rasio tunanetra yang sudah paham Alquran Braille dengan yang masih belajar di Kota Bandung sebesar 1:100. 

**

SAAT ini tercatat 625 set Alquran Braille yang telah diproduksi LSM UMV dan YPWG. Hanya, penyebaran ke seantero negeri terkendala jarak, ongkos kirim yang melambung tinggi, serta masih kurangnya sosialisasi mengenai Alquran Braille kepada masyarakat tunanetra.

Selain itu, harga Alquran tersebut masih tergolong mahal. Pasalnya, proses pembuatannya dilakukan secara semikonvensional dan bahan bakunya pun khusus. 

Alquran yang diproduksi LSM UMV-YPWG, misalnya. Setiap set yang berjumlah 30 buku (sesuai dengan juz Alquran) dijual seharga Rp 1,65 juta. "Sebetulnya, ada yang lebih murah, tapi kualitasnya beda. Kertas yang kami gunakan lebih tebal dan antiair sehingga tidak cepat rusak jika terkena keringat tangan orang yang merabanya. Namanya breef carton. Ini berbeda dengan buatan Yogyakarta yang menggunakan braillon. Karena berupa plastik, kertas itu benar-benar antiair. Kekurangannya, timbul listrik statis. Kalau terlalu lama diraba, akan kesemutan," katanya. 

Alquran Braille itu, kata dia, sudah mendapat penashihan dari Departemen Agama. Bentuk dan isinya pun sesuai dengan standar internasional yang dikeluarkan UNESCO. (Eva Fahas)***

Lele Vampir Ditemukan di Hutan Tropis Guyana


BBC
Ikan bertaring pedang adalah salah satu satwa eksotis yang ditemukan di hutan tropis Guyana khsusnya.


LONDON, RABU - Ekspedisi ilmiah yang dilakukan ke dalam hutan tropis Guyana, Amerika Tengah, berhasil mengungkap makhluk-makhluk eksotis yang baru diketahui keberadaannya. Di antaranya ikan lele vampir yang hidup sebagai parasit.

BBC
Laba-laba raksasa Goliath


Sekelompok peneliti yang didanai program dokumenter BBC menghabiskan waktu enam minggu untuk menelusuri kanopi-kanopi hutan lebat yang masih alami. Usaha keras mereka terbayar dengan menemukan total dua kandidat spesies baru ikan, satu spesies katak, dan sejumlah kelelawar buah yang belum pernah dilihat sebelumnya.

BBC
Katak bertanduk di Guyana berwarna seperti daun-daun yang berserakan di sekitarnya.

"Dalam waktu singkat, kami menangkap ratusan spesies, 10 persen di antaranya mungkin baru dalam sains. Ini nyaris mustahil dan sungguh tak terbayang," ujar Dr george McGavin, seorang pakar hewan yang ikut dalam ekspedisi.

BBC
Ulat aneh yang ditemukan di sekitar kemah para peneliti.


Meski harus dibandingkan dengan sampel spesies di seluruh dunia untuk memastikan sebagai spesies baru, dua spesies ikan diyakini kuat memang baru. Spesies pertama dari genus Hemiodus. Jenis lainnya dari genus Vandellia memiliki gigi-geligi runcing untuk menancap ke tubuh ikan yang lebih besar. Selama ekspedisi, tim juga berhasil merekam ular terbesar di dunia, anaconda. Selain itu, juga ditampilkan elang terbesar di dunia dari jenis elang harpy dan laba-laba raksasa Goliath. 

"Kita masih punya pilihan, kita benar berada di persimpangan sekarang. Kita tidak dapat memutuskan apakah akan membiarkannya di alam atau mengabaikan saat dibabat habis," ujar Dr McGavin. Jika tingkat penurunan masih seperti saat ini, kekayaan hayati bisa punah sebelum sempat terekam.


WAH 
Sumber : BBC

Badawi: Anwar Hanya Gertak Sambal

PUTRAJAYA, KAMIS - Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi tidak mau pusing dengan ancaman lawan politiknya, Anwar Ibrahim, yang akan menumbangkan pemerintahannya. Menurutnya, Anwar hanya menggertak.

"Agaknya sejauh ini, arahnya ke sana (menggertak). Tetapi, menggertak atau tidak, sepertinya dia (Anwar) ingin mempertahankan popularitasnya seperti pasar saham," kata Badawi kepada Associated Press, Kamis (31/7).
 
Ketika ditanya tentang kemungkinan pemerintah akan menerapkan keadaan darurat jika terjadi demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah, Badawi membantahnya. 

"Sama sekali tidak, buat apa kami berbuat itu. Mengapa protes jalanan harus tidak terkendali? Sangat tidak pantas dilakukan oleh partai yang ingin menjadi penguasa Malaysia, mencengkeram hukum dan menyuarakan keingian sendiri," kata Badawi.

Masih soal lawannya, Badawi mengaku yakin bahwa Anwar sedang berupaya menyuap anggota parlemen yang propemerintah. "Saya banyak mendengar cerita, banyak cerita tentang pembayaran, merayu mereka dengan tawaran uang untuk membelot ke kubu oposisi" kata Badawi.

"Kalau benar ada tawaran uang, bagi saya itu merupakan bentuk korupsi yang paling buruk," katanya.

SAS 
Sumber : AP

Selasa, 29 Juli 2008

Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N)

Bringing Indonesia to Bandung

 


ENGGAK usah jauh-jauh keliling Indonesia jika ingin melihat kebudayaan Papua. Enggak perlu capek-capek mengunjungi Borneo jika ingin mengetahui lagu-lagu daerahnya. Belia cukup hadir di gelaran Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang bertempat di SMAN 2 Bandung, 22-26 Juli lalu. Buat yang enggak sempat menyaksikan, simak hasil liputan belia ini!

Acara yang dibuka di Sabuga, Selasa (22/7), dimeriahkan oleh paduan suara SMAN 2 Bandung, berbagai tarian dari siswa SMP dan SMA Kota Bandung. Enggak lupa, KPA 3 yang udah kesohor namanya pun, ikut ambil bagian untuk memeriahkan acara pembukaan yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Bambang Sudibyo danWakil Gubernur Jabar Dede Yusuf.

Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, 23 Juli, berbagai lomba pun dilaksanakan. "Awalnya ada lomba di tingkat kota masing-masing, sebanyak 60 mata lomba. Tapi yang dipertandingkan di tingkat nasional hanya 6 lomba, yaitu menyanyi solo, tari kreasi, MTQ, seni kriya, lukis poster, dan cipta baca cerpen," ucap koordinator pelaksana acara Vanny Wandari. Peserta lomba berasal dari 33 provinsi di Indonesia, dan setiap provinsi rata-rata terdiri atas 8 peserta. "Masing-masing mengirimkan satu orang untuk ikut bertanding di lomba-lomba tadi, kecuali untuk lomba tari kreasi itu dua orang penari," tutur Vanny, yang juga jadi ketua panitia di FLS2N tingkat Kota Bandung.

Lomba melukis poster
First of all, belia ceritain lomba melukis poster. Mengangkat tema melestarikan budaya Indonesia, lomba ini diikuti oleh 31 peserta. "Ada dua provinsi yang enggak ikutan, dari Sumatra Selatan dan Kep. Riau," kata Anniez Poetrie sang koordinator lomba. Dalam waktu tiga jam, peserta harus mampu menyelesaikan satu poster yang peralatannya disediakan oleh panitia. ‘Enggak dibatasi sih, alat yang dipakai, boleh pakai cat poster, cat minyak, cat air, krayon. Pensil warna, atau spidol juga boleh," ujar Anniez. 

Umumnya sih, gambar yang dibuat menonjolkan kebudayaan di daerah setiap peserta. "Acara seperti ini bagus sekali untuk diadakan. Saya menggambar tradisi dari daerah asal saya ‘Sepintu Sedulang’. Ini merupakan acara kumpul-kumpul yang biasa masyarakat lakukan kalau ada perayaan keagamaaan. Seperti Maulid Nabi, biasanya masyarakat membawa makanan ke masjid. Makanya gambarnya orang-orang membawa tempayan di atas kepala dan menuju ke masjid. Ini merupakan contoh dari nilai gotong royong di daerah asal saya," kata Wasis Purbo, peserta dari SMAN 1 Koba Bangka Belitung.

Lomba kriya
Berikutnya adalah lomba seni kriya. Uhm, di lomba ini keliatan banget krativitas 31 orang peserta. "Semua bahan yang dipakai sangat dibebaskan dan menunjukkan potensi atau ciri khas daerahnya masing-masing. Makanya mereka bawa bahan sendiri-sendiri, panitia hanya menyediakan alat seperti gunting dan lem," ucap sang koordinator lomba, Anggy Hariyandi. Sama kayak lomba poster, waktu yang diberikan panitia pun hanya tiga jam. "Yah, lumayan. Saya kan bikin asbak yang diukir, jadinya waktunya pas," kata Romadhon, peserta dari SMAN 1 Tahunan Jepara.

Ada yang bikin anyaman, ada yang bikin ukiran dari kayu, ada juga yang bikin semacam maket rumah dan lingkungan daerah asalnya. Mereka bener-bener membawa kebudayaannya ke sini lewat bahan-bahan yang mereka pakai. Misalnya aja Ermawati dari SMAN 5 Kota Jambi yang membuat anyaman berbentuk vas bunga dari batang tanaman resam. "Tanaman resam ini semak belukar yang biasanya banyak tumbuh di hutan karet. Di Jambi memang banyak banget tanaman ini dan mudah untuk diambil," ucap Erma. Saking semangat ngerjain vas bunganya, jari tangan Erma ini sampai luka terkena cutter.

Setyo Widianto dari SMAN 2 Tanjung Pinang, Kepulauan Riau lain lagi. "Saya bikin bingkai foto dari kulit kerang yang ukurannya besar dan dihias dngan kerang yang ukurannya kecil. Kalau di daerah kepulauan, kulit kerang kayak gini gampang banget didapet. Nelayan hanya ngambil dagingnya, kulitnya bisa ngambil gratis. Dan karena liat banyak kulit kerang gini saya kepikiran aja buat bikin bingkai foto dari bahan ini." Huebat deh...

Lomba tari kreasi
Yang paling banyak penontonnya adalah lomba tari kreasi ini. Bertempat di Bale Seni Dua, para peserta berlomba menampilkan tarian terbaik dari daerahnya. "Enggak ada peraturan khusus, waktunya juga dibebaskan, tapi rata-rata sih penampilannya 7-8 menit. Kalaupun lebih lama dari itu kita enggak potong, kita biarkan mereka menyelesaikan kreasinya," kata koordinator lomba, Rihnenda.

"Kami tadi menari lenggang kembar Betawi. Persiapannya selama satu bulan. Karena ini tari kreasi, kami kreasiin sendiri tapi karena takut keluar dari koridor tari tradisional yang benar, kami juga pakai pelatih," kata Ai Zaini, peserta dari SMAN 6 Jakarta.

Lomba menyanyi solo
Yang enggak kalah seru dari lomba tari kreasi adalah lomba menyanyi. Untuk babak penyisihan, ada 33 peserta dari 33 provinsi. Masing-masing harus menyanyikan satu lagu nasional dan satu lagu daerah. Untuk mendukung penampilan panggung, peserta banyak yang memakai pakaian adat daerah. "Sebenarnya enggak wajib sih, tapi semua provinsi akhirnya bikin kesepakatan untuk make baju tradisional. Kompak banget deh," kata si panitia, Cinatry Kartika.

Kamis (24/7), ada 15 peserta yang masuk babak final. Sama dengan di babak penyisihan, kali ini lagu wajib yang harus mereka nyanyikan adalah lagu "Bendera" karyanya Eross Candra. Untuk lagu pilihannya, peserta membawakan lagu daerah masing-masing. Biar tampil maksimal, untuk lagu wajib, para peserta diiringi oleh full band, lho. Enggak lupa juga kostum yang nunjukkin daerah kebanggaan mereka. Psst, tuan rumah juga ngirimin perwakilannya lho. Ada Barsena Bestandhi dari SMAN 2 Bandung yang juga ngewakilin Jabar. 

Lomba MTQ
Sama kayak lomba menyanyi solo, lomba MTQ juga diikuti 33 peserta dari 33 provinsi. Untuk menentukan surat dan ayat yang dibacakan, peserta harus mengambil nomor undian dulu. "Mereka dikasih waktu 5-6 menit untuk baca dan terserah mereka kalaupun kurang dari 6 menit tapi udah selesai," ucap Syarah Nurfaidah, kordinator lomba.

Namanya lomba membaca Alquran, suasana di lantai bawah masjid SMAN 2 Bandung seakan tidak terganggu oleh keriuhan lomba di luar. Semua peserta menunggu giliran sambil mendengarkan temen-temannya melantunkan ayat Alquran. 

Lomba cipta baca cerpen
Di hari pertama lomba, peserta diberi waktu selama dua jam untuk menuliskan cerpennya. Baru di hari kedua, para peserta harus membacakan hasil karya mereka di hadapan para juri. "Untuk penilaian, 60 persen dari cerpen yang mereka buat dan 40 persen dari pembacaan. Sebelumnya, juri udah baca cerpen yang mereka buat, kemarin hasil karya mereka difotokopi dan dikumpulkan ke juri," tutur panitia, Farah Aulia.

Di hari kedua inilah, ekspresi, gerak, penghayatan cerita, dan cara pembacaannya dinilai di hadapan juri dan peserta lain. Yang menarik, di lomba ini peserta bisa bertukar pengalaman dan cerita tentang daerah mereka masing-masing. Kayak cerpennya A.A. Sagung Istri Candra Pamdasari dari SMAN 5 Denpasar yang bercerita tradisi so called perjodohan yang hanya ada di Desa Sesetan, Banjar Kaja, Bali. "Ini tradisi satu hari setelah Nyepi. Kelompok perempuan dan laki-laki saling mendorong untuk mendapat pasangan. Bisa sampai berpelukan segala, lho," ceritanya pada belia. Atau tradisi di Papua yang menilai status seseorang atau keluarga dengan banyaknya babi yang dimiliki. Tapi sayangnya, enggak semua peserta bisa membacakan cerpennya dengan tuntas karena hanya diberi waktu 10 menit.

Dari enam mata lomba, pengetahuan belia tentang budaya di berbagai daerah di Indonesia pun bertambah. Semua budaya ini, enggak kalah bagusnya dengan budaya luar yang seringkali diagungkan oleh remaja. Makna persatuan bangsa pun sangat kental di acara ini. Salut buat panitia yang berhasil mengorganize acara berskala nasional ini, juga untuk semua peserta. Semoga, acara seperti ini bisa bikin bangsa Indonesia lebih menghargai budayanya sendiri dan bisa mempererat persatuan. *** 

tisha_belia@yahoo.com 
Astri Arsita (arsiestar@yahoo.com)

Gaun Pengantin yang Menutup Aurat Sekaligus Cantik

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Model memeragakan busana pengantin karya perancang Irna Mutiara koleksi Irna La Perle dalam soft launch di Kemang Square, Jakarta Selatan, Kamis (24/7). Irna La Perle memperkenalkan busana pengantin muslim yang berciri klasik-modern, sophisticated, dan siluet yang terjaga dalam garis longgar dan elegan. Koleksi tersebut dilepas berdasar kategori first line, premium, dan Limited, dengan harga antara Rp 5 hingga Rp 25 juta


Tampil cantik dalam balutan gaun yang sophisticated dan romantis dalam momen yang tak terlupakan adalah dambaan setiap mempelai pengantin. Bagi Anda yang memakai busana muslimah, hal tersebut juga bisa diwujudkan.

Bila selama ini para pengantin yang memakai busana muslimah hanya memakai kebaya yang ditambah kerudung, kini muncul alternatif baru gaun pengantin yang elegan namun tetap menutup aurat. Irna La Perle adalah butik yang mengkhususkan diri merancang gaun-gaun pengantin muslimah tersebut.

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Model memeragakan busana pengantin karya perancang Irna Mutiara koleksi Irna La Perle dalam soft launch di Kemang Square, Jakarta Selatan, Kamis (24/7).


"Selama ini saya melihat para pengantin yang berjilbab hanya memakai kebaya tradisional lalu ditambah kerudung. Itu alasan saya membuat sesuatu yang lain untuk mengakomodasi kebutuhan ini," ujar Irna Mutiara, desainer di butik Irna La Perle.

Irna mengatakan, meski dibuat untuk mempelai muslimah, gaun yang dibuat lebih bergaya universal. "Meski sesuai kaidah tapi gaunnya tidak kearab-araban," katanya. Irna mengaku inspirasi untuk membuat rancangannya tetap berasal dari tren yang sedang berkembang di dunia. "Biasanya saya mengikuti tren warna, style, dan ragam hiasnya," kata perancang asal Bandung ini di butiknya di wilayah Kemang, Jakarta. 

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Model membawakan gaun pengantin muslimah dari butik Irna La Perle yang terletak di Kemang Square, Jakarta.



Untuk warna, Irna tidak selalu memakai putih yang identik dengan gaun pengantin. Ia juga membuat gaun-gaun cantik berbagai warna, mulai dari krem, abu-abu, hingga warna pastel atau sesuai keinginan si mempelai sendiri. 

Untuk menampilkan kesan elegan, Irna menitik beratkan perhatian pada bagian kerudung. Kerudung yang berfungsi menutup seluruh rambut ia buat sedemikian rupa menjadi pusat perhatian. "Bila baju berpotongan simpel, kerudung harus agak extravagant. Ini adalah ciri gaun pengantin muslim," ujarnya. Bila rambut ingin dihiasi bunga, Irna menyarankan untuk memilih bunga berjenis kontemporer, seperti bunga lily atau mawar putih berukuran besar. 

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT
Model memeragakan busana pengantin karya perancang Irna Mutiara koleksi Irna La Perle dalam soft launch di Kemang Square, Jakarta Selatan, Kamis (24/7).


Sementara itu, untuk pemilihan bahan, Irna memilih bahan sifon, taffeta, lace, tule, shifon, dan organdi. Namun, Irna tampaknya lebih menyukai mengolah bahan polos. Misalnya saja pada sebuah gaun berbahan organdi warna off-white yang ditempel hiasan daun-daun pada bagian bawah gaun yang mencuri perhatian. Ia juga menggunakan manik, kristal, dan pita-pita besar. 

Irna mengatakan bahwa bisnis ini sangat cerah. Terbukti dari banyaknya pesanan yang datang, mencapai 10 gaun, padahal butik ini baru berusia tiga bulan. Setiap potong gaun berkisar antara 5-10 juta untuk kategori first line dan 10-20 juta untuk kelas premium. "Perbedaan hanya ada pada material gaun, selebihnya kami memberi pelayanan yang sama," kata Irna yang juga membuatkan jas pengantin pria ini.

AN

OPEC Persilakan Indonesia Masuk Lagi Jika Sudah Keluar


Kompas/Lucky Pransiska
Pengeboran minyak di Rig OW 700/40 milik Pertamina EP di Desa Samudra Jaya, Kecamatan Bekasi, Jawa Barat, mencapai kedalaman 2.150 meter, Selasa (27/3). Minyak mentah dari anjungan ini diolah di kilang minyak Balongan untuk memenuhi kebutuhan nasional.


Laporan Wartawan Kompas Suhartono

JAKARTA, SELASA - Presiden Negara-negara produsen minyak dunia atau Opec Chakim Chalil, yang juga Menteri Pertambangan dan Energi Al-Jazair menyatakan, Indonesia merupakan negara yang penting peranannya. Oleh sebab itu, kalau memang Indonesia mau keluar, diharapkan segera masuk kembali jika sudah menjadi produsen.

Hal itu disampaikan Chakib Chalil menjawab pers, seusai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Selasa (29/7) siang. "Indonesia itu sudah lama dikenal sebagai negara produsen sehingga menjadi anggota Opec. Peranannya selama ini sangat penting selama ini. Toh, kalau masuk lagi hanya 2 juta dollar AS," tandas Chakib.

Sementara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menyatakan, Indonesia memang belum secara resmi keluar dari Opec. "Tahun ini kita sudah bayar. Tetapi, kita belum mengajukan (permohoan keluar) ke Opec," kata Purnomo.

Lebih jauh, Chakib menyatakan Opec tidak pernah menentukan harga minyak mentah dunia. "Harga minyak yang terjadi sangat dipengaruhi oleh situsi dan geoopolitik dunia seperti perang dan produksi negara-negara penghasil minyak," jelas Chakib.

HAR

Menyederhanakan Permainan Angklung dengan Angklung Toel


YAYAN Udjo, memeragakan alat musik Angklung Toel hasil kreasinya di Saung Angklung Udjo, yang diharapkan akan mampu membangkitkan citra angklung serta memenuhi keinginan penikmat musik angklung untuk memainkan angklung sendiri.* RETNO HY/"PR"

ANGKLUNG Toel. Nama itu masih asing di telinga masyarakat. Alat musik dengan nada diatonis itu sebetulnya tidak banyak berbeda dengan angklung diatonis lainnya yang selama ini sudah dikenal. Hanya, cara memainkannya yang berbeda. 

"Namanya tidak sengaja diambil dari cara memainkan. Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan angklung melodi yang sudah dikembangkan sebelumnya," ujar Yayan Udjo.

Dikatakan Kang Yayan, demikian putra keenam dari Alm. Udjo Ngalagena biasa disapa, Angklung Toel merupakan hasil kreasi dari pengembangan alat musik angklung di Saung Angklung Udjo (SAU) Padasuka, Kota Bandung. Selain tuntutan dari para pemain maupun penggemar musik angklung yang mengharapkan alat musik angklung lebih simpel, juga sebagai bagian dari upaya pelestarian. 

Terciptanya Angklung Toel, menurut Yayan, karena selama ini setiap hendak memainkan musik angklung selalu dihadapkan pada jumlah personel. Untuk memainkan angklung, minimal harus ada 15 orang. "Tapi dengan Angklung Toel, seorang diri pun bisa dilakukan," kata Yayan sambil memainkan lagu Manuk Dadali.

Pembuatan Angklung Toel dengan jumlah dua oktaf setengah tersebut disamakan dengan alat musik piano. Dimainkan dengan cara berdiri maupun posisi duduk, yang membedakan hanya dalam segi bentuk dan cara memainkan.

Namun, kelebihan Angklung Toel dibandingkan dengan angklung diatonis lainnya, selain urutan nada juga cara memainkan. "Hanya dengan menepuk atau sekali sentuh (noel) sudah keluar bunyinya, untuk tinggi rendah disesuaikan dengan keras pelannya menyentuh," ujar Yayan.

Jumlah oktaf Angklung Toel mencapai dua setengah oktaf. Menurut Yayan, hal tersebut disesuaikan dengan jangkauan tangan. "Tapi kalau akan dimainkan oleh dua atau tiga orang jumlahnya dapat ditambah," ujarnya. 

Terhadap kreativitas dan pengembangan alat musik angklung, Herry Dim, salah seorang seniman, terobosan yang dilakukan Yayan dengan SAU diharapkan mampu membangkitkan kembali kecintaan masyarakat akan seni musik angklung. 

Dikatakan Herry Dim, Angklung Toel masih membutuhkan perubahan seperti dalam hal standar atau dudukan. Akan tetapi, kelebihan angklung melodi, selain dimainkan sendiri dan tidak banyak memakan tempat juga gerakan tangan lebih atraktif. "Setiap repertoar dapat dimainkan sesuai dengan kemampuan pemain karena Angklung Toel nadanya tidak jauh berbeda dengan alat musik diatonis lainnya," ujar Herry Dim. 

Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya, dukungan pemerintah adalah dalam hal mendaftarkan ke Departemen HAKI. Upaya tersebut dilakukan agar jangan sampai peristiwa klaim dari negara lain kembali terulang. (Retno HY/"PR")***

Pendidikan di Jerman

Gratis... Bayar... Gratis (Lagi)... 


KOMPAS/TONY D WIDYASTONO / Kompas Images 

Dhanang Kusumaningtyas (mahasiswa Teknik Elektro-kiri), Charles Wijaya Kusuma (mahasiswa Teknik Informatik-tengah), Philemon Ivan Derwin (mahasiswa Teknik Industri). 



Selasa, 29 Juli 2008 | 03:00 WIB 

Akhir Mei lalu wartawan Kompas, Tonny D Widiastono, berkesempatan melihat dari dekat kehidupan beberapa kampus di Jerman. Negeri penghasil barang-barang berteknologi tinggi ini masih menjadi daya tarik bagi para calon mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Di lain pihak, kampus-kampus di Jerman banyak mengalami kemajuan dan perubahan. Berikut laporannya.

Sisa-sisa pamflet berwarna oranye dengan tulisan warna hitam dan berisi ajakan untuk berdemo bagi mahasiswa Technische Universitat (TU) Darmstadt itu masih tertempel di sana-sini. Meski ajakan itu sudah berlaku sejak 24 Mei 2007, aksi dan gemanya masih terasa hingga satu tahun kemudian. Bahkan, akhir Mei 2008 lalu demo mahasiswa masih terus dilakukan.

Demo itu dipicu keputusan negara bagian Hessen-Jerman yang memberlakukan keharusan membayar biaya studi bagi para mahasiswa. Keputusan ini amat mengagetkan mahasiswa karena selama ini kuliah di negara bagian itu masih gratis. Selain itu, dengan adanya ketentuan membayar kuliah, berarti pemerintah telah menghilangkan hak dan kesempatan yang sama bagi seluruh masyarakat (kaya atau miskin) untuk mendapatkan pendidikan.

Atas ketentuan ini, para mahasiswa tegas menolak. Maka, lahirlah pamflet-pamflet berisi ajakan demo. ”Demo. Gegen Studiengebühren. Verfassungsklage” (Demo. Melawan pungutan belajar. Komplain terhadap hal-hal yang tidak konstitusional).

Meski demikian, demo mahasiswa ini bukan sembarang demo, demo disertai penelitian dan penyelidikan. Para mahasiswa menemukan ketentuan yang termuat dalam undang-undang negara bagian bahwa lembaga pendidikan tidak boleh memungut uang dari peserta didik.

Ketentuan inilah yang digunakan sebagai senjata oleh para mahasiswa dalam berdemo. Demo-demo itu ”membawa hasil”. Mulai semester mendatang, kuliah diselenggarakan tanpa pungutan uang alias gratis lagi

Sebagian kecil
Terkait bayar-membayar uang kuliah, Dipl-Ing Chip Rinaldi Sabirin, mahasiswa S-3 Digital Control of Active Magnetic Bearings for High-Speed Drives, Jurusan Teknik Elektro, Institut für Elektrische Energiewandlung, TU Darmstadt, mengemukakan, pembayaran uang kuliah dimaksudkan sebagai ”bantuan” kecil atas beban biaya pendidikan yang harus ditanggung negara.

Selama ini biaya pendidikan mahasiswa teknik di TU Darmstadt sebesar 5.000 euro per tahun per mahasiswa, setara dengan Rp 73 juta (asumsi 1 euro sama dengan Rp 14.600). Untuk membiayai 17.000 mahasiswa TU Darmstadt, setiap tahun diperlukan biaya 85 juta euro.

”Jadi, kalau mahasiswa membayar uang kuliah 500 euro per semester atau 1.000 euro per tahun, yang saya dengar, jumlah itu tidak banyak berpengaruh pada pembiayaan. Memang sudah diperkirakan, suatu saat, belajar di Jerman harus membayar karena semakin banyak negara baru yang menguasai teknologi. Hal ini membuat Jerman tidak menjadi ’penguasa tunggal’ teknologi. Dulu, negara berteknologi kuat hanya Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat. Sekarang mulai menyusul Korea Selatan, Taiwan, dan bekas Jeman Timur,” ujar Rinaldi Sabirin.

Ia mengakui, akhir-akhir ini masalah dana membuat Pemerintah Jerman dan beberapa negara bagian kerepotan. Ke mana mereka harus mencari biaya sebesar itu, sedangkan mereka yang berniat belajar ke Jerman terus meningkat. Maka, meski memberi sumbangan kecil, penarikan uang kuliah itu sebenarnya ada manfaatnya bagi perguruan tinggi sendiri. Di Jurusan Elektro TU Darmstadt, misalnya, sudah banyak dilakukan pertemuan untuk pembagian pemanfaatan uang kuliah, terutama untuk pengadaan sarana.

”Bahkan, universitas sudah mensyaratkan alat-alat praktikum baru sudah harus digunakan oleh para mahasiswa baru semester mendatang. Ini memerlukan biaya. Melihat kenyataan ini, meski sudah mengambil uang kuliah, profesor tetap harus mencari dana lain di dunia industri untuk membantu pendidikan,” tutur Rinaldi Sabirin. (baca juga: Membuat Pendidikan Selalu Aktual).

Daya tarik
Selain gratis, mutu pendidikan yang tinggi dan diakui dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak mahasiswa dari seluruh dunia untuk belajar ke Jerman. Hal itu juga diakui Dr Ing Gunadi Sindhuwinata, President Director Indomobil.

”Yang amat menonjol dari pendidikan di Jerman adalah mutu yang bagus dan gratis. Dulu itu semua berlaku pada semua perguruan tinggi di seluruh Jerman. Kalau pun sekarang ada yang harus membayar, jumlahnya tidak besar dan umumnya masih bisa dijangkau. Memang, pendidikan menjadi tanggung jawab negara. Maka, dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, belajar di Jerman adalah yang paling murah dengan mutu yang bagus,” ujarnya.

Salah satu penyebab mengapa mutu pendidikan di Jerman tetap tinggi antara lain karena organisasi yang disentralkan, kurikulum standar yang berlaku pada masing-masing negara bagian. Dan, semua itu diatur. ”Sehingga, kalau orang Jerman asli lulusan gymnasium ingin masuk universitas, mereka harus mendaftar melalui Zentralstelle für die Vergabe von Studienplätzen, semacam pusat penempatan mahasiswa. Sementara itu, bagi mahasiswa asing, mereka harus melalui tahap pendidikan yang disebut studienkolleg selama sekitar delapan bulan.

”Dalam hal mutu, Jerman memang tidak kenal kompromi. Ujian hampir selalu berbentuk esai, tidak pernah berbentuk check system. Maka, jika mahasiswa tidak memahami materi kuliah, akan sulit mengikuti ujian. Padahal, di sana ada ketentuan, kalau dua kali gagal pada jurusan yang dipilih, mahasiswa harus keluar, tetapi boleh pindah ke jurusan lain. Sementara itu, proses kuliahnya, selain tutorial, mahasiswa diwajibkan untuk belajar sendiri. Muatan belajar sendiri ini amat tinggi. Jika mahasiswa tidak biasa dan tidak siap belajar mandiri, akan menemui banyak masalah atau kegagalan,” tambah Gunadi.

Soal dosen, mereka umumnya dosen karier. Tetapi, tidak sedikit yang diambil dari dunia industri. Dengan demikian, ada hubungan kuat antara dunia pendidikan dan industri. Soal buku, mahasiswa tidak perlu khawatir karena bibliotek yang lengkap selalu tersedia di mana-mana.

Senin, 28 Juli 2008

Jernihkan Air Baku tak Mahal

Teknologi pengolahan air, baik air bersih maupun limbah, sudah lengkap tersedia. Namun teknologi yang secara spesifik digunakan untuk penjernihan air baku belum banyak dikembangkan. Dengan demikian, citra publik terhadap pengendalian pencemaran limbah fisik masih identik dengan usaha yang memerlukan biaya tinggi untuk investasi, operasi, dan pemeliharaan.

Mengingat hal tersebut, maka diperlukan inovasi teknologi pengendalian pencemaran air yang memerlukan biaya murah, pengoperasian mudah, tahan lama, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Inovasi dibuat dengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang lebih maksimal. Efisiensi dan efektivitas selalu menjadi tolok ukur dalam perwujudan inovasi. Begitu pun dengan projek ekoteknologi dan bak pengendap berkeping (BPB) yang berfungsi menjernihkan air yang sebelumnya telah tercemar oleh limbah fisik di berbagai daerah di Indonesia.

BPB yang dipraktikkan di areal tambak Unit Pembinaan Budi Daya Air Payau (UPBAP) Provinsi Jabar terbukti memiliki efisiensi penjernihan sebesar 87,8% dan efisiensi pengolahan 89,4%. Peneliti BPB Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair) Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, Rahmadi Herman Santosa mengatakan persentase tersebut sudah cukup menunjukkan efisiensi yang dihasilkan oleh BPB lebih dari cukup. 

Adapun hal yang dicapai dari dibangunnya BPB di UPBAP adalah keuntungan secara ekonomis dalam bertani udang. Sebelum dibuat BPB, 3 dari 13 kolam di sana harus dipergunakan untuk pengendapan air baku. Namun berkat adanya BPB, maka tiga kolam tersebut dapat digunakan untuk bertani udang. Otomatis, keuntungan petani akan bertambah.

"Dari tiga kolam yang menggunakan BPB tadi, dapat dihasilkan 6,6 ton dalam sekali panen. Total keuntungan lebih yang mungkin dapat dicapai dalam waktu satu tahun sebanyak Rp 250 juta," ujar Rahmadi.

Keuntungan lain yang bisa dicapai dengan BPB adalah dihasilkannya air jernih tanpa memerlukan biaya tinggi untuk investasi, operasi dan pemeliharaan. Pengoperasian BPB sangat mudah sehingga hanya memerlukan SDM lokal tanpa kualifikasi pendidikan khusus. Selain itu, BPB dapat terus dipergunakan sampai bertahun-tahun tanpa mengalami kerusakan yang berarti.

"Bak pengendap berkeping tidak memerlukan bahan kimia untuk proses koagulasi sehingga tidak mengeluarkan limbah melainkan lumpur yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman pertanian," kata Rahmadi. 

Hal itu disebabkan lumpur yang dikeluarkan sering kali berasal dari abu vulkanik hasil erupsi gunung berapi. Sehingga, partikelnya banyak mengandung unsur hara dan sangat baik untuk pertumbuhan tanaman.

Selain itu dari pengamatan di lapangan, BPB dapat digunakan sampai bertahun-tahun tanpa mengalami kerusakan yang berarti. "BPB termasuk bangunan yang kuat sehingga penghematan biaya operasional dan perawatan dapat dilakukan," kata Rahmadi. 

Prospek lain dari penggunaan BPB adalah untuk melindungi Waduk Saguling dari laju sedimentasi. Dengan demikian sejumlah keuntungan yang cukup besar dapat diperoleh PT PLN sebagai pengelola Waduk Saguling ketimbang membiarkan laju sedimentasi seperti saat ini. 

Meski belum dapat direalisasikan, namun implementasi teknologi BPB cukup visibel. Sehingga untuk saat ini, BPB merupakan salah satu teknologi terbaik yang memungkinkan untuk menanggulangi sedimentasi Waduk Saguling.

"Jika pemerintah berusaha mengimplementasikan BPB di hulu Sungai Citarum, maka masalah pencemaran air akibat limbah fisik akan dapat teratasi. BPB merupakan solusi yang lebih baik ketimbang harus melakukan penyodetan sungai Citarum," tutur Rahmadi.

Menanggapi hal itu, pakar lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Priana Sudjono mengatakan bahwa BDB bukanlah solusi yang tepat untuk mengendalikan pencemaran air di hulu Sungai Citarum. Hal tersebut tidak mungkin karena mengingat besarnya biaya serta dampak negatif lain dari di bangunan BPB terhadap lingkungan sekitarnya.

"Solusi struktural tidak akan mungkin dapat mengatasi sedimentasi Waduk Saguling. Tetap saja solusi nonstruktural seperti penghijauan di daerah hulu Sungai Citarum, penataan alih fungsi lahan yang baik merupakan jalan keluar untuk mengatasi pengendapan yang mengakibatkan banjir setiap musim hujan datang," tutur Priana.

Ia menyatakan, meski bukan merupakan solusi yang cocok untuk mengatasi masalah Sungai Citarum, namun BPB merupakan cara yang baik untuk meningkatkan produktivitas di bidang perikanan. Semakin jernih air yang dihasilkan, maka hasil yang didapat akan lebih memuaskan. "BPB adalah sebuah teknologi yang tepat guna di bidang perikanan," ujarnya. (Agustin Santriana)***

Cuil Tantang Google


WWW.CUIL.COM
Tampilan hasil pencarian Cuil dengan tiga kolom dan gambar.


SAN FRANSISCO, SENIN - Dalam waktu dekat, mesin pencari Google akan mendapat pesaing baru yang diklaim memberikan hasil pencarian lebih baik. Mesin pencari tersebut bernama Cuil, ucapkan seperti Anda membaca kata cool (dingin).


Cuil dikembangkan Anna Patterson, mantan insinyur Google yang keluar tahun 2006. Anna adalah pengembang teknologi pencarian yang dibeli Google tahun 2004 untuk meningkatkan kualitas pencariannya. Ia sangat yakin teknologi terbaru yang dipakainya dalam Cuil lebih baik dari yang pernah dikembangkannya untuk Google.

Kali ini, ia tidak akan menjualnya kepada Google dan akan menjadi sumber uangnya sendiri. Cuil akan dikelola bersama suaminya, Tom Costello dan dua mantan insinyur Google lainnya, Russell Power dan Louis Monier. Perusahaan start up yang mereka dirikan akan didukung suntikan modal 33 juta dollar AS.

Untuk tahap pertama Cuil telah mendaftar 120 miliar halaman web. Mereka mengklaim angka tersebut tiga kali lipat daripada indeks halaman yang dimiliki Google meski belum dapat dipastikan. Selain itu, teknologi yang dipakai Cuil membutuhkan komputer lebih sedikit untuk memproses data yang sama dengan Google.

Klaim tersebut kelihatannya membuat panas Google sehingga dalam blog resminya menyatakan bahwa mesinnya telah mendeteksi alamat URL sebanyak satu triliun. Namun, bukan berarti semuanya dicatat Google karena banyak alamat yang mengarah ke satu sumber. Selama ini Google memang tertutup mengani jumlah indeks halaman yang mereka daftar sejak menembus 8,2 miliar alamat URL sekitar 3 tahun lalu. 

Hasil pencarian Cuil akan ditampilkan lebih menarik dengan format seperti majalah, berikut foto dan link yang berkaitan, dan tidak hanya baris teks seperti Google. Metode pemeringkatan data hasil pencarian juag berbeda dengan Google karena Cuil akan memilih berdasarkan konten yang paling aktual. Selain itu, Cuil menjanjikan keamanan privasi dengan tidak menyimpan data-data penggunanya.

Meski banyak hal yang dijanjikan, sepertinya Cuil harus membuktikan apakah lebih menarik pengunjung atau tidak daripada Google. Kita tunggu saja! Coba cuil di www.cuil.com

WAH

Kapan Kita Mewariskan Air Bersih?


KOLAM anaerob, untuk pengolahan air kotor secara biologi menggunakan bakteri anaerob, di instalansi pengolahan air limbah (IPAL) PDAM Kota Bandung di Bojongsoang Kab. Bandung. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2004, IPAL Bojongsoang baru bisa melayani 18,67% limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung* USEP USMAN NASRULLOH

PENCEMARAN air, merupakan masalah klasik yang tak kunjung terselesaikan. Berbagai upaya pengendalian pencemaran air yang dilakukan hampir tidak memberikan hasil yang signifikan. Kuncinya satu, kesadaran masyarakat. Selama kesadaran masyarakat berperilaku hidup bersih dan menjaga kelestarian alam masih rendah, jangan harap kita bisa mewariskan air bersih untuk anak cucu. 


Secara garis besar, pencemaran air dibedakan menjadi limbah padat dan limbah cair. "Limbah padat adalah pencemaran air berupa sampah padat terutama dari bahan anorganik, biasanya berupa plastik. Sementara limbah cair adalah pencemaran air berupa cairan yang dibuang, baik oleh industri, peternakan ataupun rumah tangga (domestik)," ujar Ir. Ratna Hidayat, peneliti lingkungan keairan di Puslitbang Sumber Daya Air (Pusair), Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum. 

Unsur yang terdapat dalam limbah cair tersebut antara lain Nitrogen (N), Phospat (P), Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan Chemical Oxygen Demand (COD). Unsur yang terdapat dalam air yang tercemar tersebut berpotensi mengakibatkan berbagai penyakit mulai dari penyakit kulit hingga diare, muntaber, TBC, dan lain-lain. Selain merugikan bagi manusia yang mengonsumsinya, perairan umum yang tercemar juga merugikan bagi kepentingan air baku industri (ABI), air baku perikanan (Abperi), dan air baku pertanian (Abperta).

Salah satu upaya penanggulangan pencemaran air dari limbah domestik yang dilakukan selama ini adalah dengan sarana instalasi pengolahan air limbah (IPAL). IPAL penduduk terpusat yang dibangun pemerintah Indonesia ada di 11 kota yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Di Bandung, IPAL terdapat di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Limbah dari rumah penduduk disalurkan melalui sistem sewerage, atau saluran pipa. Sistem ini ditangani oleh divisi penanganan air kotor atau limbah domestik PDAM Kota Bandung. Limbah domestik berupa black water dan grey water. Black water adalah air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus, sementara grey water adalah air limbah rumah tangga nonkakus seperti buangan dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. 

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2004, IPAL Bojongsoang baru bisa melayani 18,67% limbah dari 2.250.000 penduduk Bandung, atau sekitar 420.000 jiwa. Secara keseluruhan, kesebelas IPAL di Indonesia tersebut juga baru bisa melayani sebagian kecil penduduk Indonesia. "Sebelas IPAL yang tersebar di 11 kota di Indonesia baru bisa melayani 1% limbah dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta. Jadi baru sekitar 2.000 penduduk yang terlayani," ungkap Ratna.

Penduduk yang belum terlayani sistem sewerage ini mengolah sebagian limbah rumah tangganya melalui septik tank atau langsung membuangnya ke perairan umum atau diresapkan ke dalam tanah. Sementara itu penduduk yang terlayani sistem sewerage PDAM Kota Bandung pun tidak semuanya bisa dialirkan ke IPAL Bojongsoang. 

Menurut Direktur PDAM Kota Bandung, Jaja Sutardja kepada "PR" beberapa waktu lalu, sistem sewerage yang mampu mengalirkan limbah ke IPAL Bojongsoang untuk diolah, baru di wilayah Bandung Tengah-Selatan dan Bandung Timur. Sementara saluran limbah domestik di wilayah Bandung Utara dan Bandung Barat masih dialirkan ke Sungai Citepus tanpa diolah. 

Penduduk yang menampung limbah domestiknya dalam septik tank juga tidak sepenuhnya aman, karena risiko pencemaran air tanah oleh septik tank masih tinggi. "Hampir sebagian besar septik tank penduduk belum dilengkapi bidang resapan yang dapat menurunkan sebagian unsur pencemar yang ada. Jika pun septik tank dapat menurunkan sebagian kandungan pencemar, tapi tetap tidak dapat terolah 100%. Sehingga effluent septik tank masih dapat mencemari lingkungan dan air tanah," tutur Ratna. 

Sementara itu, pengelolaan limbah industri dilakukan dengan Program Kali Bersih (Prokasih) yang telah dimulai sejak tahun 1989. Prokasih ini ditunjang berbagai peraturan yang pada intinya memberi kewajiban untuk mengolah limbah yang dihasilkan oleh setiap kegiatan termasuk industri. Maka setiap industri diharuskan memiliki sarana IPAL Industri. Namun masih banyak pengusaha yang tidak mengindahkan aturan tersebut. Dalam pemberitaan media massa belum lama ini disebutkan bahwa 400 hektare lahan pertanian di Desa Sukamulya, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung terancam limbah cair. 

Limbah tersebut berasal dari sekitar 20 industri yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cimande. Artinya, masih banyak pabrik yang tidak dilengkapi sarana IPAL industri. Meskipun keberadaan IPAL industri juga bukan jaminan limbah akan terolah dengan baik. Dalam penelitian yang dilakukan Ratna Hidayat tahun 2004 terungkap bahwa ada sekitar 28 industri tekstil di Kabupaten Bandung yang belum memenuhi baku mutu limbah cair (BMLC). 

"Efisiensi pengolahan limbah industri secara fisika dan kimia hanya mampu mereduksi unsur Nitrogen (N) sekitar 5%-30%. Selain itu masih terdapat parameter lain yang belum memenuhi BMLC dari effluent IPAL industri tekstil, yaitu BOD, COD, dan TSS. Limbah industri yang belum memenuhi BMLC tersebut tetap dibuang ke sungai," ujarnya. 

Maka tak heran jika program "Cikapundung Bersih 2010" yang dicanangkan Wali Kota Bandung tahun 2005 silam, kini makin tak terdengar gaungnya. Sampah masih saja terlihat di sungai yang tepat membelah Bandung tersebut dan warna kelabu kehitam-hitaman serta bau tak sedap selalu membayangi aliran airnya. 

Selain limbah rumah tangga dan industri, limbah peternakan juga potensial mencemari air. Limbah dari 3,8 juta ekor ternak setara dengan limbah penduduk sebanyak 2,8 juta orang. Meski demikian, limbah peternakan di Indonesia belum merupakan prioritas untuk ditangani. Menurut penelitian, kegiatan peternakan di Kabupaten Bandung telah menyebabkan tingginya bakteri total coli di Sungai Citarum hulu, khususnya di daerah Wangisagara, yaitu sebesar 4,6 x 10 (5) MPN/100 ml. Kandungan total coli tersebut telah jauh melampaui persyaratan peraturan baku mutu sumber daya air di Jabar untuk Sungai Citarum, yaitu sebesar 2000 MPN/100 ml.

Kelemahan dan keterbatasan IPAL dalam menangani limbah domestik dan industri membuat kita tidak bisa tinggal diam. Ada alternatif solusi yang ditawarkan Ratna, yaitu pengolahan air limbah dengan ekoteknologi. "Ekotekonolgi adalah pengolahan limbah cair berdasarkan ekosistem dengan tanaman air. Zat pencemar berupa N dan P dapat diserap. Kadar BOD, COD, deterjen dan bakteri patogen juga dapat diturunkan. Selain itu mampu menghilangkan bau tak sedap dan menjernihkan air," ujar Ratna. 

Ekoteknologi ini bisa diterapkan dalam skala rumah tangga, perumahan, PKL, industri, dan pengelolaan air secara umum. Kelebihan ekoteknologi selain memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dalam menyerap unsur pencemar air, juga merupakan teknologi yang murah dan mudah perawatannya. Di samping itu, ekoteknologi juga mampu menambah estetika khususnya jika diterapkan dalam skala rumah tangga maupun perumahan. 

Meski demikian, pada kasus tertentu, pengelolaan air limbah harus bersinergi antara sistem IPAL dengan ekoteknologi. "Misalnya dalam pengelolaan limbah industri tekstil, tidak bisa masing-masing jalan sendiri. Jika hanya dengan IPAL masih ada unsur seperti BOD dan COD yang tidak bisa terolah. Sementara jika limbah langsung dialirkan ke ekoteknologi, karena limbah tekstil panas maka akan membunuh tanaman air. Jadi harus sinergi, limbah diolah di IPAL dulu baru setelah itu dialirkan ke lahan ekoteknologi," tutur Ratna.

Selain ekoteknologi, penjernihan air dengan bak pengendap berkeping (BPB) dapat menjadi solusi yang mudah, murah, dan efisien. BPB adalah novasi dari bak pengendap biasa yang disempurnakan dengan menggunakan sederet keping pengendap. Fungsinya, memperluas bidang pengendapan sehingga prosesnya dapat berlangsung lebih efektif.

BPB merupakan inovasi dari bak pengendap biasa yang disempurnakan dengan menggunakan sederet keping pengendap. Fungsinya, memperluas bidang pengendapan sehingga prosesnya dapat berlangsung lebih efektif dibandikan dengan menggunakan bak konvensional. (Dety Yektiningsih/Agustin Santriana)***