Senin, 30 Juni 2008

Foto-foto Kemenangan Spanyol di Final Euro 2008

Foto-foto  dari Getty Images

  

oliver lang

  

paul ellis

 

paul ellis

 

jamie mc donald

 

franck fife

clive rose

Setelah Operasi Hutan Lestari, Lalu Apa..?


HUTAN produksi milik negara di hutan Cigugur Kab. Ciamis rusak akibat dijarah kelompok massa terorganisasi. Perlu waktu cukup lama memulihkan kawasan hutan yang gundul tersebut.* KODAR SOLIHAT/"PR"


BERAWAL dari bincang-bincang, menjadi sebuah aksi nyata dan (rencananya) berkesinambungan. Itulah Operasi Hutan Lestari Lodaya 2008 yang digelar Polda Jabar sejak 15 Juni lalu. 

Dialog itu antara Kapolda Jabar Irjen Pol. Susno Duadji dan sejumlah tokoh dan sesepuh Jawa Barat. Banyak yang dibicarakan dalam silaturahmi tersebut, salah satunya pembalakan liar di Jawa Barat, dengan mengambil contoh Hutan Cigugur, Ciamis.

Saat itu, Kapolda berjanji segera mengirim pasukan ke Cigugur. Beberapa hari kemudian, 600 anggota Polda Jabar dari berbagai satuan antara lain brimob, reserse, dan intelijen, dikirimkan ke lokasi.

Satgas dikomandani tiga pejabat Polda Jabar, Kepala Biro Operasional Rahmat Effendi, Direktur Samapta Kombes Pol. Sudarmanto, dan AKBP Mitra dari Brimob. Tugas mereka, menangkap pelaku pembalakan liar yang diduga dimotori sebuah kelompok mengatasnamakan petani. 

Di awal-awal penugasan, pasukan menemui beberapa hambatan, terutama dari preman-preman hutan. Masyarakat pun sangat tertutup dan terkesan takut memberi informasi. Polisi melakukan strategi dengan membagi dua pasukan. Pasukan pertama ditempatkan di puncak gunung dan pasukan kedua siaga di kaki gunung. 

Pasukan pertama menyisir dan mencari para pembalak liar, mendata lokasi-lokasi yang telah dibabat, dan mengumpulkan bukti-bukti. Sementara itu, pasukan di bawah, bersiap-siap "menampung" pelaku yang hendak melarikan diri.

Dari hasil operasi itu, polisi mendapatkan beberapa cara para pelaku menghindari petugas dan menyembunyikan kayu hasil pembalakan liar. Salah satu cara menghindari pengawasan petugas ialah membuat pos-pos pemantau dengan kamuflase rumah tinggal.

Saat petugas melakukan penggerebekan, pos-pos pemantau yang ada di dalam kawasan hutan itu sudah dikosongkan. Dari keadaannya, usia bangunan itu sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. 

Pos pemantau tersebut terletak di pinggir jalan utama hutan. Di halaman belakang rumah itu, polisi menemukan bentangan tali sepanjang 100 meter lebih. Di ujungnya, digantungkan beberapa instrumen yang berbunyi jika tali digerakkan. Ternyata, tali itu semacam alarm yang berfungsi memberi tahu rekan di bawahnya, untuk menghentikan "proses produksi" pembalakan liar.

Polisi juga menemukan kayu-kayu hasil tebangan liar di beberapa rumah penduduk dan di kolam-kolam ikan. Warga dipaksa kelompok pembalak liar untuk menyembunyikan kayu-kayu itu. "Jadi, perlu dipertanyakan komentar Komnas HAM soal pelanggaran HAM yang dilakukan polisi saat operasi itu. Warga justru senang. Kalau ada yang resah dan ketakutan, ya mungkin mereka terlibat dalam pembalakan liar itu," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol. Dade Achmad. 

**

Pembantu Pelaksana Teknis Direktur Perum Perhutani Unit III Jabar Upik Rosalina Wasrin pernah mengungkapkan, hutan Cigugur adalah kawasan yang sangat potensial. Namun, pengelolaannya tidak bisa optimal karena lahan dikuasai oleh sekelompok orang sejak 2005. 

Kepala Desa Langkaplancar Herry Syarief, sudah sejak lama berharap digelarnya operasi seperti Operasi Hutan Lestari Lodaya 2008. Bertahun-tahun masyarakat tidak berani berbicara karena selalu diancam akan dibunuh para pelaku.

Dalam Operasi Hutan Lestari Lodaya 2008 tahap pertama (15 Juni-23 Juni), polisi berhasil membebaskan 1.000 hektare lahan Perhutani yang diserobot kelompok tertentu. Mengamankan 60 lebih truk bermuatan kayu gelondongan hasil pembalakan liar, menyita mesin gergaji, senjata tajam, mengamankan empat tersangka, Dudu bin Abdulloh alias Dulloh, Maman, Ayi, dan, Sadiman, serta sebuah bendera. 

Dari penuturan empat tersangka dan bukti sebuah bendera, kelompok yang diduga melakukan pembalakan liar itu adalah Serikat Petani Pasundan (SPP). Sang pemimpin, Agustiana, menjadi orang yang paling dicari Polda Jabar karena diduga menjadi inisiator pembalakan liar dan penyerobotan tanah negara yang dikelola Perhutani.

Menurut Dulloh, penyerobotan tanah negara, khususnya milik Perhutani, merupakan perintah Agustiana. Caranya, dengan membabat pohon di lahan tersebut, lalu mendirikan gubuk. "Dia (Agustiana-red.) berjanji, akan memasukkan lahan garapan yang kita ambil itu dalam perdes sehingga nantinya menjadi hak milik," kata Dulloh kepada polisi. 

Karena dinyatakan "halal", Dulloh menduduki lahan Perhutani di Pageur Ageung Cigugur. Atas perintah Agustiana, ia memperluas lahan garapan hingga Desa Harum Mandala, dan Desa Pageur Bumi. Lahan itu menjadi garapan 200 petani penggarap.

"Pohon-pohon yang dibabat memakai gergaji mesin kebanyakan jati dan mahoni. Kayu-kayunya dijual ke Ag (pengusaha kayu di Ciamis) dan Den (anggota SPP)," ujarnya.

Alasan Dulloh melakukannya karena ia ditekan dan dipaksa dua anggota SPP "senior" yaitu Yus dan Muh. Masuknya Dulloh menjadi anggota SPP pada Desember 2007 juga karena dipaksa dan diancam kedua orang tersebut.

Seorang anggota SPP lainnya yang diamankan polisi, Maman, menegaskan, tujuan utama SPP ialah memiliki lahan Perhutani dengan alasan menyejahterakan rakyat. "Itu yang selalu dikatakan Agustiana. Kata dia, kalau tanah itu sengketa, kita bisa memilikinya dan mendapat sertifikat. Jadi, dia tahu kalau anggota-anggotanya membabat pohon di lahan Perhutani dan mendudukinya," katanya. 

Selain penyerobotan tanah dan pembalakan liar, anggota SPP kerap dikerahkan dalam sejumlah aksi unjuk rasa. Setidaknya itulah pengakuan anggota SPP lainnya yang diamankan polisi, yaitu Maman, Ayi, dan Sadiman.

Agenda aksinya bermacam-macam mulai soal agraria, hingga penolakan kenaikan BBM. Dalam setiap aksi, anggota SPP diminta menyumbang. Besar sumbangan paling kecil Rp 5.000,00. 

**

Sadar dirinya dicari dan bermaksud mengklarifikasi statusnya, Senin (23/6), Agustiana mendatangi Mapolda Jabar. Agustiana datang dengan membawa sejumlah data tentang pembalakan liar yang diduga dilakukan oknum Perum Perhutani. 

Setelah melaporkan itu, Agustiana menjalani pemeriksaan dan harus menginap satu malam di Mapolda Jabar. Dalam berkas acara pemeriksaan, Agustiana dijerat pasal 50 ayat (3) huruf a dan b UU No. 41/1999 tentang Kehutanan. Ayat 3 dalam pasal itu menyebutkan, setiap orang dilarang mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah (huruf a), dan merambah kawasan hutan (huruf b). Untuk pelanggaran pidananya, polisi menjerat Agustiana dengan pasal 55 KUH Pidana tentang Ikut Serta Dalam Aksi Pembalakan Liar.

Ia baru diperbolehkan pulang pada Selasa (24/6) pukul 19.30 WIB. Rabu (25/6), Agustiana menggelar jumpa pers di daerah Cigadung, Kota Bandung. Dalam kesempatan itu, Agustiana membantah keterlibatannya dalam aksi penyerobotan tanah dan pembalakan liar di sejumlah lahan Perhutani di Jabar.

Namun, Agustiana mengakui, pembalakan liar dan penyerobotan tanah itu dilakukan anggotanya. "Anggota SPP ada 76.000. Tidak mungkin saya bisa mengawasinya satu per satu. Itu kesalahan beberapa anggota saya yang tidak mengerti keputusan organisasi tentang pengawasan dan penyelamatan lingkungan," ujarnya.

Agustiana malah balik menyerang Perum Perhutani, polisi, dan aparat dengan menuduh Perhutani sebagai otak semua aksi pembalakan liar di Jabar, dan dilindungi oknum polisi, serta aparat. Ia membeberkan sejumlah modus yang dilakukan Perhutani, aparat, dan polisi dalam melakukan pembalakan liar.

Modus pertama melibatkan Administratur Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (Asper KPH), mandor, masyarakat sekitar, bandar kayu, penadah, polisi, dan aparat. Ia menuturkan, asper dan mandor memanfaatkan tenaga masyarakat untuk menebang kayu di malam hari. 

Hasil tebangan diangkut masyarakat memakai kendaraan jip. Proses pemindahan kayu dari dalam hutan hingga ke jalan raya, diawasi dan dijaga sejumlah polisi sehingga warga tidak takut ditangkap.

Jalur yang dipakai ialah jalan yang telah disediakan asper dan mandor. Dari jip, kayu-kayu itu dipindahkan ke truk yang telah disiapkan. Kayu dikirim ke bandar di Tasikmalaya dan Cipatujah, memakai jalur selatan. 

Di jalur-jalur tersebut, truk yang mengangkut kayu hasil pembalakan liar melintasi beberapa polsek seperti Polsek Parigi, Cimerak, Cikalong, dan Cipatujah. Oleh karena itu, bandar harus memberi "japrem" (jatah preman) kepada kapolsek Rp 500.000,00-Rp 700.000,00 untuk setiap truk yang lewat. "Tiap malamnya, rata-rata 10 truk yang melintas. Semuanya membawa kayu ilegal," katanya. 

Modus kedua, melibatkan oknum Perum Perhutani, bandar, dan (lagi-lagi) polisi. Dalam modus ini, bandar bekerja sama dengan oknum Perhutani menerbitkan surat BP untuk pembelian kayu resmi. Namun, data jumlah kayunya dimanipulasi. 

Misalnya, dalam surat BP, kayu yang dibeli 10 m3. Namun, kenyataannya mengangkut 50m3-70 m3. Hasil penjualannya dibagi dua. 

Modus ketiga, tetap melibatkan Asper KPH, mandor, pengusaha, polisi dan aparat. Modusnya dengan memanipulasi data penebangan di sebuah areal. Contohnya, Perhutani melaporkan akan menebang hutan dengan perkiraan kayu yang diperoleh sebanyak 100 m3. Di lapangan, jumlah yang ditebang tiga kali lipat dari yang dilaporkan. Tebangan yang lebih itu dijual ke bandar dengan dokumen yang aspal (asli tapi palsu). 

**

Ada kesamaan kondisi terparah yang dialami Perum Perhutani Unit III selaku pengelola kehutanan negara dan PTPN VIII pengelola perkebunan negara di Jabar. Lahan-lahan mereka dijarah massa terorganisasi, misalnya provokasi Serikat Petani Pasundan (SPP), bermodus lahan negara dari kehutanan dan perkebunan akan dibagi-bagikan kepada masyarakat. 

Adalah Perum Perhutani III yang mengawali tindakan pengamanan hutan mereka yang dijarah dengan bertindak represif bekerja sama dengan Polda Jabar di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis, RPH Cigugur. 

Namun, langkah pengamanan hutan tak hanya sampai di situ. Pascapengamanan penjarahan hutan di Cigugur, Perum Perhutani Unit III sudah menyusun langkah mengondusifkan, terutama melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), untuk memberi lapangan kerja bagi masyarakat sekitar sambil meningkatkan rasa tanggung jawab ikut memelihara hutan negara. 

Kepala Unit III Perum Perhutani, Moch. Komarudin, mengatakan, pihaknya terus meningkatkan pembinaan serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem hutan dan akibat-akibat yang timbul jika terjadi penebangan hutan yang tak terkendali. 

"Ini sebagai motivasi kepada masyarakat agar turut serta mencegah terjadinya penebangan hutan, terutama yang dilakukan oleh para pemodal dari luar daerah. Soalnya, masyarakat lokal hanya akan menjadi korban. Sementara itu, orang luar daerah memperoleh keuntungan namun tidak bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang ditinggalkan," katanya. (Satrya Graha/Kodar Solihat/"PR") ***

Liburan Tiba, Kota Bandung Diserbu

Sejumlah Ruas Jalan Mengalami Kemacetan

SEORANG pembimbing memberikan contoh membuat mainan kelinci dari kepompong ulat sutra kepada peserta liburan Planet Sains di Padepokan Ulat Sutera Dayang Sumbi Desa Pamoyanan Kec. Cimenyan Kab. Bandung, Minggu (29/6). Mengisi liburan sekolah tidak hanya dilakukan dengan berkunjung ke objek wisata, tetapi dapat juga dengan melatih keterampilan sambil bermain.* USEP USMAN NASRULLOH

BANDUNG, (PR).-
Memasuki masa liburan sekolah, tempat wisata, berbelanja, dan makan di Kota Bandung diserbu wisatawan domestik. Akibatnya, sejumlah ruas jalan di Kota Bandung mengalami kepadatan.

Salah satu tempat yang dipadati pengunjung adalah Kebun Binatang Bandung. "Hingga pukul 12.00 WIB, jumlah pengunjung sudah lebih dari 3.000 orang," ujar Dadang, seorang petugas jaga Kebun Binatang Bandung, Minggu (29/6).

Berdasarkan pemantauan "PR", rombongan yang datang sejak pagi hari umumnya warga Kota Bandung. Sementara, menjelang siang, pengunjung berasal dari luar Kota Bandung, seperti Soreang, Sumedang, Purwakarta, Cianjur, Garut, dan lainnya.

Sejumlah pengunjung yang ditemui "PR" menilai, harga tiket masuk sebesar Rp 8.000,00 masih terhitung murah, terutama jika melihat banyaknya koleksi di kebun binatang. Selain itu, lokasi kebun binatang strategis karena dekat dengan kawasan belanja dan kuliner di Jln. Ir. H. Djuanda (Dago).

Jalan padat

Melonjaknya angka kunjungan ke kebun binatang membuat lalu lintas di Jln. Tamansari padat. Kepadatan semakin parah karena jalan itu dijadikan alternatif untuk menghindari kemacetan di Jln. Dago. 

Kemacetan di sana juga berdampak pada jalan-jalan di sekitarnya, seperti dari arah selatan hingga Jln. Cikapayang. Sementara, dari arah utara dari Simpang Dago (Dago-Dipati Ukur).

Kepadatan juga terjadi di Jln. Dipati Ukur hingga Lapangan Gasibu (Jln. P.H.H. Mustofa dan Diponegoro). Sementara ke arah barat, kepadatan terjadi di Jln. Cihampelas, Dr. Setiabudhi, Sukajadi, dan Pasirkaliki. Di pusat kota, kemacetan terjadi Jln. Merdeka, Riau, Veteran, Tamblong, Braga, dan Asia Afrika. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, mengatakan Drs. H.I. Budhyana, M.Si., tingginya minat wisatawan datang ke Kota Bandung karena sejumlah pertimbangan, terutama terkait faktor keamanan serta kelengkapan wisata belanja dan jajanan. 

Disbudpar mengaku belum memperoleh data wisatawan yang masuk ke Kota Bandung. Namun, ia memprediksi, selama liburan tahun ini, jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bandung akan lebih dari 10.000 orang. 

Menurut dia, kenaikan BBM tak berpengaruh terhadap sektor wisata. Soalnya, wisata sudah bergeser menjadi kebutuhan. "Dalam hal ini, karenanya, dibutuhkan komitmen daerah untuk memperbaiki infrastruktur agar wisatawan mendapat kenyamanan," ujarnya. (A-87)***

Mabuk Kepayang Akibat Pohon Picung

SEANDAINYA ada orang yang sedang jatuh cinta, tergila-gila karena cinta, sampai terasa pening, sering disebut sedang mabuk kepayang. Lalu apa hubungannya dengan nama sungai di Bandung, Cikapayang, dan nama kawasan di sana?

Sungai itu melintas di sekitar Tamansari sekarang, demikian juga Kelurahan Cikapayang, di sekitar Cihampelas hingga Dago di arah timurnya. Nama itu diberikan juga pada seruas jalan antara Jln. Tamansari hingga Jln. Dago (Ir. H. Djuanda), persis di bawah jembatan layang yang menerus dari Jln. Pasteur.

Rupanya pohon kapayang atau pohon picung tumbuh subur di Tatar Sunda, sehingga banyak nama tempat yang memakai kata picung. Berikut ini yang terdapat di Cekungan Bandung dan sekitarnya, seperti Cipicung di Punclut dan di Manggahang, Sekepicung di atas Cigadung, Legokpicung, di selatan peneropongan bintang Bosscha yang merupakan hulu Cipaganti, Babakanpicung di Tanjungkerta, dan Bojongpicung di selatan Rajamandala dan Ciranjang. Bila didata, akan terkumpul banyak nama tempat yang memakai nama pohon itu.

Nama sungai dan nama tempat itu diambil dari nama pohon kapayang (Pangium edule Reinw). Pohon kapayang tersebar di seluruh Nusantara sampai ketinggian 1.000 m dpl., sehingga di berbagai daerah punya namanya sendiri. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama kepayang. Di Batak disebut pangi, di Sunda disebut kapayang, picung, di Jawa disebut pakem atau pucung, dan di Sumbawa dan Makassar disebut kalowa. 

Tinggi pohonnya mencapai 40 m, besar batang dengan banir-banirnya mencapai 2,5 m. Tumbuh liar di hutan, tetapi ada juga yang ditanam di pekarangan, namun diusahakan jauh dari rumah. Kapayang mulai berbuah pada umur 15 tahun. Kayunya tidak awet dan hampir tidak pernah digunakan, kecuali sebagai batang korek api.

Pohon picung masih terdapat di hutan larangan di Kampung Naga, terdapat juga di kampus IPB Darmaga Bogor, di Jasinga, dan Banten. Jadi, apabila berniat untuk menanam pohon ini dapat memesan bibitnya dari daerah-daerah itu.

Pohon dan buahnya mengandung asam sianida dalam jumlah yang besar, namun manusia dengan akalnya dapat memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Kulit kayu dan daunnya dapat digunakan menjadi tuba ikan, untuk menangkap ikan dan udang tanpa meracuni ikannya. Kapayang dapat dimanfaatkan untuk memberantas serangga perusak tanaman tanpa meninggalkan bau atau rasa apa pun pada tanaman tersebut. 

Sekarang sering terjadi nelayan selalu merugi karena tidak ada pabrik es di lokasi pelelangan, sehingga ikan hasil tangkapannya yang melimpah tidak bisa dikirim jauh ke berbagai daerah karena ikan akan segera membusuk di perjalanan. Kapayang sebenarnya dapat menjawab persoalan itu. Masyarakat Banten pada tahun 1800-an, sudah menggunakan inti bijinya sebagai bahan pencegah busuk. Caranya biji kapayang dicincang halus, lalu dikeringkan selama 2-3 hari. Ikan segar ditaburi biji halus kapayang kering di setiap lapisan ikan yang tersusun. Cara ini dapat mengawetkan ikan dalam kondisi segar sampai seminggu! 

Demikian juga daunnya digunakan untuk mencegah pembusukan dan kerusakan, misalnya untuk mengawetkan daging, dengan cara yang sangat mudah, yaitu dengan membungkusnya. Yang terpenting, ikan dan daging itu tidak teracuni sehingga dapat langsung diolah.

Tampaknya buah yang beracun itu menjadi tantangan bagi masya-rakat dulu untuk menjinakkan racunnya, sehingga dapat dimakan dengan aman. Berbagai cara telah dilakukan. Sebelum dimakan, biji kapayang harus dibebaskan dari asam sianida yang beracun, dengan cara buahnya yang sudah masak dan jatuh dari pohon dikumpulkan dan disimpan selama 10-14 hari, sampai daging buahnya busuk, kemudian dicuci dan direbus sampai lama. Setelah dingin, bijinya itu dibalut dengan abu, lalu dikubur selama 40 hari. Kemudian digali kembali dan bijinya dicuci hingga bersih, dikeringkan, dan terkenal sebagai kelewek. Isinya yang cokelat, berminyak, dan licin digunakan sebagai bahan campuran untuk masakan seperti rawon. 

Biji kapayang dapat juga dibuat dage/picung. Caranya, biji kapayang dikubur selama 15 hari, lalu direbus hingga lama. Setelah kulitnya dikupas, inti biji kapayang dimasukkan dalam keranjang lalu direndam dalam air yang mengalir deras seperti di sungai agar rasa asam sianidanya yang pahit hilang. Setelah itu disimpan di dalam keranjang yang ditutupi dengan daun pisang dan diletakkan di tempat yang sejuk. Setelah 4 hari akan berubah menjadi dage/picung yang dapat diolah menjadi masakan yang lezat.

Di daerah yang kurang pohon kelapa, kapayang dapat menghasilkan minyak. Minyak biji kapayang dapat dijadikan pengganti minyak kelapa, dan dapat digunakan juga untuk penerangan dan pengobatan. Cara untuk mendapatkan minyaknya, dengan jalan biji kapayang yang matang direbus selama 2-3 jam kemudian dikupas dan dibuang noda hitam yang ada dalam inti biji. Setelah direndam selama 24 jam, kemudian dijemur di panas matahari sampai minyaknya keluar jika dipijit. Untuk mendapatkan minyaknya, biji kapayang tadi dikempa atau digencet dengan papan untuk mengeluarkan minyaknya. Biji kapayang dapat juga dibuat kecap setelah asam sianidanya dinetralisasi.

Namun, jika tidak sempurna dalam mengolahnya, waktu menetralisasi asam sianidanya dipersingkat, misalnya, maka ketika asam sianida yang masih terdapat dalam dage/picung tersebut dimakan manusia, maka orang itu akan weureu picung, mabuk kapayang. 

Orang yang mabuk kapayang itu merasakan pening, sampai tak kuat berdiri. Rupanya saat itu banyak kejadian orang weureu picung, sehingga orang yang pening tergila-gila karena cinta disebandingkan dengan orang yang sedang mabuk kapayang.

(T. Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung)

***

Spain bring down curtain in style

By Michael Harrold from Ernst-Happel-Stadion

Spain captain Iker Casillas holds aloft the Henri Delaunay trophy (©Getty Images)

After 30 games of largely breathless, unpredictable and exciting football, it was almost a question of expecting the unexpected in the final of UEFA EURO 2008™. Only this time, for once, there was no late twist, no sudden turn. Spain had waited 44 years to get their hands on a trophy and once Fernando Torres had fired them in front against Germany after 33 minutes there was no way they were relaxing their grip. 

Captivating tale
News on the eve of the match that Germany captain Michael Ballack was suffering from a calf injury and might not play was just the latest cliff-hanger in a captivating tale that had kept a global audience enthralled since kick-off on 7 June. As the late evening sun beat down on a heaving Ernst-Happel-Stadion in Vienna, that opening game in the rain of Basel seemed a long way off, so much had happened in between.

Late drama
Both host nations bowed out in the group stage for the first time at a UEFA European Championship, but it hardly mattered in the scheme of things. The Netherlands got the party started on and off the pitch, their flamboyant football matching the brilliant orange of their fans, and it kept going long after they had bid an early farewell. That was thanks in large part to Turkey's penchant for late drama. You could not take your eyes off the action as last-gasp goals turned games in one direction, and often in the case of Fatih Terim's side, then another.

Torres steps up
One constant between the first week and the last, though, was the quality of Spain's play. They kicked off with a 4-1 rout of Russia and did not let up until the final whistle had blown on their victory against Germany in the final. Not only were Luis Aragonés's team playing with freedom and confidence, but also with a consistency that set them apart from their rivals. In turn the likes of David Villa, Iker Casillas, Marcos Senna and Cesc Fàbregas contributed match-winning displays. Tonight it was Fernando Torres who stepped up. 

Centre stage
Playing alone up front in the absence of injured strike partner Villa, he seized his chance to take centre stage. Questions had been raised about his form coming into the game. He scored 24 Premier League goals for Liverpool FC last term, but a return of just one in five matches here had raised concern. Not, however, with Aragonés and there was no doubting his sharpness. First he took the aerial route, heading Sergio Ramos's cross on to the post, before the moment Spanish supporters had waited so long for finally arrived. 

Platini connection
Xavi Hernández's pass into the right channel on 33 minutes looked more hopeful than threatening, but Torres outsprinted then outmuscled Philipp Lahm to get round the Germany left-back and to get to the ball before chipping over Jens Lehmann and into the net. Torres was only three months old when Spain last reached the final of a major tournament, the UEFA European Championship in 1984. Ironically, the man who broke Spanish hearts that day, Michel Platini, handed them the trophy this time. It was a link between the present and the past as Torres's goal brought long-awaited joy to a whole new generation of Spanish fans.

Jutaan Pelajar Putus Sekolah

BANDUNG, (PR).-
Gubernur Jabar H. Achmad Heryawan mengatakan, dalam setahun 1,4 juta lulusan SD dan SMP di Jabar tidak bisa melanjutkan sekolah ke tahapan lebih tinggi. Penyebabnya diduga tidak memiliki biaya dan terbatasnya daya tampung SLTP dan SLTA di Jabar.

"Belum diketahui mana penyebab yang lebih besar, tidak ada biaya atau kekurangan sekolah. Data yang ada pada kami memang belum sempurna," ujar Gubernur di acara silaturahmi dengan pengusaha Kadin Jabar, Kamis malam (26/6).

Dijelaskan, dalam penelitian yang dilakukan BPS (Badan Pusat Statistik), pada tahun 2006 saja Jabar sudah kekurangan 15.000 kelas untuk tingkat SLTP dan 12.000 kelas SLTA. Jumlah kekurangan tersebut saat ini diperkirakan sudah bertambah, mengingat jumlah anak sekolah juga terus bertumbuh.

Hal yang lebih memprihatinkan terjadi pada kondisi fisik sekolah di tingkat SD, karena dalam penelitian tersebut ada temuan 62% bangunan SD yang ada sudah layak direnovasi. Artinya ada 3,4 juta anak SD di Jabar belajar di kelas-kelas yang tidak layak untuk belajar.

"Kami mengajak para pengusaha Jabar bersama-sama mengatasi permasalahan pendidikan anak-anak Jabar ini. Baik lewat CSR (corporate social responsibility-red.), maupun didasarkan pada kepedulian pribadi," katanya.

Namun, diakuinya, berbagai pendataan yang ada pada Pemprov Jabar saat ini, belum bisa dikatakan sudah baik. Oleh karena itu, Gubernur akan segera membuat mapping (pemetaan) dan pendataan yang lebih komprehensif, berkaitan dengan masalah kependidikan. Sehingga berbagai bantuan untuk bidang pendidikan nantinya tidak salah alamat.

42.000 bayi kelaparan
Di luar pendidikan, masalah kesehatan di Jabar juga sangat memprihatikan. Terutama untuk kesehatan bayi, menurut Gubernur, bisa dikategorikan sebagai tragedi kemanusiaan.

Berdasarkan data di Pemprov, dalam setahun 42.000 bayi di Jabar kelaparan. Sedangkan ibu yang meninggal dunia saat melahirkan mencapai 2.000 orang. Penyebabnya diduga ada dua hal, tidak adanya sarana prasarana kesehatan memadai dan tak bisa bayar biaya kesehatan.

Gubernur mengajak para pengusaha di Kadin Jabar untuk turut membantu mengatasi masalah tersebut. Di antaranya dengan melengkapi puskesmas-puskesmas di lokasi kejadian, dengan fasilitas kedokteran yang memadai untuk melahirkan. (A-135)***

Anwar Berlindung di Kedubes Turki

Dituduh Lakukan Sodomi dan Diancam Dibunuh

AP Photo / Kompas Images 
Wan Azizah, istri dari tokoh oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, dalam sebuah jumpa wartawan di sebuah hotel di Shah Alam, Kuala Lumpur, Minggu (29/6), memperlihatkan gambar di telepon selulernya seorang staf pria Anwar yang mengaku pernah disodomi Anwar. Polisi Malaysia kemarin mulai melakukan penyelidikan atas tuduhan yang bisa menyeret Anwar ke penjara sebagaimana tuduhan serupa pada satu dekade lalu. Anwar membantah semua tuduhan ini. 


Senin, 30 Juni 2008 | 03:00 WIB 

kuala lumpur, minggu - Pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, Minggu (29/6), berlindung di Kedutaan Besar Turki di Kuala Lumpur karena alasan keamanan. Anwar yang karier politiknya kembali bersinar setelah kemenangan oposisi dituduh melakukan sodomi dan diancam akan dibunuh.

”Ia berada di sana untuk berlindung, tetapi ia tidak mengajukan suaka politik,” ujar Tian Chua, Juru Bicara Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin istri Anwar, Wan Azizah Ismail.

Pada jumpa pers, kemarin, Wan Azizah menjelaskan, ancaman-ancaman pembunuhan diterima Anwar kurang dari sehari setelah seorang pembantu Anwar, Saiful Bahari, menyampaikan pengaduan kepada polisi bahwa ia telah disodomi oleh mantan wakil perdana menteri tersebut.

Ketua PKR itu menambahkan, partainya telah mengeluarkan gambar-gambar yang menunjukkan Bahari dengan beberapa menteri kabinet dan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan, yang dinilai sebagai bukti upaya pembunuhan politik terhadap Anwar Ibrahim. ”Ini adalah konspirasi politik kedua. Ini adalah pembunuhan politik terhadap suami saya,” ujar Wan Azizah.

Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi membantah adanya konspirasi pemerintah ataupun Barisan Nasional terhadap Anwar.

”Barisan Nasional tidak punya maksud untuk membuat hidupnya semakin sulit atau melecehkan dirinya. Tidak ada maksud seperti itu,” kata Abdullah kepada wartawan di ibu kota Putrajaya, seusai peluncuran sebuah proyek lingkungan.

”Saya yakin, bahkan teman saya, seperti Najib (Tun Razak, Wakil PM Malaysia), tidak punya maksud untuk melakukan hal seperti itu terhadap dirinya,” tutur Abdullah Badawi.

PM Malaysia itu menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk menyelidiki kebenaran tuduhan sodomi yang dilakukan Anwar.

”Polisilah yang harus melakukan tindakan selayaknya. Karena pengaduan telah disampaikan, polisi harus menyelidiki apakah tuduhan itu benar atau sebaliknya,” kata Abdullah sebagaimana dikutip Bernama.

Anwar sendiri telah membantah tuduhan sodomi itu dan menganggap hal itu sebagai upaya pemerintah untuk mendiskreditkan dirinya. ”Laporan kepada polisi mengenai saya sepenuhnya dibuat-buat,” kata Anwar dalam pernyataan tertulisnya yang dibacakan oleh pengacaranya.

Pemerintahan baru
Belum lama ini Anwar mengungkapkan, dirinya telah mendapatkan cukup dukungan dari koalisi anggota-anggota parlemen untuk membentuk sebuah pemerintahan baru pada September. Hal itu memicu kekhawatiran akan terjadinya pergeseran berbagai kebijakan dan mencemaskan para investor.

Anwar juga berjanji akan segera meninjau kembali kontrak-kontrak pembagian produksi minyak, menurunkan harga bahan bakar, memperkenalkan upah minimum, serta mendistribusikan pendapatan yang melimpah dari minyak kepada kaum miskin dan mereka yang membutuhkannya.

Polisi diperkirakan akan menanyai Anwar, Senin (30/6). Sumber-sumber The Star menyebutkan, polisi masih menunggu laporan medis dari rumah sakit sebelum memulai penyidikan.

Juru bicara Polisi Federal Mohd Bakri Zinin mengatakan, polisi akan melakukan penyelidikan yang adil dan menyeluruh terhadap tuduhan sodomi itu.

Tokoh Partai Aksi Demokrasi, salah satu partai oposisi kuat Malaysia, Lim Kit Siang, dalam blog-nya, Minggu, mengatakan telah berbicara dengan Anwar melalui telepon dan mengungkapkan bahwa Anwar memperkirakan akan ada hal lebih buruk terjadi terhadap dirinya.

”SMS dan panggilan telepon berseliweran sekitar tindakan polisi terhadap Anwar Ibrahim. Saya telah berbicara dengan Anwar melalui telepon dan ia memperkirakan akan ada hal lain yang lebih buruk,” kata Lim.

Anwar dan saudara angkatnya, Sukma Darmawan, dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Tinggi Kuala Lumpur pada 8 Agustus 2000 lalu telah melakukan sodomi terhadap mantan sopir keluarga mereka, Azizan Abu Bakar, di Apartemen Sukma, Tivoli Villa, Bangsar, awal 1993.

Anwar kemudian dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara, sedangkan Sukma dijatuhi enam tahun dan hukuman cambuk empat kali. Akan tetapi, pada tahun 2004 Anwar dibebaskan setelah Pengadilan Federal membatalkan dakwaan sodomi Anwar.

Pejabat PKR Azmin Ali menjelaskan, Anwar berlindung di Kedutaan Turki karena menerima beberapa ancaman pembunuhan dan khawatir ia akan langsung ditangkap polisi.

”Duta Besar Turki setuju untuk memastikan keselamatannya,” kata Azmin Ali.

Akan tetapi, sejauh ini tidak ada penjelasan dan pejabat-pejabat Kedutaan Turki mengenai keberadaan Anwar tersebut.

Lebih dari 50 pendukung Anwar berkumpul di luar Kedubes Turki untuk memberikan dukungan. Polisi kemudian menutup jalan-jalan di sekitar Kedutaan Turki itu untuk alasan keamanan. (AP/AFP/Reuters/OKI)
   

Kompetisi Sains Diminati

Materi Makin Kreatif dan Menyenangkan Anak

Kompas/Lasti Kurnia / Kompas Images 
Percobaan sains dipraktikkan para peserta Olimpiade Sains Kuark pada babak final di Gedung Indonesia Banking School, Kemang, Jakarta, Sabtu (28/6). Babak final ini diikuti 274 siswa sekolah dasar dari sekitar 30.000 pendaftar dari 85 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 


Senin, 30 Juni 2008 | 03:00 WIB 

Jakarta, Kompas - Kompetisi sains untuk anak-anak kini semakin diminati karena menjangkau berbagai kelompok usia dan tidak hanya untuk anak-anak pintar dengan kemampuan intelektual tinggi. Selain itu, materi kompetisi semakin kreatif, inovatif, dan menyenangkan anak.

Olimpiade Sains Kuark (OSK) yang memasuki tahun kedua, misalnya, tercatat ada sekitar 30.000 pendaftar dari 85 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Setelah melalui berbagai tahapan seleksi, akhirnya lolos 274 siswa kelas I-VI sekolah dasar pada ajang final OSK di Jakarta, Sabtu (28/6).

Fisikawan Yohanes Surya yang banyak membimbing olimpiade sains di tingkat internasional mengatakan, meningkatnya minat terhadap sains di kalangan anak-anak merupakan fenomena yang menggembirakan. Menurutnya, pemahaman sains pada anak-anak bisa ditumbuhkan dengan cara-cara yang mengasyikkan dari berbagai materi yang ada di alam sekitar.

”Keleluasaan yang diberikan pada anak untuk mengeksplorasi dapat merangsang kreativitas anak untuk memahami konsep dan aplikasi sains dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Tiga level
Peserta kompetisi sains berskala nasional yang diselenggarakan Kuark International, penerbit majalah dan komik sains Kuark, itu dibagi dalam tiga level, yakni level 1 untuk siswa kelas I-II SD, level 2 untuk kelas III-IV SD, dan level 3 untuk V-VI SD. Keikutsertaan finalis ini ada yang dibiayai sekolah, pemerintah daerah, dan individu.

”Anak-anak jadi tahu konsep sains dari belajar sambil bermain dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar mereka,” kata Djoko T, salah satu orangtua peserta asal Pekalongan.

Andine Amelly T, siswa SD Pisu, Pekalongan, Jawa Tengah, mengatakan, tidak tegang menjalani OSK karena suasananya dibuat rileks. Peserta harus menjalani tes tertulis dan tes eksperimen. Setelah kompetisi selesai, peserta diajak untuk menikmati rekreasi bernuansa pendidikan.

Armanto Sutedjo, Manajer Pemasaran Kuark International, mengatakan, OSK ini digelar untuk membuat olimpiade sains bukanlah sesuatu yang ditakuti dan eksklusif untuk anak-anak berotak cemerlang saja.

”OSK ini utamanya untuk menumbuhkan kecintaan sains dalam diri anak-anak. Mereka diajak untuk percaya diri ikut olimpiade supaya giat dalam belajar sains. Jangan sampai ada anggapan sains itu cuma cocok untuk anak-anak pintar,” ujarnya.

Penyelenggaraan OSK ini juga mulai mendapat perhatian dari Departemen Pendidikan Nasional. Peraih absolute winner dan medali emas di level tiga, kata Armanto, punya kesempatan untuk diikutsertakan dalam seleksi tim Indonesia pada Asian Science Olympiad for Primary School. Selain itu, televisi Space Toon dari Dubai juga tertarik untuk mengadopsi OSK Indonesia. (ELN)
   

Sabtu, 28 Juni 2008

Jaya Suprana, Tetap Setia pada Jamu


/ Kompas Images


Sabtu, 28 Juni 2008 | 03:00 WIB



Oleh SONYA HELLEN SINOMBOR

Belum lama ini, Balai Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM melarang peredaran 54 merek jamu dan obat tradisional karena mengandung bahan kimia obat keras. Hal itu menimbulkan keprihatinan mendalam bagi Jaya Suprana. Maklum, baginya, jamu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan keluarga. Puluhan tahun menggeluti usaha jamu, membuatnya tak rela nama jamu ”tercemar”.

Langkah BPOM benar karena jamu dilarang mengandung ramuan kimiawi. Apalagi obat terlarang yang membahayakan kesehatan, bahkan nyawa manusia. Ramuan jamu harus 100 persen nabati tanaman berkhasiat, tanpa kompromi,” katanya.

Bagi Jaya, memberi ramuan kimiawi adalah tindakan kriminal. Ramuan kimiawi dalam jamu juga mencemarkan nama jamu. ”Ini jelas mencemarkan reputasi jamu sebagai obat tradisional Indonesia yang mengandung bahan ramuan nabati. Jamu itu berbeda dari obat tradisional China,” ujarnya.

Keprihatinan Jaya beralasan. Selama 90 tahun lamanya, keluarga besarnya menjalankan usaha Jamu Jago. Ia ikut memperjuangkan jamu agar diakui dan setara dengan obat farmasi.

Berpuluh tahun menggeluti usaha jamu, membuat Jaya dikenal sebagai jamulog. Sepulang dari sekolah di Jerman tahun 1976, Jaya terjun mengurus perusahaan Jamu Jago. Ia mulai bergabung dengan perusahaan keluarganya itu dengan posisi manajer pemasaran, hingga menjadi Presiden Komisaris.

Oleh karena itulah, industri jamu, baginya, tak sekadar bisnis belaka. ”Jamu itu memiliki makna ganda. Di satu sisi merupakan komoditas industri perusahaan keluarga Suprana, merupakan sumber nafkah. Di sisi lain, jamu merupakan karsa dan karya kebudayaan Nusantara di bidang kesehatan,” ujarnya.

Dua hal itu membuat Jaya berusaha menjunjung harkat dan martabat jamu di dunia kesehatan nasional yang ”dimonopoli” kebudayaan kesehatan asing. Kesadaran ini mulai tumbuh sepulangnya studi dari Jerman.

”Saya menyadari, secara kultural Indonesia ternyata masih dijajah imperialisme kebudayaan, termasuk kesehatan,” katanya.

Sejak itu, ia bersama Gabungan Pengusaha (GP) Jamu memperjuangkan agar melalui Undang-Undang Pelayanan Kesehatan Nasional, jamu wajib diakui dan diterima sebagai pendamping. Jamu setara dengan obat farmasi dan kedokteran. Perjuangan tak berhenti sampai di sini. Status ahli peramu jamu dan pengobat jamu juga diperjuangkan agar setara dengan apoteker dan dokter yang berasal dari dunia tradisi pengobatan Barat.

Sejak April 2008, Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Jamu Jago merintis kerja sama dengan Kementerian Riset Teknologi (Ristek) Bidang Utilitasi dan Diseminasi Iptek. Mereka menyusun kurikulum Sekolah Tinggi Jamu untuk mendidik para ahli peramu jamu dan pengobat jamu.

”Saya berharap jamu dan obat farmasi bersama-sama mempersembahkan karsa dan karya untuk Indonesia, melalui dwi jalur pelayanan kesehatan nasional Indonesia. Jamu dengan daya preventif dan promotifnya, sedangkan obat farmasi dengan daya kuratifnya,” ujar Jaya.

Generasi keempat

Kini, sehari-hari, Jamu Jago lebih banyak dijalankan oleh generasi keempat keluarga Suprana. Meski begitu, Jaya tetap mengontrol jalannya perusahaan Jamu Jago. ”Sekarang kan zaman modern, kontrol cukup dilakukan lewat teknologi komunikasi,” ujarnya.

Sebagai generasi ketiga perusahaan Jamu Jago, Jaya bangga dengan usaha jamu keluarga yang hampir 90 tahun berjalan tanpa konflik. Sekarang ”tongkat estafet” siap diserahkan kepada penerusnya.

”Salah satu filosofi dasar kami adalah ojo dumeh. Filosofi yang lainnya, rukun agawe santosa, dan ketulusan,” kata Jaya yang sampai sekarang secara kontinu menemui para karyawan di pabriknya. Dari tatap muka itu, ia bisa mengetahui keluhan karyawan dan memotivasi mereka.

”Saya tidak pernah minum obat kimia, tetapi setiap pagi saya selalu minum jamu. Makanya, saya juga tekankan agar karyawan minum jamu biar mereka tahu manfaatnya,” ucapnya.

Jamu Jago berkembang menjadi industri dengan karyawan sekitar 2.000 orang. Produk jamunya pun semakin beragam. Tak kurang dari 120 jenis produk Jamu Jago beredar di pasaran. Sebanyak 60 persen di antaranya bisa dikonsumsi pria dan wanita, 25 persen jamu untuk pria, 14 persen jamu khusus wanita.

Adapun 1 persen selebihnya diperuntukkan bagi hewan ternak. Sebab, ampas jamu pun tidak dibuang, tetapi didayagunakan sebagai jamu khusus untuk hewan ternak. Dari 120 jenis produk Jamu Jago, yang terlaris justru Buyung Upik. Jamu Jago ”memproklamirkan” Buyung Upik sebagai jamu untuk anak-anak yang pertama. Jenis jamu lain yang juga banyak penggemarnya adalah Jamu Pegel Linu, Esha, dan Basmingin.

Seiring berjalannya waktu, Jamu Jago tak hanya dipasarkan di Indonesia. Jaya menyebutkan bahwa produk jamunya pun telah memperoleh izin resmi dari departemen kesehatan Jepang, untuk dipasarkan di Negeri Sakura itu.

”Izin pemasaran untuk masuk Australia masih proses pada tahap akhir. Proses itu berjalan setelah kami ikut dalam pameran Indonesia di Perth dan memperoleh penghargaan dari pemerintah Australia Barat,” katanya.

Perasan keringat

Meski telah menjadi Presiden Komisaris Jamu Jago, pengalaman bekerja sebagai penjual buku bekas di Semarang, tukang bubut, tukang pasang ubin, dan pegawai kafetaria saat studi di Jerman merupakan pengalaman penting bagi Jaya.

”Saya bangga dengan semua tugas itu. Saya jadi bisa merasakan betul kerja dalam arti yang sebenarnya. Bagaimana perasan keringat itu menjadi uang,” tuturnya.

Menjadi pengusaha jamu hanya salah satu profesi Jaya. Sejak usia 16 tahun hingga usianya yang mendekati 60 tahun, ia telah menggeluti berbagai pekerjaan. Maka berbagai ”predikat” melekat dalam dirinya. Orang bisa menyebut Jaya sebagai jamulog, pianis, kolumnis, kartunis, seminaris, budayawan, kelirumolog, humorolog, sampai pemerhati sosial.

”Hidup saya sekarang melanglang Tanah Air dan buana. Orang selalu tanya, saya tinggal di mana? KTP saya memang Semarang, tetapi sebetulnya saya tinggal di perjalanan,” kata pria bernama asli Poa Kok Tjiang ini.

Ia, antara lain, meneliti humorologi dan menemukan ada subjenis studi humor, yaitu rideologi, ilmu yang mempelajari tertawa. ”Berdasar kajian rideologi, diyakini bahwa tertawa tidak selalu terkait dengan humor,” ujar penerima penghargaan Tokoh Humor Nasional 1996 ini.

Walau bergaul pula dengan kalangan politisi, Jaya tak tertarik terjun di dunia politik. Alasannya, ia takut ketularan ”virus amnesia”. ”Virus amnesia bikin orang mudah ingkar janji, lupa daratan, haus kekuasaan, mengutamakan kepentingan pribadi atas nama rakyat, dan lupa siapa kawan siapa lawan,” ujarnya.

Tentang berat badannya, Jaya malah berujar, ia tak pernah menderita penyakit kronis, kecuali mudah diare dan pernah terserang tifus. Sakit kepala pun ia mengaku tak pernah.

”Saya tak pernah mau tahu berat badan, dan tidak tahu kadar kolesterol atau gula. Kalau mati, saya pengin seketika tanpa cemas ditakut-takuti data medis, ha-ha-he,” paparnya.
A A


NASA Pamerkan Desain Terbaru Roket ke Bulan


NASA/MSFC
Konsep awal kendaraan yang dikembangkan NASA untuk dipakai misi ke Bulan. Ares I (kiri) merupakan roket yang akan membawa kapsul Orion berisi astronot. Ares V (kanan) dipakai sebagai kargo untuk mengirim kendaraan robotik dan logistik. Image credit: NASA/MSFC




HUNSTSVILLE, RABU - Desain terbaru roket yang akan dipakai untuk mengirimkan astronot ke Bulan berukuran lebih besar dari versi sebelumnya. Badan antariksa AS NASA memamerkan desain roket yang diberi nama Ares V itu di Pusat Ruang Angkasa Marshall, Huntsville, Alabama, AS, Rabu (25/6) waktu setempat.

Panjang roket tersebut 6 meter lebih panjang daripada desain sebelumnya. Selain itu, roket juga terdiri dari enam tingkat atau ditambahkan satu tingkat. Para insinyur NASA juga memperbesar ukuran dua roket pendorong agar memuat bahan bakar lebih banyak dan mengangkut beban lebih berat.

NASA/Sean Smith
The Crew Mobility Chassis Prototype, konsep kendaraan yang akan dipakai di permukaan Bulan saat wahana berawak diluncurkan ke sana tahun 2020.



Dengan perubahan desain, panjang roket Ares V berubah dari rencana awal 108,3 meter menjadi 114 meter. Roket tersebut sanggup mengangkut kapsul berisi empat orang astronot, sebuah kendaraan pendarat di Bulan, dan peralatan pendukung kehidupan selama misi. Suatu saat,


John Frassanito and Associates
Konsep wahana yang akan mendarat di Bulan.


Ares V juga dipakai untuk mengirim logistik seberat 78.300 kilogram dalam sekali peluncuran saat stasiun antariksa di Bulan telah dibangun. Roket ini juga menjadi basispengembangan kendaraan ulang alik yang akan dikirim untuk misi ke Mars.

Lockheed Martin Corp.
Ilustrasi wahana berawak Orion yang akan dipakai para astronot ke Bulan saat mendekati stasiun antariksa internasional (ISS).


Pembuatan roket ini akan dimulai tahun 2010 begitu operasional seluruh pesawat ulang alik dipensiunkan.


WAH
Sumber : AP

Bahasa Sunda di Tapal Batas

Kalaupun masih tersisa perbedaan, hanya terletak pada dialek (cara pengucapan bahasa tersebut). Contohnya, penutur bahasa Sunda asal Amerika tentu akan berbeda dengan penutur bahasa Sunda asal Kuningan. Ada "lentong" yang membedakan di antara keduanya.

BAHASA Sunda sebagai bagian dari budaya suatu masyarakat tidak dapat mengelak dari batasan-batasan wilayah administratif. Di sisi lain, pertumbuhan dan perkembangan bahasa Sunda juga sangat ditentukan oleh kebijakan pusat (dalam hal ini pemerintah provinsi) dan daerah (pemerintah daerah). Akibatnya, keberadaan bahasa Sunda di suatu wilayah tertentu yang berbeda secara administrasi politik nyaris mati atau justru "dimatikan".

Persoalan-persoalan bahasa Sunda di tapal batas administrasi politik ini menjadi topik yang dibicarakan Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) pada saat mengadakan "Saba Sastra" dan menggelar "Gundem Catur Sastra jeung Pangajaran Sunda" di Kab. Kuningan. Kegiatan yang merupakan hasil kerja bersama antara PPSS, Balai Pengembangan Bahasa Daerah (BPBD) Jawa Barat, Pemkab Kuningan, Dinas Pendidikan Kuningan, Dinas Pariwisata Kuningan, Tim Penggerak PKK Kuningan, PWI Cabang Kuningan, Daya Mahasiswa Sunda (Damas) Kuningan, dan Koran Sunda "Midang" ini diikuti berbagai unsur seperti guru, seniman, budayawan, pemerhati pendidikan, mahasiswa, dan pelajar.

Hadir sebagai keynote speaker pada pertemuan tersebut Ketua PPSS, Etti R.S., M.Hum., dan empat pembicara lain, yakni Dadan Sutisna (pengarang/pengasuh website), Safrina Noor (Dosen UPI Bandung), Asep Ruhimat (guru/pengarang), dan Holisoh M.E. (guru/pengarang) dipandu Dian Hendraya (pengarang/presenter TV).

Dari hasil pertemuan itu terungkap bahasa Sunda yang berada di wilayah-wilayah perbatasan atau berada di suatu wilayah yang berbeda secara administrasi politik sering kali pada akhirnya menjadi bahasa minoritas. Parahnya, indikasi tersebut didukung pola kebijakan Pemrov Jabar dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jabar yang mengadakan kegiatan "Workshop Sastra" setiap tahun di setiap wilayah.

Dalam workshop tersebut, pemerintah mengotak-ngotakkan bahasa Sunda sesuai kedudukannya per wilayah administratif. Pada tahun 2006 "Workshop Sastra Sunda" diselenggarakan di Wilayah Priangan (Tasik), 2007 di Wilayah Purwakarta (Subang), dan 2008 di Wilayah Bogor (Cianjur).

Bila pemerintah kembali mengadakan kegiatan tersebut untuk wilayah Cirebon, kemungkinan besar Kab. Kuningan akan masuk menjadi bagian dari wilayah Cirebon. Dari segi kewilayahan, Kuningan merupakan bagian dari kota-kota kecil yang berada di wilayah Pantai Utara (Pantura) dan berdekatan dengan Cirebon. Walaupun secara bahasa dan budaya, Kuningan berbeda dengan Cirebon.

Pada kondisi ini, keberadaan bahasa Sunda di Kuningan sangat mungkin menjadi bahasa minoritas. Pola pendidikan kebahasaan yang digunakan harus mengikuti kebijakan kebahasaan wilayah tersebut, seperti juga yang terjadi di daerah Brebes dan Majenang. Kebaradaan bahasa Sunda pada akhirnya menjadi bahasa minoritas.

Padahal secara budaya, masyarakat Brebes dan masyarakat Majenang adalah pemakai bahasa Sunda. Namun secara administratif, wilayah itu berada di daerah Jawa. Masyarakat Brebes dan Majenang akhirnya menggunakan bahasa daerah Jawa Brebes dan Majenang.

Kekhawatiran Etti ini lebih gamblang terkuak manakala Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Sunda Kuningan, Yayat Ruhiyatun, membeberkan tentang sulitnya mendapatkan buku bahan ajar maupun buku pendukung bahan ajar. Guru hanya mengandalkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat guru sendiri yang tergabung dalam MGMP.

Selain tidak banyak penerbit yang masuk ke daerah ini, toko buku yang tersedia pun hanya tiga tempat, sedangkan perpustakaan daerah baru sedang (akan) dibangun. Sementara dana bantuan operasional (BOS) yang diberikan pemerintah pusat untuk pengadaan buku-buku gratis di sekolah, terbatas untuk buku-buku mata pelajaran ujian nasional (UN). Alhasil, pendidikan dan pengajaran bahasa Sunda sangat terbatas.

Lebih parah lagi, ketersediaan guru bahasa Sunda yang berlatar pendidikan bahasa Sunda pun sangat sedikit. Akibatnya, berdampak pada sistem pengajaran yang diberikan. Sementara di sisi lain, dalam tataran pendidikan nasional maupun global, guru sudah bersentuhan dengan kemajuan teknologi informasi sehingga guru yang kreatif merupakan kebutuhan yang sangat mutlak.

Dari beberapa pertanyaan yang disampaikan peserta tergambar bahwa guru mengalami kesulitan pada saat harus menyampaikan pendidikan dan pengajaran bahasa Sunda. Beberapa di antaranya adalah apa dan bagaimana cara mengemas pendidikan bahasa Sunda yang selaras dengan kebutuhan global.

**

KETERBATASAN bahasa Sunda di daerah tapal batas seperti itu seharusnya memang tidak perlu terjadi. Keberadaan suatu bahasa dan masyarakat pengguna bahasa tersebut seharusnya memang tidak perlu dibatasi secara wilayah administratif. Apalagi, dengan terus bergulirnya kemajuan internet ke setiap lini kehidupan di mana pun sudah memupus kepentingan persoalan batasan wilayah tersebut.

Dadan Sutisna memaparkan, perkembangan dan kemajuan suatu bahasa tidak diukur batasan-batasan wilayah administratif di mana bahasa tersebut berada. Perkembangan dan kemajuan bahasa sangat ditentukan kebiasaan budaya baca tulis masyarakat pemakai bahasa tersebut. Semakin banyak masyarakat tersebut membaca dan menulis karya-karya yang dibuat para pengarang dalam bahasa tersebut, bahasa itu pun akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Sebaliknya, semakin rendah tingkat budaya baca dan tulis masyarakat, tunggulah kepunahan bahasa tersebut. Meski demikian, kebiasaan baca tulis masyarakat tersebut secara langsung ataupun tidak akan sangat bergantung kepada bahan bacaan yang tersedia. Namun sayangnya, di sebagian besar daerah apalagi daerah perbatasan, ketersediaan buku dan sumber-sumber bacaan Sunda sangat terbatas.

Lebih parahnya lagi, masyarakat yang sudah melek media juga sangat terbatas. Sumber-sumber bahan ajar masih dipandang harus berasal dari buku. Kalaupun sarana multimedia seperti internet sudah masuk sekolah, terkendala kemampuan guru dalam menguasai teknologi perangkat tersebut.

Saat ini saja, menurut Dadan, terdapat enam website kesundaan, yakni daluang.com, cupumanik.com, galuh-purba.com, ppss.or.id, sunda.web.id., dan urang-sunda.net. Semua website berisi berbagai informasi berkenaan dengan bahasa, sastra, dan budaya Sunda, serta dikelola oleh orang-orang yang mumpuni di bidang bahasa dan sastra Sunda.

Cuma persoalannya, keterampilan guru di bidang teknologi informasi masih sangat terbatas. Selain itu, daya beli masyarakat (daerah) selaku pengguna ruang maya pun berbeda jauh dengan masyarakat perkotaan. Mereka cenderung lebih mengandalkan buku yang diberikan pemerintah pusat.

Pada kondisi seperti ini, guru dapat menghidupkan dan menambah variasi bahan ajar maupun pendukung bahan ajar, tidak harus terpaku pada buku, tetapi dapat menggunakan majalah dan media dalam bentuk cetak ataupun maya (internet) yang tersedia di sekolah sehingga pendidikan dan pengajaran bahasa Sunda tidak harus terkendala persoalan wilayah administratif.

Pada tataran yang lebih global, Safrina Noorman mendedahkan bahwa perkembangan suatu bahasa nantinya akan mengarah pada bahasa hibrida, di mana setiap bahasa akan saling memengaruhi satu sama lain sehingga identitas itu sudah tidak ada. Persoalan batasan wilayah administratif pun ambruk dan tidak ada lagi bahasa minoritas atau "diminoritaskan".

Kalaupun masih tersisa perbedaan, hanya terletak pada dialek (cara pengucapan bahasa tersebut). Contohnya, penutur bahasa Sunda asal Amerika tentu akan berbeda dengan penutur bahasa Sunda asal Kuningan. Ada "lentong" yang membedakan di antara keduanya.

Bahasa hibrida seperti ini, menurut Safrina, tidak perlu dikhawatirkan karena sesuai sifatnya, bahasa selalu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Begitu juga dari sisi perubahan mental dan moral pemakai bahasa tersebut, Safrina merasa tidak perlu mencemaskannya. Meskipun sifat bahasa selalu berubah dan beradaptasi dengan perubahan tersebut, nilai-nilai budaya masyarakat yang terkandung dalam bahasa tersebut tidak akan pupus.

Kini, persoalannya adalah bagaimana pemerintah selaku pemegang regulasi pendidikan dan masyarakat yang peduli dengan keberadaan bahasa Sunda di perbatasan memberi wawasan kepada masyarakat terutama kalangan terdidik dalam memahami keberadaan bahasa Sunda di daerah tersebut agar lebih tercerahkan.

PPSS selaku komunitas yang notabene hanya mengandalkan semangat dan urunan "receh" dari para simpatisannya sudah memulai pencerahan itu. Bagaimana dengan pemerintah dan unsur terkait lainnya? (Eriyanti/"PR")***

Penghargaan

Tugas Cendekiawan Mencari Kebenaran


KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama bersama para penerima penghargaan cendekiawan berdedikasi di Jakarta, Jumat (27/6). Penghargaaan diberikan kepada Sajogyo, Satjipto Rahardjo, MT Zen, Soetandyo Wignyosoebroto, dan Thee Kian Wie (kiri ke kanan).



Sabtu, 28 Juni 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Dalam perkembangan reformasi menuju negara demokrasi, di Indonesia muncul kecenderungan adanya kesimpangsiuran tujuan dari kalangan ilmuwan, politisi, dan pengusaha.

Tugas utama cendekiawan yang seharusnya adalah mencari kebenaran (search for truth) telah bercampur aduk dengan tujuan politisi, yaitu mencari kekuasaan (search for power).

Kecenderungan tersebut diungkapkan cendekiawan Thee Kian Wie saat memberikan kesan dan pesan di tengah acara penyampaian Penghargaan Kompas untuk Cendekiawan Berdedikasi yang berlangsung di Yan Palace Hotel Santika, Jakarta, Jumat (27/6).

Dalam rangka ulang tahunnya yang ke-43, Kompas memberikan apresiasi melalui penghargaan tersebut untuk pertama kalinya kepada lima cendekiawan yang dinilai memiliki komitmen tinggi dan memiliki asketisisme intelektual. Para penerima penghargaan tersebut adalah Prof Dr MT Zen, Prof Dr Sayogyo, Prof Dr Soetandyo Wignyosoebroto, Prof Dr Satjipto Rahardjo, dan Dr Thee Kian Wie.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Pemimpin Umum Kompas Jakob Oetama. Dari jajaran redaksi Kompas hadir Pemimpin Redaksi Bambang Sukartiono dan Redaktur Pelaksana Budiman Tanuredjo bersama unsur pimpinan redaksi lainnya.

Thee Kian Wie dalam pesannya mengingatkan, ”Sekarang ini ada kesimpangsiuran. Ilmuwan yang merupakan cendekiawan tujuan utamanya adalah mencari kebenaran. Politisi tujuan utamanya adalah mencari kekuasaan dan pengusaha adalah mencari keuntungan. Kalau peranannya ini dikaburkan dan diputarbalikkan, bisa berbahaya sekali (bagi bangsa).” Ia menunjukkan indikasi banyaknya penguasa yang masih menggunakan gelar profesor.

Ia mencontohkan keputusan Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1960-an untuk melibatkan diri pada Perang Vietnam tanpa mendengarkan suara ilmuwan. Kebijakan Perang Vietnam tersebut kemudian memakan korban jiwa hingga 50.000-an pemuda Amerika dan tiga jutaan orang Vietnam tanpa ada perlunya. ”Search for truth dan search for power itu adalah dua tujuan yang pada dasarnya tidak compatible (cocok),” katanya.

Sementara itu, Sayogyo menegaskan bahwa masa depan bangsa ini sekarang berada di tangan generasi muda. Sejalan dengan itu, ia telah menyiapkan Sayogyo Center yang dimaksudkan sebagai tempat generasi muda menggodok pemikiran untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Kelima cendekiawan yang selama ini aktif menuangkan pemikiran intelektualnya untuk membangun demokrasi tersebut mengharapkan tugas kecendekiawanan mereka dapat diteruskan oleh generasi muda dan mereka pun berharap tetap bisa mengawal ide tersebut bersama Kompas.

Bagi Satjipto Rahardjo, ”Cendekiawan adalah orang yang berpikir dengan tangannya sehingga menulis adalah pekerjaan cendekiawan.” Satjipto yang aktif menulis di bidang hukum dan kemasyarakatan mengharapkan Kompas tetap bisa menjalankan tugasnya mencerahkan bangsa.

Sementara MT Zen dengan singkat menyebutkan, kompas adalah alat penunjuk arah utara, dan di sana ada pepatah, ”The King goes north....”

Asketisisme kekuasaan
Dalam sambutannya, Jakob Oetama menekankan pentingnya asketisisme dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk menggarisbawahi hal itulah, Kompas memberikan penghargaan kepada lima cendekiawan yang memiliki komitmen tinggi tersebut.

Selanjutnya, Jakob menyatakan, ”Tak ada yang meragukan komitmen kaum cendekiawan. Istilah almarhum Sartono Kartodirdjo. Komitmen yang menjadi kebajikan dan sikap hidup yang beliau rumuskan sebagai asketisisme intelektual. Ini luar biasa karena bapak-bapaklah yang turut membangun dan mengembangkan tradisi ini.”

Asketisisme, tambah Jakob, adalah kunci untuk kemajuan bangsa ini. ”Intelektual asketik mengembangkan dan mengontribusikan keahliannya dan (sekarang) terlebih lagi semakin diperlukan asketisisme kekuasaan,” ujarnya.

”Ini masih langka dan harus ada yang merintis,” katanya. Ia menyebut tokoh Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru (PM India), dan Manmohan Singh (PM India) sebagai tokoh yang asketis.

Indonesia, lanjut Jakob, sebenarnya telah memiliki Bung Hatta, tokoh Masyumi Moh Natsir, serta sosok IJ Kasimo. ”Ada beberapa, tetapi tidak menjadi warisan,” kata Jakob.

Jika kondisi seperti ini berlanjut, maka dalam perjalanan menuju demokrasi ini, akan berlanjut situasi saat ini yang memberi kesan tak pasti, tak menentu, serta tak menggerakkan kebersamaan dan kemauan untuk bangkit bersama.

Karena itu, lanjutnya, komitmen, pencerahan, dan kontribusi para cendekiawan itu melalui berbagai bidang tetap diperlukan. Jakob menyatakan syukur, harian ini dapat turut memperkenalkan kontribusi sosok panutan tersebut kepada masyarakat, yang memang sangat membutuhkan teladan dari para pemimpin di segala bidang. (isw)

Baku vs tidak Baku

TULISAN Hermawan Aksan dalam rubrik Wisata Bahasa mempertanyakan bentuk beberapa kata yang selama ini simpang siur. Di luar masalah baku atau tidak baku, bentuk-bentuk tersebut sebenarnya masing-masing dapat ditelusuri asal-usulnya. Terutama menyangkut alih-eja, harus diakui ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih dalam sebelum ditetapkan sebagai pedoman pembakuan.

"Artefak vs artifak"
Kamus-kamus bahasa Inggris pada umumnya menganggap bentuk artifact sebagai bentuk baku sehingga apabila kata ini dialihejaankan menjadi kata Indonesia, bentuk yang tepat adalah artifak.

"Debetor vs debitor vs debitur"
Ini juga soal alih-eja saja. Mereka yang mengatakan bentuk debetor atau debitor baku mungkin berpatokan pada bahasa Inggris, sedangkan orang yang menyatakan bentuk debitur baku barangkali berpedomankan bahasa Belanda. Kata-kata yang beralih-eja dari bahasa Belanda dan berakhiran "-ur" serta telah cukup lama dikenal sebaiknya dibiarkan dan diterima saja (direktur, inspektur, kondektur), sedangkan alih-eja terhadap kata-kata serapan baru ada baiknya berpedomankan bahasa Inggris. Bahasa Inggris memang mengenal kata debit sebagai istilah akuntansi dan sudah diindonesiakan menjadi debit, tetapi tidak mengenal kata debitor sebagai turunannya. Selain itu, dalam bahasa Inggris juga ada kata debt yang telah diindonesiakan menjadi debet. Kata Inggris debt, jika dipersonifikasikan akan menjadi debtor.

Kita tidak dapat menggunakan "-or" seolah-olah sebagai akhiran bahasa Indonesia untuk mengimbuhi kata debet atau debit guna membentuk kata debetor atau debitor. Sebenarnya bentuk yang harus dipilih adalah bentuk yang merupakan alih-eja langsung. Namun khusus dalam kasus ini, kebetulan kata debet atau debit memiliki pasangan yang sudah diindonesiakan pula yaitu kredit (dari credit, Inggris). Dari kata credit diturunkan kata creditor dan dialihejaankan menjadi kreditor. Maka, pasangan yang kira-kira paling tepat bagi kreditor adalah debitor.

"Lohor vs zuhur"
Karena berasal dari bahasa Arab, alih-eja yang tepat sebaiknya berpedomankan pada bahasa asalnya juga. Masalahnya huruf Arab bukan huruf Latin sehingga ada kalanya tidak dapat dihasilkan alih-eja yang disepakati semua pihak. Maka, bentuk baik lohor maupun zuhur, keduanya dapat diterima sebagai kata-kata bersinonim.

"Frasa vs frase"
Karena kebutuhan, bentuk frasa sebagai padanan phrase (bahasa Inggris) sudah lama dipakai. Mengapa bentuk frasa yang dipilih alih-alih frase? Sebab dalam bahasa Melayu, induk bahasa Indonesia, tidak dikenal kata yang berakhir dengan huruf, vokal, atau fonem "-e". Pada waktu itu kata metoda dianggap baku, bukan metode. Zaman berganti, akhirnya kita menerima keberadaan "-e" pada akhir sebuah kata Indonesia dan menyambut pula kehadiran gugus konsonan (pr-, str-, tr-) pada awal kata. Kiranya baik frasa maupun frase dapat diterima. Kalau mesti hanya satu yang diacu sebagai bentuk baku, terpaksa kita memilih sesuai kemutakhiran zaman, frase.

"Paro vs paruh"
Sejak lama bentuk (tulis) yang baku adalah paruh. Mengapa bentuk "paro" muncul? Karena dalam bahasa lisan kata paruh sering terdengar diucapkan "paro".

"Intermeso vs intermezo"
Bahasa Indonesia mengenal fonem, konsonan, dan huruf "z" sehingga intermezzo seyogianya dialihejaankan menjadi intermezo.

"Kapling vs kaveling vs kavling"
Kata ini berasal dari bahasa Belanda, artinya tanah yang sudah disiapkan dan dibersihkan, lalu dibagi-bagi menjadi luas tertentu untuk dibangun rumah di atasnya. Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia susunan J. S. Badudu menyajikan bentuk kapling. Kiranya bentuk ini dapat diacu sebagai bentuk baku. ***

Lie Charlie
Sarjana tata bahasa Indonesia

Siluman Dalam Sastra Sunda



DALAM cerita-cerita Ambri, gambaran siluman masih sebatas yang tampak dari realitas kehidupan orang-orang lembur. Dan pada cerita-cerita siluman Ki Umbara, walau sudah dikaitkan dengan agama Islam, gambaran siluman masih terasa samar, karena masih terkesan bertarik ulur dengan kepercayaan tradisional.

Siluman ternyata bukan saja milik orang Timur, seperti yang dituduhkan orang Barat. Dalam kesusastraan Inggris, misalnya, Shakespeare menyodorkan tokoh siluman gentayangan ayah Hamlet untuk memberi tahu siapa yang telah membunuhnya. Atau dalam kesusastraan Jerman, Goethe memberi jawaban mengapa Faust bisa menguasai berbagai ilmu yang sangat dahsyat, karena Faust telah menggadaikan jiwanya kepada sang Memphistopeles.

Memang. Cerita seputar siluman juga sama-sama telah mentradisi dalam kehidupan budaya orang Barat. Apalagi di akhir abad ke-18 cerita-cerita siluman itu mewujud suatu genre sastra, yaitu gotik. Istilah gotik mulanya menggambarkan bangunan-bangunan di Eropa pada abad ke-18. Cerita-cerita gotik yang penuh horor itu pun umumnya berlatarkan bangunan-bangunan gotik yang serbabesar, kokoh, tetapi penuh dengan kesunyian dan kengerian. Drakula, siluman yang suka mengisap darah manusia karya Bram Stoker, misalnya tinggal di suatu kastil yang sangat besar dan kokoh namun juga penuh kengerian.

Akan tetapi, bagaimana dengan cerita siluman dalam khazanah budaya orang Sunda? Umumnya orang Sunda, dari dahulu hingga sekarang, memercayai adanya makhluk-makhluk gaib yang mendiami alam gaib. Dengan demikian, tidak aneh bila dari dahulu orang Sunda sangat mengenal cerita-cerita siluman.

Dari dulu misalnya kita diingatkan kepada cerita Sangkuriang yang ngotot mau menikahi ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Untuk memenuhi permintaan Dayang Sumbi membendung Sungai Citarum dan membuat perahu untuk melayarinya, Sangkuriang dibantu sepasukan siluman taklukannya. Atau dari daerah Priangan Timur kita mengenal cerita "Onom" yang konon menguasai Rawa Lakbok. Demikianlah yang terbaca dari buku susunan R.A. Danadibrata, Onom jeung Rawa Lakbok (1979).

Moh. Ambri
Dalam jagat sastra Sunda modern, Moh. Ambri (1892-1936) adalah sastrawan yang mulai menulis novel siluman. Beberapa karyanya dapat disebutkan di antaranya Burak Siluman (1932), Ngawadalkeun Nyawa (1933), dan Munjung (1933), dan satu lagi dia timba dari kebudayaan India, Pusaka Ratu Teluh (1932).

Melalui Munjung dan Burak Siluman, misalnya, dengan jelas Ambri menggambarkan kepercayaan orang Sunda terhadap adanya makhluk-makhluk gaib. Munjung menceritakan kepercayaan orang Sunda akan cara-cara menjadi kaya dengan memuja siluman.

Jalan-jalan menjadi seperti ini, antara lain memuja siluman monyet (nyupang), siluman ular (ngipri), siluman babi hutan (nyegik), memuja tuyul (kecit), dll. Yang menarik, cerita Munjung dituturkan melalui percakapan orang-orang kampung yang sedang meronda di gardu.

Penggambaran realistis ini, diulanginya dalam Burak Siluman. Kisahnya dituturkan orang yang bertamu kepada kawannya untuk meminta benih jagung. Dalam percakapan itulah cerita tentang siluman itu dituturkan.

Kisahnya mengenai Nyi Asmanah yang kagembang oleh Arjuna dalam wayang golek. Padahal Arjuna tersebut adalah "burak siluman". Ia pun tergoda lalu tersesat ke alam siluman, hingga mempunyai anak. Ketika ia rindu kepada orang tuanya, ia pun kembali. Namun malang, fajar sudah menjelang. Dengan demikian, ia tak dapat kembali baik ke alam manusia maupun ke alam siluman.

Tentang asal-usul mengapa Ambri mengarang cerita siluman, saya membaca "Surat-surat Moh. Ambri" yang dimuat dalam Pancakaki: Kumpulan Esey (1996). Dari delapan surat Ambri yang diumumkan Ajip Rosidi itu terbaca bahwa Moh. Ambri menganut ilmu kebatinan yang disebut "Ajian Kasumedangan".

Ambri mulai belajar kebatinan karena Nyi Oneng Karnasih, istrinya, sakit keras dan tidak sembuh ketika berobat ke dokter. Atas saran seorang kumitir di Sumedang, ia membawa istrinya berobat ke seorang dukun dan ternyata sembuh. Kejadian tersebut berpengaruh besar kepada Ambri.

Mulai saat itulah ia belajar kebatinan dan hal-hal lain yang bersifat gaib. Ia mulai belajar tirakat, bertapa, berziarah ke tempat-tempat keramat. Oleh karena itu, kepercayaannya akan hal-hal yang mistis dan gaib inilah yang berpengaruh terhadap karya-karyanya yang bertemakan siluman.

Ki Umbara

Selain Ambri, sastrawan Ki Umbara (1914-2005) pun termasuk pengarang yang menulis cerpen siluman. Pengarang yang lahir di Desa Bendungan, Kuningan itu, konon sedari kecil sudah menyukai hal-hal yang berbau gaib. Misalnya, ia sering tidur di kuburan, padahal menurut anggapan orang di kampungnya tempat itu merupakan sarang bangsa siluman. Selain itu, ia pun suka bertanya kepada ajengan, ahli jin, atau dukun beranak. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila di dalam karya-karyanya suka dijumpai jampi-jampi atau jangjawokan yang hidup di lingkungan masyarakatnya.

Ki Umbara mulai mengarang cerpen siluman pada tahun 1963. Yaitu cerpen berjudul "Kasilib" yang dimuat dalam majalah Mangle. Kemudian karyanya tersebut dianugerahi Hadiah Sastra Mangle tahun 1964. Dari sana cerita silumannya kemudian banyak bermunculan. Cerita-cerita silumannya telah dibukukan dalam beberapa antologi. Di antaranya: Diwadalkeun Nyawa (1965), Teu Tulus Paeh Nundutan (1966), Jurig Gedong Setan (2003), dan satu lagi Harewos nu Gaib (2005).

Menurut Ajip Rosidi dalam Eundeuk-eundeukan (1998), Ki Umbara pernah menerangkan bahwa niat mengarang cerita siluman antara lain untuk menghilangkan ketakhayulan di kalangan orang Sunda. Selain itu, ingin menanamkan keyakinan bahwa menjalankan syariat agama seperti salat, puasa, dan lain-lain merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan orang Islam.

Oleh karena itu, karya-karya Ki Umbara sangat kaya dengan nilai-nilai keislaman serta mengandung amanat dakwah islamiah. Maksudnya, tentu saja mengingatkan para pembacanya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Lebih mulia daripada makhluk lainnya, baik jin maupun malaikat. Oleh karena itu, manusia jangan sampai terpengaruh siluman.

Bagaimana gambaran siluman pada cerpen-cerpen Ki Umbara? Dalam antologi Jurig Gedong Setan, misalnya, kita dapat membaca cerpen-cerpen yang mencerminkan kepercayaan orang Sunda bahwa orang yang telah meninggal dengan tidak sempurna sebab mati penasaran atau meninggalnya tidak umum, bila belum disempurnakan suka menjadi ririwa yang bergentayangan, menakut-nakuti, dan menuntaskan rasa penasarannya. Cerpen yang dimaksud antara lain, "Jurig Gedong Sétan", "Ngabedegel", "Kunti," dan "Jurigna Datang".

Bila demikian, bagaimana posisi agama Islam dalam cerpen-cerpen Ki Umbara? Tampaknya nilai-nilai keislaman dijadikan benteng untuk menolak setan, seperti yang dapat kita baca dari "Digusuran Jurig".

Anasir Islam lainnya seperti doa dipakai sebagai jampi untuk mengusir siluman gentayangan, atau yang merasuki manusa. Dan tokoh-tokoh Islam seperti ajengan, kiai, dan merebot diminta untuk mengusir bangsa lelembut yang mengganggu, seperti dalam cerita "Ngabedegel" dan "Kunti".

Rais Purwacarita
Salah seorang pengarang yang meneruskan tradisi cerita siluman dalam sastra Sunda, di antaranya bisa disebut Rais Purwacarita. Setidaknya ini dapat dibuktikan dengan terbitnya buku Dedemit Kiarapait (2004). Buku ini, seakan-akan mengokohkan kembali tradisi cerita siluman Sunda yang telah dirintis para pendahulunya.

Hal pertama yang patut kita cermati dari antologi ini adalah, bergesernya identifikasi siluman. Dalam cerita-cerita Ambri, gambaran siluman masih sebatas yang tampak dari realitas kehidupan orang-orang lembur. Dan pada cerita-cerita siluman Ki Umbara, walau sudah dikaitkan dengan agama Islam, gambaran siluman masih terasa samar, karena masih terkesan bertarik ulur dengan kepercayaan tradisional. Rais dalam hal ini mengidentifikasi siluman sebagai jin yang suka nyiliwuri, mancala putra mancala putri.

Selain itu, melalui cerita-cerita silumannya, Rais telah membawa pandangan baru dalam memandang eksistensi makhluk gaib. Makhluk-makhluk gaib tidak hanya dipandang dalam kerangka berpikir tradisional orang Sunda, melainkan dibawa ke area yang lebih luas, seperti sains.

Umpamanya cerita "Nyi Rambut Kasih" dan "Kalangkang Riwan". Tokoh "Kuring" dalam "Nyi Rambut Kasih" serta sebuah tim dalam "Kalangkang Riwan" dapat mendeteksi sekaligus menangkap eksistensi makhluk gaib, melalui peralatan komputer yang ultramodern. Ya, seperti yang terjadi dalam film "Ghostbuster" saja layaknya.***

ATEP KURNIA
Penulis Lepas tinggal di Bandung.


Bill Gates Berhenti dari Microsoft


GETTY IMAGES/GIUSEPPE CACACE
Bill Gates



SAN FRANCISCO, SABTU - Visinya terhadap komputer agar ada di setiap rumah telah berkembang di dunia, kini Bill Gates memutuskan untuk berhenti pada pekerjaan penuh waktu di Microsoft pada Jumat untuk fokus di bidang kerja amal yang ditujukan memperbaiki perawatan kesehatan dan memberantas kemiskinan di dunia ketiga.
"Selama ini tidak ada sehari pun dalam hidup saya, saya tidak memikirkan tentang Microsoft, hal besar yang telah kami kerjakan dan membantunya," kata Gates, 52, dengan matanya yang agak berkaca-kaca saat berpidato di kegiatan perusahaannya.

Gates mendirikan perusahaannya yang bernilai 260 miliar dolar AS itu pada tahun 1975 dan telah mengalihkan kekayaannya ke dalam yayasan Bill and Melinda Gates. Berkat bantuan orang terkaya di dunia Warren baffet, yayasan itu sekarang menjadi badan amal terbesar di dunia dengan aset hampir 40 miliar dolar AS. Kedua orang kaya itu telah berjanji untuk menyumbangkan seluruh kekayaannya ke yayasan itu sebelum mereka meninggal.

Gates berencana menduduki posisi strategi level tinggi di badan amal itu dan akan menggunakan seluruh pengaruhnya sebagai salah satu orang terkaya di dunia untuk meningkatkan agenda yayasan dalam basis kerja penuh waktu.

Namun ia akan tetap menjadi "non-executive chairman" di Microsoft dan hanya mendedikasikan satu hari sepekan untuk bekerja di perusahaannya. Gates menyerahkan perannya sebagai kepala eksekutif (chief executive) Microsoft kepada mitra kerjanya yang sudah lama Steve Ballmer di tahun 2000, saat Bill Gates menjadi kepala arsitek piranti lunak perusahaan.

Dengan program suksesi terencana, tugas Gates akan diambil alih oleh dua eksekutif Microsoft. Ray Ozzie akan melaksanakan peran yang mengelola manajemen harian, sedang Craig Mundie akan menjalankan peran mengelola rencana jangka panjang.
Ballmer pada Jumat mengakui, meski ada rencana teratur, pendiri perusahaan itu akan meninggalkan perusahaan. "Tidak ada cara apa pun untuk mengatakan terimakasih kepada Bill. Bill adalah sang pendiri. Bill adalah sang pemimpin," kata Ballmer pada acara internal perusahaan itu. "Inilah bayi Bill."
Perusahaan komputer ini, memiliki penguasaan pada piranti lunak sistem pengoperasian windows, yang 90 persen digunakan pada komputer personal di dunia. Perusahaan ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar 260 miliar dolar AS dan mempekerjakan lebih dari 78.000 orang di 103 negara.

Sumber : DPA

Kecelakaan Pesawat

Casa-212 TNI Ditemukan Hancur di Dasar Jurang


KOMPAS/AGUS SUSANTO / Kompas Images
Prajurit TNI AD dari Yonif 315 Garuda mencari keberadaan pesawat TNI AU CASSA 2106 yang diduga hilang di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/6).



Sabtu, 28 Juni 2008 | 03:00 WIB

Jakarta, Kompas - Pesawat angkut ringan TNI AU Casa-212 yang hilang ditemukan telah hancur di dasar jurang di antara dua lereng Gunung Salak, Jumat (27/6) sekitar pukul 16.00. Pihak TNI AU belum dapat memastikan apakah lima awak dan 13 penumpang tewas semua, tetapi 18 ambulans sudah disiapkan untuk mengevakuasi korban.

Pesawat yang hilang itu ditemukan di dasar jurang. Sekarang operasi pencarian dihentikan dan diganti dengan operasi evakuasi.

”Paling tidak, malam ini anggota sudah harus ada di lokasi untuk menutup atau mengamankan lokasi. Hal itu agar tidak ada barang yang keluar atau ditaruh di sekitar lokasi yang bisa mengaburkan penyelidikan,” kata Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Madya I Gusti Made Oka di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sandjaja, Bogor, Jumat (27/6) sore.

Oka menyampaikan hal itu setelah Komandan Lanud Atang Sandjaja Marsekal Pertama (TNI) Bambang Margono melaporkan kepadanya bahwa pilot yang mengecek ulang lokasi jatuhnya pesawat sudah memastikan positif menemukan reruntuhan badan pesawat. ”Pilot juga berhasil memotret dengan kamera teleponnya,” kata Margono.

Operasi evakuasi selanjutnya akan diatur di Lanud Halim Perdanakusuma. Korban atau jenazah korban akan dievakuasi lewat darat, Sabtu ini, langsung dari pos SAR di Pasir Gaok untuk kemudian dikirim ke RS Pangkalan TNI AU Dr Esnawan Antariksa di Halim Perdanakusuma. ”Pengendalian operasi selanjutnya di Lanud Halim,” katanya.

Pilot yang memastikan lokasi pesawat jatuh ialah Kapten Jumsari dan Masrukin yang menerbangkan helikopter jenis Bolcow PK-EAH dari PT Air Transport Service, yang ikut dalam operasi pencarian pesawat hilang itu.

Menurut Asops KSAU Marsda Edy Hardjoko, posisi tepat reruntuhan pesawat naas itu adalah 06 derajat s1’34 Lintang Selatan 106 derajat 43’270 Lintang Timur Radial 192 derajat 9 Nautical Mile dari ATS. Ketinggian sekitar 4.200 kaki di atas permukaan laut. ”Wilayahnya di Hutan Tegal Hilir, Kampung Pasir Gaol (Cibitung), Desa Gunung Malang, Tenjolaya,” katanya.

Selain pelaksanaan evakuasi korban dan bangkai pesawat, tim Penyelidikan Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) pun langsung bekerja. ”Tim kami sudah siap untuk langsung bekerja,” kata Ketua PPKPU Marsma (TNI) I Wayan Suwitra.

Menurut dia, pesawat Casa-212 yang dimiliki TNI AU sejak tahun 1985 itu tidak dilengkapi kotak hitam. ”Ini, kan, pesawat militer. Tidak semua pesawat militer dilengkapi black box,” katanya. (rts/aha/cok/jos)

2nd NY millionaire gets prison in slavery case (Majikan TKW Indonesia Dihukum 11 Tahun)

By FRANK ELTMAN, Associated Press Writer
Fri Jun 27, 7:24 PM ET


Mahender Sabhnani, center, arrives at U.S. District Court for the sentencing of his wife, Varsha Sabhnani Thursday, June 26, 2008 in Central Islip N.Y. The Sabhnanis were convicted in December of all charges in a 12-count federal indictment that included forced labor, conspiracy, involuntary servitude and harboring aliens. (AP Photo/Mary Altaffer)


CENTRAL ISLIP, N.Y. - A millionaire convicted of helping his wife keep two Indonesian housekeepers as virtual slaves was sentenced Friday to more than three years in prison, ending a trial that shed light on the often little-seen exploitation and abuse of domestic workers.

International perfume maker Mahender Sabhnani, 51, was sentenced to 3 1/3 years and fined $12,500. He was convicted in December on a 12-count federal indictment that included forced labor, conspiracy, involuntary servitude and harboring aliens.

The victims testified that they were beaten with brooms and umbrellas, slashed with knives, and forced to climb stairs and take cold showers for misdeeds that included sleeping late or stealing food from the trash because they were poorly fed.

On Thursday, Sabhnani tearfully watched as his wife, Varsha, was sentenced to 11 years in prison. On Friday, she dabbed her eyes as she saw her husband meet his own fate.

Prosecutors contended Varsha Sabhnani was primarily responsible for inflicting years of abuse on the poorly educated servants.

Her husband, they said, allowed the conduct to take place and benefited from the work the women performed in their $2 million Long Island home. He operated his perfume business from an office next to his home.

"The mister didn't know about it. The mister was nice. The mister didn't hear. The mister didn't shout," said defense attorney Stephen Scaring, recounting the victims' testimony while arguing for home confinement instead of prison.

"He was the master," countered prosecutor Mark Lesko. "By holding slaves, Mahender Sabhnani violated every notion of freedom that we enjoy in America."

"He had to know what was going on under his roof, and he needs to be punished," the prosecutor said.

Judge Arthur Spatt said that although Mahender Sabhnani did not personally inflict abuse, he must have been aware of it.

"He's a success story: The immigrant who came to this country and succeeded in business. He had to know all these dreadful things and did nothing," the judge said.

The husband is originally from India, and the wife from Indonesia. Both are naturalized U.S. citizens.

One of the workers arrived in the Sabhnanis' Muttontown home in 2002; the second came in 2005. The Sabhnanis immediately confiscated the servants' passports and other travel documents, the women testified.

Prosecutors said the "punishment that escalated into a cruel form of torture" ended in May 2007, when one of the women fled early on Mother's Day. She wandered into a Dunkin' Donuts wearing nothing but rags, and employees called police.

The husband pleaded for freedom at his sentencing, saying the couple's four children wonder, "'Who's going to help us? How can we do it on our own?' Every day, I look at fear in their eyes."

The grown children sat stoically in the front row as he spoke.

"This is a case that has been devastating to this family," said Scaring, the defense attorney. "They are mocked, they are ridiculed, they are laughed at."

Mahender Sabhnani was allowed to remain free on $4.5 million bail, with 24-hour security monitoring, until he surrenders Oct. 30. Varsha Sabhnani's bail was revoked after her conviction in December.

A hearing on whether the couple must forfeit their home was postponed until July 11.

Spatt also will decide on how much the women are owed in restitution for back wages. While the servants worked for the Sabhnanis, their relatives in Indonesia were sent about $100 a month; the women received no direct payments.

Prosecutors suggest the women are due more than $1.1 million, including overtime, but defense attorneys said the figure should be much lower. The women are at an undisclosed location in the New York area and are receiving assistance from Catholic Charities.

***



Bertahun-tahun Menyiksa Dua Pekerja Rumah Tangga


/ Kompas Images
Varsha Sabhnani.



Sabtu, 28 Juni 2008 | 03:00 WIB

Central Islip, Jumat - Seorang perempuan jutawan yang selama bertahun-tahun menyiksa dua pekerja rumah tangga asal Indonesia yang disekap bagaikan budak di rumah mewahnya di pinggiran Long Island, New York, hari Kamis (26/6) dijatuhi hukuman penjara 11 tahun.

Varsha Sabhnani (46), yang juga berasal dari Indonesia, dinyatakan terbukti bersalah bersama suaminya, Mahender Sabhnani (51), yang kelahiran India, pada 12 dakwaan, antara lain kerja paksa, konspirasi, dan menyembunyikan imigran gelap. Perkara Mahender telah diputuskan pada Desember 2007.

Sidang memperlihatkan sepintas sebuah masalah pekerja rumah tangga yang dieksploitasi dalam kondisi bagai budak di AS.

Para korbannya memberi kesaksian bahwa mereka dipukuli dengan sapu dan payung, disayat dengan pisau, dan dipaksa menaiki tangga, dan mandi di pancuran air yang membekukan sebagai hukuman. ”Seorang korban dipaksa makan puluhan cabai, kemudian dipaksa makan muntahannya sendiri ketika dia tidak bisa menelan cabai itu,” kata seorang jaksa.

Hakim Distrik AS Arthur Spatt menyebut kesaksian itu ”membukakan mata bahwa hal-hal semacam itu terjadi di negara kita”.

”Dalam kesombongannya, dia memperlakukan Samirah dan Enung tak sebagai manusia,” kata Asisten Jaksa AS Demetri Jones. ”Keadilan bagi para korban, itulah yang diminta pemerintah.”

Panduan penghukuman federal telah merekomendasikan kisaran 12 sampai 15 tahun penjara bagi Sabhnani yang disebutkan sebagai pelaku penyiksaan. Selain hukuman penjara, dia harus menjalani tiga tahun masa percobaan dan denda 25.000 dollar AS.

”Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintai anak-anak saya,” kata terdakwa pada pengadilan yang disaksikan anaknya. ”Saya lahir ke bumi ini untuk membantu orang yang membutuhkan.”

Suaminya, yang mempunyai usaha parfum internasional, bebas dengan jaminan sementara menanti penetapan hukumannya hari Jumat. Ia menangis saat menyaksikan pembacaan hukuman bagi istrinya.

Mahender didakwa kejahatan yang sama karena membiarkan perlakuan semacam itu terjadi dan mendapatkan keuntungan dari kerja yang dilakukan kedua pekerja rumah tangganya itu di rumahnya. Dia diperkirakan akan mendapat hukuman penjara yang jauh lebih ringan.

Perbudakan modern

Pihak penuntut berpendapat, dakwaan-dakwaan itu sama dengan sebuah kasus ”perbudakan zaman modern”. Mereka mengatakan, para pekerja rumah tangga itu mendapat ”hukuman yang meningkat menjadi sebuah bentuk penyiksaan yang kejam”, yang berakhir pada bulan Mei 2007 ketika salah seorang pekerja itu melarikan diri. Dia memasuki sebuah toko donat dengan pakaian compang-camping dan karyawan toko itu menelepon polisi.

Kedua pekerja rumah tangga itu, yang keluarganya berada di Indonesia, dibayar sekitar 100 dollar AS per bulan. Mereka tidak menerima gaji, tetapi disiksa dan dipukuli karena bangun kesiangan atau mencuri makanan dari tempat sampah karena tak diberi cukup makan.

Pihak pembela, yang berniat mengajukan banding, mengatakan, kedua perempuan itu mengarang cerita sebagai cara untuk melarikan diri dari rumah itu untuk pekerjaan yang lebih menguntungkan. Pihak pembela juga mengatakan, kedua pekerja rumah tangga itu menjalankan ilmu hitam dan mungkin telah menyiksa diri mereka sendiri sebagai bagian dari ritual.

Pembela Jeffrey Hoffman mengatakan, 175 surat telah diserahkan kepada pengadilan yang merinci perbuatan amal Sabhnani di seluruh dunia. (AP/DI)

Jumat, 27 Juni 2008

Mesin Standar Menunjang Penghematan BBM



PUSING memikirkan harga bensin... pengeluaran membengkak? Beralasan memang, sebab dengan naiknya harga bensin premium dan pertamax belakangan ini cukup menguras kantong pemilik kendaraan. Tidak heran jika saat ini, banyak masyarakat yang mengupayakan cara-cara mengirit bensin pada kendaraannya.

Upaya itu sah-sah saja dilakukan, tetapi yang perlu diperhatikan bahwa penghematan bahan bakar minyak (BBM) dilakukan tidak akan bekerja optimal, bila kondisi mesin kendaraan tidak berada pada setelan ideal sesuai standar pabrik. Artinya, peralatan penghematan BBM itu bisa berfungsi optimal, jika kondisi mesin dikembalikan sesuai standar pabrik.

Hal ini perlu diingat, sebab setelan mesin bisa berubah dalam jangka waktu tertentu, sehingga membuat proses pembakaran campuran bensin dan udara menjadi tidak efisien lagi dan konsumsi BBM menjadi boros. Oleh karena itu, diperlukan perawatan untuk mengembalikan mesin pada kondisi ideal agar pemakaian BBM tetap efisien.

Kondisi kerja mesin kendaraan yang ideal, ditunjukkan dengan rasio campuran udara dan bahan bakar atau air fuel ratio (AFR) bernilai 14,7 : 1. Nilai AFR yang berada di atas angka itu, menunjukkan jumlah kandungan bensin yang lebih sedikit dari udara atau populer diistilahkan dengan kata miskin. Sebaliknya, nilai AFR di bawah angka ideal menandakan jumlah bensin yang lebih besar dari udara atau kaya bahan bakar.

Konsumsi bahan bakar yang paling hemat, berada pada kondisi AFR miskin. Namun, mesin tidak bisa dipatok pada kondisi AFR miskin terlalu lama, karena akan menyebabkan suhu dapur pacu meningkat panas. Sedangkan tenaga mesin paling besar, justru dihasilkan pada saat nilai AFR kaya.

Karena kondisi lalu lintas berbeda-beda, pabrikan mengatur kerja mesin untuk berada pada kondisi AFR bervariasi. Implikasinya, konsumsi BBM bisa diatur tetap hemat dan tenaga mesin tetap besar saat berakselerasi. Untuk mesin injeksi ada empat kondisi AFR yang disediakan komputer, yaitu putaran stasioner, rpm konstan, torsi maksimal, dan akselerasi.

Cara untuk mengetahui apakah mesin kendaraan masih bekerja pada kondisi ideal bisa dilakukan dengan dua metoda, yaitu analisis gas buang dan busi. Metode analisis gas buang dilakukan dengan memakai alat bantu bernama gas analyzer, yang bisa ditemui di bengkel. Alat ini dimasukkan ke dalam lubang knalpot untuk mengukur empat komponen, yaitu karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (Nox), dan lambda.

Melalui nilai CO, pemilik kendaraan bisa mendapatkan keterangan tentang kondisi mesin. CO yang efisiensi pembakarannya baik berada pada nilai ideal 0,2% - 1,5% untuk mesin injeksi dan 1 - 3,5% mesin karburator. Angka di luar itu menunjukkan mesin kendaraan perlu disetel ulang dan dikembalikan ke kondisi standar.

Kondisi busi juga bisa dijadikan tolok ukur mengetahui nilai AFR. Ujung insulator busi yang berwarna putih atau cokelat muda, tidak ada endapan yang menonjol di tengah elektroda hingga insulator dan ujung elektroda tidak berubah, merupakan tanda-tanda mesin yang berada pada kondisi standar.

Sedangkan ujung insolator berwarna abu- abu gelap atau hitam, menunjukkan kondisi AFR terlalu kaya dan boros BBM. Sementara, insulator berwarna putih dot mirip kapur memperlihatkan AFR yang terlalu miskin, karena ruang bakar berada pada suhu sangat tinggi akibat pasokan BBM yang tidak sebanding dengan udara.

**

TERKAIT mahalnya harga Pertamax dan Pertamax plus, saat ini telah mendorong masyarakat untuk beralih ke premium. Pada prinsipnya, mesin masih bisa menerima penggantian bahan bakar itu bila tidak menunjukkan gejala ngelitik atau knocking. Untuk menghilangkan gejala ngelitik, bisa dilakukan dengan cara mengubah waktu pengapian. Namun, perlu diingat kalau ngelitik masih saja terjadi, artinya mesin kendaraan memang memerlukan bahan bakar beroktan tinggi.

Pada mesin konvensional yang berteknologi karburator, caranya adalah dengan memundurkan waktu pengapian atau crank angle sensor beberapa derajat. Patokan yang dipakai adalah timing light dengan batas 5 - 10 derajat sebelum TMA (titik mati atas).

Berbeda kasusnya dengan mesin injeksi modern, yang sudah dilengkapi perangkat timing pengapian otomatis. Peranti komputer ECU (electronic computer unit) akan memundurkan sendiri waktu pengapian, ketika terjadi gejala ngelitik. Hal ini, karena mobil injeksi sudah memakai knock sensor yang ditempatkan di sekitar ruang bakar untuk memantau gejala ngelitik.

Meski begitu, pada beberapa model yang tingkat rasio kompresinya sangat tinggi, ECU tidak dapat memundurkan waktu pengapian secara ekstrem. Sebab, knock sensor hanya berfungsi mengantisipasi tingkat knocking yang kecil. Artinya, knocking sensor hanya bekerja dalam batas toleransi tertentu saja.

Untuk mengakalinya, bisa memakai alat tambahan yang disebut piggyback ECU. Peranti ini bisa memanipulasi data dari sensor-sensor yang menuju ECU. Perbandingan bahar bakar udara dan juga waktu pengapian bisa diatur. Selain itu, penyesuaian nilai AFR bisa diatur seideal mungkin pada setiap tingkat putaran mesin. Di pasaran beredar berbagai macam merek piggyback ECU dengan kisaran harga Rp 3,5 juta. Piggyback ECU baru bekerja sempurna jika mesin berada pada kondisi sehat. (ovi)***

Gita Gutawa Terlena Angklung


femaleradio.net

JUNI ini ada dua peristiwa yang membuat Gita Gutawa sempat dibuat deg-degan. Peristiwa pertama, saat menunggu pengumuman kelulusan dari SMP 21 Juni lalu. Putri dari komposer Erwin Gutawa ini kembali dibuat deg-degan saat tampil di Saung Angklung Udjo (SAU), Selasa (24/6) lalu.

"Aku ngak nyangka kalau yang datang ke tempat (SAU) akan sebanyak ini dan histerisnya minta ampun," ujar pemilik nama Aluna Sagita Gutawa. Padahal, dirinya tampil bersama Michael Prabawa Mohede atau yang lebih dikenal dengan Mike Idol, pemilik tubuh tinggi besar. Tapi, tetap saja dirinya merasa deg-degan.

Mengenai kelulusannya, penggemar sushi ini, mengaku selain sempat didera perasaan deg-degan dirinya juga dihinggapi perasaan sedih, karena harus berpisah dengan teman-temannya di SMP dan akan bertemu teman baru di SMA. Dirinya berharap, teman-temannya semua lulus dan dapat melanjutkan ke SMA hingga suatu saat bila bertemu lagi bisa berbagi cerita.

Tentang penampilannya di SAU, meski hanya sempat menyanyikan satu lagu Gita benar-benar merasa tersanjung. "Ternyata enak juga menyanyi dengan iringan arumba dan angklung. Suaranya yang khas sangat enak didengerin, sampai waktu latihan sempat salah saja karena keenakan dengerin suaranya," ujar Gita, seraya berharap suatu saat nanti dalam konsernya dapat tampil lebih lama diiringi musik arumba dan angklung. (Retno HY/"PR")***